Abu Raihan Al-Biruni, Ilmuwan Besar Muslim Persia(1)

Keilmuwan Abu Raihan al-Biruni tidak hanya dikenal di dunia Islam, tapi juga di seluruh dunia. Profesor Eduard Sachau, ilmuwan Jerman memuji Abu Raihan dengan mengatakan, “Abu Raihan al-Biruni ilmuwan terbesar yang pernah dikenal sejarah.”

Abu Raihan al-Biruni dilahirkan pada 3 Dzulhijjah 362 yang bertepatan dengan tanggal 4 September. Ia seperti ilmuwan besar dunia Islam lainnya memulai pendidikannya dengan al-Quran. Pada prinsipnya, seluruh ilmuwan negara-negara Islam mengawali pendidikannya dengan menguasai al-Quran. Setelah itu mereka baru mempelajari pengantar sastra dan ilmu-ilmu.

Setelah menguasai ilmu-ilmu pengantar, mereka kemudian mendalami disiplin ilmu yang disukainya dan ini biasanya menghabiskan waktu bertahun-tahun. Satu hal penting yang perlu diketahui mengenai para ilmuwan terdahulu adalah kecenderungan mereka akan satu cabang ilmu pengetahuan tidak membuat mereka melupakan disiplin ilmu yang lain. Itulah mengapa kebanyakan dari mereka memiliki karya tulis ilmiah di sejumlah bidang dan sastra. Abu Raihan al-Biruni termasuk ilmuwan yang menguasai multi disiplin ilmu.

Abu Raihan al-Biruni merupakan pelopor di bidang matematika dan astronomi. Ia merupakan peneliti utama di bidang sejarah dan geografi. Ilmu kedokteran, alam dan litologi mengenalnya sebagai ilmuwan besar di masanya. Ia juga merupakan pakar di bidang sastra dan filsafat. Namun yang membuatnya berbeda dari ilmuwan lain adalah perhatian besarnya akan metode ilmu dan penelitian mendalam. Tanpa fasilitas modern, hasil penelitiannya termasuk yang terbaik di kalangan ilmuwan terdahulu.

Abu Raihan al-Biruni termasuk ilmuwan yang produktif menulis. Penguasaannya terhadap sejumlah bahasa memberikannya banyak referensi yang menghasilkan banyak karya di pelbagai disiplin ilmu. Karya tulisnya mencapai 180 judul. Ia sendiri dalam sebuah risalah bernama “Fihrist” yang ditulisnya pada 427 HQ menyebut 113 karya tulisnya baik buku maupun risalah. Perlu diketahui bahwa Abu Raihan dalam semua karyanya tidak pernah mengutip pendapat, menyebut contoh atau mempermudah pembahasan yang mengurangi kedalamannya.

Kelebihan dari karya tulis Abu Raihan adalah tidak ditemukannya ungkapan yang berlebihan. Karena ia berkeyakinan pembaca bukunya harus orang yang berusaha keras. Seluruh karyanya memang ditulis bukan untuk pembaca umum, tapi dikhususkan kepada para ilmuwan.

Salah satu karya monumentalnya adalah buku Atsar al-Baqiyah An al-Qurun al-Khaliyah. Buku ini berbicara tentang chronometry dan kronologi bangsa-bangsa kuno. Namun Biruni tidak lupa menjelaskan poin-poin penting terkait masalah astronomi, peringatan dan hari-hari besar, acara keagamaan. Bahkan ia juga menyebutkan tentang orang-orang yang mengaku nabi. Ia membawakan fakta-fakta baru tentang sejarah Iran, Babel, Romawi dan warisan suci agama Yahudi, Zoroaster dan lain-lain.