Cacatnya Manusia Terletak di Hati, Bukan Di Tubuh !

Allah Swt Berfirman :

فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّىٰ

“Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Al-Qur’an dan Rasul) dan tidak mau melaksanakan shalat.” (QS.Al-Qiyamah:31)

Tidakkah kita bertanya mengapa pengingkaran terhadap Al-Qur’an dan pengingkaran terhadap Nabi Saw (hal ini termasuk urusan hati) lebih di dahulukan dari keengganan manusia untuk melakukan Sholat?

Ketika batin seseorang telah rusak, kemudian keyakinan dan keimanannya melemah maka hasratnya untuk melakukan Sholat akan ikut melemah. Ini membuktikan bahwa kerusakan yang tampak pada dhohir seseorang di mulai dari kerusakan dalam hatinya.

Maka tak heran bila kita mendengar sebuah ayat yang menceritakan malasnya orang-orang munafik dalam melaksanakan Sholat disebabkan oleh hati mereka yang sakit.

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا

“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS.An-Nisa’:142)

Maka coba kita perhatikan fenomena yang terjadi pada diri kita sehari-hari :

(1). Ketika kita bekerja atau beraktifitas seharian penuh, tubuh kita mampu untuk melakukannya. Namun ketika Sholat, kita mencari Surat yang terpendek agar Sholat kita segera usai.

Tubuh kita mungkin mampu untuk “berlama-lama” dalam Sholat namun hati kita tak mampu.

“Karena cacatnya manusia terletak di hati, bukan di tubuh!”

(2). Berapa kali kita kuat begadang demi melakukan hal-hal yang sia-sia seperti nongkrong, melihat pertandingan atau untuk sekedar menonton film serial.

Tapi mampukah kita begadang untuk beribadah dan bermunajat? Tubuh kita mungkin mampu namun hati kita tidak mampu.

“Karena cacatnya manusia terletak di hati, bukan di tubuh!”

(3). Ketika kita sangat berat untuk bangun subuh, masalahnya bukan karena tubuh kita tidak mampu untuk bangun pagi-pagi. Namun karena hati belum mampu mengutamakan Allah Swt dalam kehidupan sehari-hari. Karena terbukti, di saat kita ada janji dengan seseorang untuk urusan duniawi, kita mampu untuk bangun di jam berapa pun demi kelancaran urusan tersebut.

“Karena cacatnya manusia terletak di hati, bukan di tubuh!”

(4). Ketika kita mampu duduk berjam-jam bersama teman maupun kerabat, tidakkah kita bertanya-tanya mengapa diri ini tak mampu untuk duduk membaca Al-Qur’an selama 30 menit dalam sehari?

“Karena cacatnya manusia terletak di hati, bukan di tubuh!”

(5). Ketika kita berjuang untuk lolos dalam ujian sekolah atau ujian demi mendapat pekerjaan, mengapa kita lupa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian kehidupan ini? Padahal Allah Swt telah memberikan kunci jawaban untuk menghadapinya yaitu hanya dengan Taat kepada-Nya !

“Karena cacatnya manusia terletak di hati, bukan di tubuh!”

Maka semua fenomena ini berhenti pada satu masalah yang sama. Bukan karena kita tidak mampu menjalankannya, karena Allah Swt tidak akan membebani hamba dengan sesuatu yang tidak mampu ia lakukan.

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS.Al-Baqarah:286)

Ternyata masalahnya terletak di hati. Bukan tubuh yang tak mampu, namun hati kita belum mampu. Dan mengapa hati ini tak mampu? Karena hati kita terlalu terikat dengan dunia dan nafsu duniawi telah melemahkannya.

Sayyidina Ja’far As-Shodiq pernah berkata :

ما ضَعُف بَدَنٌ عمّا قَوِیَت علیه النّیّة

“Tubuh tidak akan menjadi lemah selama niatnya begitu kuat.”

Apabila niatmu sangat kuat maka ketahuilah bahwa tubuhmu mampu melakukannya !

Semoga Bermanfaat …