Rahasia Keabadian Asyura (8)

Pada episode sebelumnya dibahas tentang prinsip kebebasan yaitu terlepas dari semua ketergantungan pada magnet kekuasaan, kekayaan, dan berbagai kelezatan dunia lainnya, dan kebebasan ini merupakan salah satu nilai abadi Asyura.
Al Quran menggambarkan faktor-faktor yang membuat manusia tergantung, dan mencegahnya dari berjuang di jalan Tuhan dan kebebasan dalam Surat At Taubah ayat 24,
 
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
 
“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
 
Imam Hussein as dan para sahabatnya dengan memutus seluruh ketergantungan tersebut, sampai pada kebebasan dan pencerahan hakiki. Setelah meninggalkan seluruh ketergantungan, mereka berperang melawan pasukan Yazid di jalan Tuhan, sampai tetes darah penghabisan dengan suka cita, di tengah semua ancaman, kondisi yang tidak seimbang dan sikap pengecut musuh, dengan keberanian total.
 
Semangat luar biasa, dan heroisme ini membangkitkan motivasi dalam diri mereka untuk tidak pernah tunduk pada kehinaan, dan melindungi kemuliaan Tuhan dan manusia. Dengan kata lain, “menciptakan kemuliaan dan memusuhi kehinaan” merupakan dua karakter penting dan unggul yang menjadikan epik perjuangan Imam Hussein as abadi.
 
Semangat menciptakan kemuliaan dan memusuhi kehinaan lahir dari keyakinan-keyakinan Tauhid yang dalam dan benar. Al Quran dalam Surat Al Maidah ayat 54 menyebut orang-orang beriman, dan mencintai serta dicintai Allah Swt sebagai berikut,
 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّـهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّـهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّـهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
 
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”
 
Karakter penting lain golongan manusia ini adalah selalu berjihad di jalan Tuhan, dan tidak takut pada celaan orang-orang yang suka mencela, yang bukan saja tidak punya semangat berjihad, bahkan mencela orang yang berjihad.
 
Imam Hussein as yang merupakan salah satu manusia paling dicintai di sisi Tuhan, saat memutuskan untuk berjihad dan melawan kelompok haus kekuasaan, dan anti-Islam, Bani Umayah yang mengancam kelangsungan hidup Islam, didatangi kawan dan musuh yang masing-masing dengan cara tertentu meminta beliau untuk mengurungkan niatnya.
 
Artinya mereka bukan saja tidak bersedia membantu Imam Hussein as, dan menyambut seruannya, bahkan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi mencela Imam Hussein as, dan memintanya berbaiat kepada Yazid, agar diri dan sahabat-sahabatnya selamat, dan tidak berjihad di jalan Tuhan.
 
Imam Hussein as dalam menanggapi nasihat-nasihat yang seolah tampak baik itu sama sekali tidak memandangnya penting. Saat menjawab nasihat Qais bin Ashaat, salah seorang pemuka Kufah, penulis surat kepada Imam Hussein as yang mengatakan, kami tidak tahu apa yang Anda katakan, tapi lebih baik Anda urungkan niat Anda untuk berhadapan dengan Yazid, Imam Hussein as dengan tegas mengatakan, Aku bersumpah kepada Allah Swt, Aku tidak akan mengulurkan tangan kehinaan kepada Anda sebagaimana orang-orang hina, dan saya tidak akan tunduk pada kezaliman dan penindasan Anda, layaknya budak-budak.
 
Beliau kemudian berkata, wahai hamba-hamba Allah Swt, Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian semua, dari hujan batu kalian. Aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian semua dari setiap orang sombong yang tidak beriman kepada hari perhitungan. (Kitab Lamaatul Hussain Jilid 2 Halaman 51)
 
Orang-orang yang lahirnya tampak seperti Muslim tapi munafik, dan daya tarik kekuasaan dan kekayaan membuat mereka buta, tidak seperti tampilan lahiriahnya, mereka sama sekali tidak percaya Tuhan, dan hari Kiamat, dan dengan pandangan dangkal serta analisa keliru, mereka mengira bahwa tunduk pada para penguasa zalim dapat mencapai kemuliaan.
 
Allah Swt dalam Surat Al Munafiqun ayat 8 berfirman,
 
يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّـهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَـٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
 
“Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”
 
Orang-orang berpikiran menyimpang, dan pecinta dunia serta berpandangan dangkal ini terus berusaha memisahkan diri dari barisan orang Mukmin, dan para pemimpin yang benar, dengan harapan bisa meraih kemuliaan di bawah penindasan. Al Quran menepis pemikiran semacam ini dan dalam Surat An Nisa ayat 139 disebutkan,
 
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّـهِ جَمِيعًا
 
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.”
 
Imam Hussein as atas pandangan Tauhidnya di hadapan semua ancaman dan persimpangan jalan antara kemuliaan abadi dan kehinaan, dengan lantang berteriak, sadarlah kalian bahwa kehinaan ini mengadapkan aku pada dua pilihan, pedang atau menerima kehinaan, dan sangat tidak mungkin bagi kami untuk menerima kehinaan, karena Allah Swt, Nabi Muhammad Saw dan orang Mukmin tidak akan senang jika kami menerima kehinaan, dan para ibu suci yang membesarkanku, serta manusia-manusia suci pemberani berjiwa mulia, tidak akan membiarkan Aku memilih kehinaan daripada altar pengorbanan para ksatria. (Tarikh Tabari, 5/4/423)
 
Beberapa pesan heroisme Imam Hussein as yang cukup menarik perhatian di antaranya adalah bahwa berbicara soal kemuliaan dan kehinaan dalam situasi wajar bukan masalah yang sulit, tapi jika manusia sedang dihadapkan pada dua pilihan hidup atau mati, maka keberanian besar untuk berhadapan dengan penguasa, dan tidak mau tunduk pada kehinaan, serta berbicara tentang kemuliaan diri, dan tersenyum pada kematian dengan berani, lalu memilih mati mulia daripada hidup terhina, merupakan hal yang patut dipuji dan menginspirasi semua orang. Imam Hussein as berkata, mati mulia lebih baik dari hidup terhina. (Lamaatul Hussain, 42)
 
Imam Hussein as juga berkata, menyerahkan diri pada kehinaan tidak disukai Nabi dan orang Mukmin. Oleh karena itu tidak mungkin dalam Islam hakiki, dan budayanya yang luhur, ada seorang Muslim yang meyakini ajaran ini, tapi mau memilih kehinaan dan berdamai dengan penindas, saat dihadapkan pada pilihan hidup dan mati. Pasalnya, asas dan ruh budaya Tauhid adalah bebasnya seluruh manusia dari cengkeraman, penghambaan dan ketaatan pada semua kekuatan palsu, dan selamat dari segala bentuk kehinaan, dan meraih kemuliaan Ilahi. Imam Ali as berkata, Ya Allah cukuplah kebanggaan mulia ini bagiku bahwa Aku adalah hamba-Mu. (Al Khisal, 2/420)
 
Pesan terakhir Imam Hussein as menjelaskan tentang peran keluarga dalam mendidik, dan membangun jiwa mulia dan anti-kehinaan. Tidak diragukan fondasi keluarga dan komitmennya kepada nilai-nilai luhur kebaikan, serta penentangan atas anti-nilai, memainkan peran asasi dalam pembentukan kepribadian anak.
 
Oleh karena itu Imam Hussein as berkata, keluarga suci tempat Aku dididik tidak akan membiarkan aku tunduk pada kehinaan, dan mentaati perintah hina. Namun mereka yang berpikiran pendek, dan berpandangan dangkal dengan maksud supaya bisa hidup lebih lama beberapa hari, atau agar bisa menikmati kesejahteraan dan kenyamanan, mau menerima kehinaan apapun.
 
Terutama mereka yang berada di puncak kekuasaan atau mereka yang tenggelam dalam kekayaan dan kenikmatan hidup dunia, atau bangsa-bangsa yang terbiasa hidup nyaman, akan menyerahkan diri pada kehinaan meski sebentar hanya untuk bisa menikmati kenikmatan semu dan kesuksesan yang fana.
 
Imam Ali as menegaskan, menerima kehinaan satu jam saja agar manusia bisa hidup dipertuankan, nyaman, dan sejahtera sepanjang hidup, adalah tindakan yang merugikan dan terhina. (Mizan Al Hikmah jilid 4 dan Ghurar Al Hikam, 5880)
 
Orang-orang semacam itu meski menyaksikan kejatuhan satu persatu kekuatan dunia, namun karena kekuasaan dan kekayaan telah membutakan matanya, mereka percaya bahwa para penguasa bisa membuat mereka mulia, atau menjerumuskannya ke jurang kehinaan. Al Quran dalam Surat Ali Imran ayat 26 mengatakan,
 
قُلِ اللَّـهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
 
“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
 
Contoh nyata dari pernyataan ini adalah kekuasaan yang diwarisi Yazid bin Muawiyah yang tidak bertahan lebih dari 4 tahun, dan Allah Swt mencabut hidup kotornya, dan kebangkitan Mukhtar At Thaqafi telah memusnahkan hampir semua orang-orang haus kekuasaan yang menyerahkan diri kepada Yazid, dan mereka tidak mendapatkan apapun selain kehinaan.
 
Sebaliknya Imam Hussein as dan sahabat-sahabatnya setelah berlalu berabad-abad namanya masih terukir indah dalam lembaran sejarah gemilang para pecinta kebebasan, dan kecintaan kepada mereka terus bertambah sepanjang masa. Al Quran dalam Surat Maryam ayat 96 berkata,
 
 إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَـٰنُ وُدًّا
 
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”