Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengenang Sayidah Ruqayyah Binti Husein as(2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Rasulullah Saw bersabda, “Aku meninggalkan dua pusaka berharga untuk kalian yaitu al-Quran dan Ahlul Baitku. Kedua pusaka berharga ini tidak akan berpisah sampai keduanya menemuiku di tepi telaga Kautsar. Kalian tidak akan tersesat dan tergelincir selama kalian berpegang pada keduanya.”

Sepeninggal Nabi Muhammad Saw, umat Islam mengalami penyimpangan kecil dan besar sehingga pada masa kekuasaan Mu’awiyah, Islam hanya tinggal namanya saja. Umat Islam terpisah dari Ahlul Bait dan keterpisahan ini membuat jeritan Imam Husein as yang meminta pertolongan di Karbala tidak disahuti dan terjadilah peristiwa Asyura.

Namun, ketertindasan Imam Husein as dan kekejaman musuh terhadap wanita dan putri-putri Ahlul Bait membuat umat bangun dari tidurnya dan kebenaran mulai tersingkap.

Sekarang pusara putri kecil Imam Husein as di Damaskus, Suriah selalu dipadati oleh para peziarah dan pecinta Ahlul Bait. Makam kecilnya membuat kalbu setiap insan merdeka bergetar dan meneteskan air mata. Ketertindasan Sayidah Ruqayyah membuat Yazidiyan dan Umawiyan kehilangan muka dan kekejaman mereka tersingkap bagi semua.

Akan tetapi, ada saja orang yang mengingkari kebenaran peristiwa gugurnya Ruqayyah. Sebagian berusaha mengurangi ingatan orang akan peristiwa kesyahidan putri kecil Imam Husein ini. Sebagian mengklaim bahwa Imam Husein as tidak punya anak dengan nama Ruqayyah, sebagian yang lain memperkenalkan Ruqayyah sebagai salah satu putri dari sahabat Imam Husein, sebagian malah mengingkari peristiwa syahidnya Ruqayyah untuk mengesankan bahwa makam di Damaskus bukan milik putri Imam Husein.

Perlu dicatat bahwa keberadaan Sayidah Ruqayyah diterima oleh semua pakar sejarah dan jika pun ada syubhat tertentu, ia tidak terkait dengan keberadaan sosok putri Imam Husein as ini. Para sejarawan hanya berbeda pendapat mengenai nama putri kecil ini dan kadang juga usianya, tentu semua menerima bahwa umurnya belum mencapai usia baligh.

Berbagai kitab rujukan sejarah mengangkat kisah kehidupan Sayidah Ruqayyah as secara ringkat atau terperinci. Para sejarawan mengakui bahwa putri kecil Imam Husein as meninggal di penjara Yazid akibat penderitaan, penawanan, dan setelah menyaksikan kepala suci Imam Husein.

Kitab Nafsul al-Mahmum karya Syeikh Abbas Qummi mencatat peristiwa tersebut. Sejarah kehidupan Sayidah Ruqayyah juga bisa ditemukan dalam buku Majma’ al-Bahrain karya Fakhruddin Thuraihi, seorang mufassir dan ulama abad ke-11 Hijriyah, serta buku Kamil Bahai yang ditulis oleh Imaduddin Thabari, ulama abad ke-7 Hijriyah.

Para ulama dan ilmuwan besar yang telah menghabiskan umurnya untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu Islam, mengakui kebenaran peristiwa yang menimpa Sayidah Ruqayyah. Di antara ulama itu, Ayatullah Nouri Hamedani, Ayatullah Nasir Makarim Shirazi, Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, dan Ayatullah Alawi Gorgani, mereka mengatakan keberadaan Sayidah Ruqayyah dan kesyahidannya di penjara Syam, tidak terbantahkan.

Ayatullah Nouri Hamedani, salah satu marja’ taklid dan ulama kontemporer menuturkan, “Buku-buku seperti kitab Kamil Bahai, Nafsul al-Mahmum, dan kitab-kitab rujukan lainnya menyebutkan bahwa putri kecil yang oleh sebagian orang dikenal sebagai Ruqayyah dan gugur di Syam adalah putri Imam Husein as. Jika seseorang bernazar melalui perantara Sayidah Ruqayyah, ia harus ditunaikan dan makam yang terletak di Damaskus adalah miliknya.”

Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, seorang marja’ taklid dan guru besar Hauzah Ilmiah Qum mengatakan, “Makam Sayidah Ruqayyah binti Husein as di Damaskus sudah terkenal sejak hari kesyahidannya, seakan Imam Husein meninggalkan sebuah jejak di Syam sehingga kelak tidak muncul orang-orang yang mengingkari penawanan para anggota Ahlul Bait dan peristiwa yang terkait dengan mereka.”

“Putri mungil ini adalah saksi besar bahwa di antara para tawanan terdapat anak-anak kecil. Pemakaman Sayidah Ruqayyah di Syam merupakan sebuah bukti besar dan petunjuk yang kuat tentang penawanan keluarga suci dan kezaliman yang dilakukan atas mereka, sebuah kezaliman yang ditangisi oleh semua nabi mulai Nabi Adam as sampai nabi akhir zaman…,” ungkapnya.