Ghadir Khum, Kebenaran yang Terlupakan(1)

Pada tanggal 18 Dzulhijjah, sebuah peristiwa penting terjadi di daerah telaga Ghadir Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Kala itu Rasulullah Saw menyampaikan sebuah pesan kepada 120 ribu orang yang baru pulang dari ibadah haji.

Dalam sejarah Islam peristiwa besar ini dikenal sebagai Ghadir Khum. Karena nilai-nilai dan sakralitas yang dimilikinya, kaum Muslim menganggap momen itu sebagai hari raya (Idul Ghadir) dan merayakannya.

Telaga Khadir Khum yang terletak di antara Mekkah dan Madinah selalu menjadi pilihan para musafir untuk beristirahat. Peristiwa Ghadir terjadi ketika Nabi Muhammad Saw kembali dari Haji Wada' bersama kaum Muslim. Suasana terasa bising karena banyaknya jumlah manusia dan suara deru kaki tunggangan mereka, tetapi Rasulullah Saw larut dalam sebuah perenungan dan menunggu datangnya sebuah perintah besar.

Ketika rombongan jamaah haji tiba di Ghadir Khum, Rasulullah mulai merasakan kedatangan Malaikat Jibril, sang pembawa wahyu. Benar, Jibril datang dengan sebuah pesan dari sisi Allah Swt dan dia berkata kepada Rasulullah, "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya…" (QS. Al-Baqarah, ayat 67)

Setelah turunnya ayat ini, Rasulullah Saw dengan wajah yang bercahaya memerintahkan rombongan haji untuk berhenti dan meminta mereka yang telah sampai di depan supaya kembali dan rombongan yang masih di belakang untuk segera bergabung dengan mereka yang sudah tiba di Ghadir Khum.

Nabi Muhammad Saw kemudian mengerjakan shalat Dzuhur dan menyampaikan khutbah setelahnya, di mana Ali bin Abi Thalib berada di sisi kanannya. Beliau berkata, "Segala puji hanya bagi Allah Swt dan dari-Nya aku mohon pertolongan dan aku beriman kepada-Nya dan kami memohon pertolongan dari-Nya dari bujukan hawa nafsu yang tercela… Allah Swt yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui mengabarkan kepadaku bahwa aku akan segera kembali kepada-Nya, aku akan segera memenuhi panggilan-Nya…

Aku akan datang terlebih dahulu di tepi telaga Kautsar, kemudian kalian akan memasuki telaga itu. Oleh karena itu, perhatikanlah setelahku, bagaimana kalian akan memperlakukan Tsaqalain (dua pusaka), Tsiql Akbar (al-Quran) dan Tsiql Asghar yaitu (Itrahku)…"

Kemudian Rasulullah mengangkat tangan Imam Ali as sehingga orang-orang melihatnya sembari berkata, "Siapa saja yang menjadikan aku sebagai pempimpinnya (maulanya), maka Ali adalah pemimpin baginya."

Sebelum rombongan berpisah, Malaikat Jibril turun untuk kedua kalinya menyampaikankan ayat ke-3 surah al-Maidah yang terkenal dengan nama ayat Ikmal. "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu."

Keheningan menyelimuti wilayah itu dan tiba-tiba suara Rasulullah Saw kembali terdengar dari atas mimbar. Beliau berkata, "Wahai manusia! Cahaya hidayah dari sisi Allah telah menyatu dengan jiwaku, dan setelah itu (cahaya hidayah) ditempatkan dalam jiwa Ali dan kemudian pada keturunannya sampai kepada Imam al-Qaim (Imam Mahdi as)."

Rasulullah Saw kemudian terdiam sejenak dan seakan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang bakal dihadapi umat manusia di hari-hari mendatang. Beliau dengan suara yang lebih keras kembali berseru, "Wahai kalian yang hadir, sampaikan pesan ini kepada orang-orang yang gaib (tidak hadir). Aku akan segera pergi dari tengah kalian dan meninggalkan dua pusaka berharga untuk kalian yaitu al-Quran dan Ahlul Baitku."

Peristiwa Ghadir bukanlah sebuah peristiwa biasa, Allah Swt memerintahkan Rasulullah untuk mengangkat Imam Ali as sebagai khalifahnya dan jika perintah ini tidak dilaksanakan, maka beliau dianggap belum menyampaikan risalahnya.

Melalui khutbah Ghadir, Rasulullah telah memperjelas kewajiban setiap orang Muslim. Oleh karena itu, peristiwa dan nilai-nilai Ghadir Khum harus ditransfer dari generasi ke generasi sehingga semua mengetahui kebenaran wilayah (kepemimpinan) Imam Ali as.

Peristiwa Ghadir Khum berkaitan dengan masalah sempurnanya agama dan tercukupinya nikmat bagi kaum Muslim. Ghadir adalah sebuah peristiwa besar sejarah dunia dan merupakan sebuah kesempatan untuk mengenali sejarah Islam dan sebuah fase yang membedakan sejarah Islam dari sejarah Jahiliyah. Untuk itu, semua individu Muslim berkewajiban untuk menela'ah peristiwa Ghadir dan memahami pesan-pesan yang dibawanya.