Bisikan Cinta

Salah satu inti dari munajat yang kita bicarakan adalah berdua-duaan dengan Allah, membisikan rahasia dan menyampaikan cinta. Cinta inilah yang membuat orang ingin selalu berbisik dan berdua-duaan. Mengapa? Karena hatinya dekat.

Kisah ini saya dapatkan dari WA yang dikirimkan seorang teman. Seorang Syeikh berjalan dengan para muridnya, mereka melihat ada sebuah keluarga yang sedang bertengkar, dan saling berteriak. Syeikh tersebut berpaling kepada muridnya dan bertanya : “Mengapa orang saling berteriak jika mereka sedang marah?”.

Salah satu murid menjawab : “Karena kehilangan sabar, makanya mereka berteriak.”

“Tetapi , mengapa harus berteriak kepada orang yang tepat berada di sebelahnya? Bukankah pesan yang ia sampaikan , bisa ia ucapkan dengan cara halus ?” Tanya sang Syeikh menguji murid-muridnya.

Muridnya pun saling beradu jawaban, namun tidak satupun jawaban yang mereka sepakati.

Akhirnya sang Syeikh berkata : “Bila dua orang sedang marah, maka hati mereka saling menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar perkataannya dapat terdengar. Semakin marah, maka akan semakin keras teriakannya. Karena jarak kedua hati semakin jauh”.

“Begitu juga sebaliknya , di saat kedua insan saling jatuh cinta?” lanjut sang Syeikh.

“Mereka tidak saling berteriak antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara ke 2 hati sangat dekat.”

“Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi?”, Mereka tidak lagi bicara. Mereka Hanya berbisik dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Pada Akhirnya , mereka bahkan tidak perlu lagi berbisik. Mereka cukup hanya dengan saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah dua insan yang saling mengasihi.”

Berlama-lama berduaan juga menjadi ciri pencinta. Abu Sa’id al Khudri pernah mengabarkan panjangnya shalat Rasulullah saw. “Saat Rasulullah melaksanakan salat sunnat setelah dzuhur, salah seorang dari kami yang bergegas menuju Baqi’ untuk memenuhi kebutuhannya, lantas mendatangi keluarganya dan berwudhu, kemudian berjalan kembali menuju masjid, dalam keadaaan Rasulullah masih berada pada rakaat pertama shalatnya”.

Doa-doa Ahlul Bait dipenuhi dengan gelora kecintaan ini. Doa-doanya yang panjang terasa sangat singkat saat dibaca. Lihat saja doa Arafah yang dibaca oleh Imam Husein as dan Imam Zainal Abidin as. Membacanya dengan agak cepat perlu waktu satu atau dua jam. Kalau dibaca lebih pelan akan memakan waktu lebih lama. Waktu itu akan tak terasa, sebab seperti ungkapan Imam Zainal Abidin:

Perjumpaan dengan-Mu kesejukan hatiku

Pertemuan dengan-Mu kecintaan diriku

Kepada-Mu kedambaanku

Pada cinta-Mu tumpuanku

Pada kasih-Mu gelora rinduku

Ridha-Mu tujuanku

Melihat-Mu keperluanku

Mendampingi-Mu keinginanku

Mendekati-Mu puncak permohonanku

Menyeru-Mu damai dan tenteramku

Di sisi-Mu penawar deritaku, penyembuh lukaku

penyejuk dukaku, penghilang sengsaraku

Jadilah Engkau sahabatku dalam kesunyian