Malam Duka Hari 6

Apa yang terjadi dalam tragedi Imam Husain adalah Humanisme. Karena ia tidak hanya terkait dengan keislaman, tetapi juga kemanusiaan karena berbicara tentang kemanusiaan, berbicara tentang diri kita. Karena kita adalah manusia. Ketika kita memahami diri kita, maka kita akan memahami kemanusiaan.

Wa fi anfusikum, afala tubsirun. Di dalam diri kita, mengapa engkau tidak perhatikan. Bukankah diri kita tercipta dari jiwa yang satu? Apa yang tidak ingin terjadi pada diri kita, tentu juga orang lain tidak  menginginkannya? Termasuk apa yang kita inginkan, sebenarnya juga diinginkan orang lain.

Namun faktanya, terjadi pembunuhan, terjadi perampasan, terjadi pembantaian, termasuk di Palestina misalnya. Maka pada agama sebenarnya terkait keberpihakan dengan yang benar.

Ketika kita beribadah dengan benar, tetapi kita berdiri di pihak yang membantai / mengambil hak orang lain. Tentu hal ini sulit diterima.

Dalam tragedi Karbala, pasukan Umar bin Sa’ad yang jumlahnya puluhan ribu orang melawan pasukan Imam Husain yang berjumlah hanya puluhan. Itupun bukan pasukan perang semua. Maka dilihat dari hal ini saja, ini adalah pembantaian. Bukan sebuah peperangan.

Maka wudhu, salat, dan ibadah lainnya tidak akan berguna ketika kita berdiri pada kutub yang salah, sebagaimana pasukan Umar bin saad yang juga beribadah sebelum membantai keluarga Husain.

Manusia secara basyariah tidak akan ada jika tidak ada tanah. Yang dibentuk, lalu dijadikan oleh Allah menjadi manusia.

Malaikat, mengatakan apakah akan Kau ciptakan manusia yang akan merusak bumi dan menumpahkan darah?

Namun, manusia bertajalli/ menjadi manifestasi Allah karena diajarkan asma’ semuanya, maka Allah perintahkan kepada seluruh makhluk untuk sujud kepada manusia (Adam). Semua bersujud kecuali Iblis yang takabur.

Namun Allah menjadikan di antara manusia ujian untuk menguji siapakah yang terbaik amalnya. Ada tanah subur dan tanah tandus, maka manusia akan lebih memilih tanah yang tandus dan mempertahankan kemanusiaan, jika karena tanah yang penuh perhiasan, akan membuat manusia berpaling dri Allah swt dan merusak tatanan kehidupan.

Ketika Ummu Salamah dititipi sebongkah tanah oleh Rasulullah, Rasul mengatakan jika tanah ini memerah, maka itu artinya cucuku telah dibunuh. Ketika tanah itu memerah ini berarti kemanusiaan pada saat itu sedang dihancurkan.

Habib bin Madhahir, menjadi pembela Imam Husain, di saat umurnya diperkirakan sudah lebih dari 75th. Ia adalah sahabat Rasulullah. Ia berperang bersama Rasulullah, Imam Ali, Imam Hasan, dan sekarang bersama Imam Husain.

Menunjukkan bahwa meskipun sama-sama beragama, beribadah, sungguh yang membedakan adalah kutub atau keberpihakan. Keberpihakan ini bukan atas dasar pertemanan, suku, bahkan agama tetapi kutub ini adalah kutub kebenaran.

Dari kedua pihak baik Pihak Umar bin Saad dan pihak Imam Husain, kita tahu pihak manakah yang benar, lalu semestinya kepadanyalah kita berpihak.