Kebejatan Manusia dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an

Allah Swt Berfirman :

كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ – أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ

“Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.” (QS.Al-‘Alaq:6)

Tak jarang kita melihat manusia yang melakukan sesuatu di luar batas. Bahkan hingga kita tak habis pikir bagaimana bisa ia tega melakukan kebejatan-kebejatan tersebut.

Tentunya banyak penyebab seseorang melakukan sesuatu yang melampaui batas, seperti :

1. Jauh dari Allah Swt.
2. Hilangnya perasaan butuh kepada Allah.
3. Sombong dan tidak mengenal kadar dirinya sendiri.
4. Bersandar kepada kekuatan-kekuatan semu seperti harta, pasukan, senjata dan lain sebagainya.

Dunia dan segala kelezatan di dalamnya membuat manusia tenggelam dalam kebejatan dan jauh dari Allah Swt. Itu semua bermula dari jiwa yang lalai dari Sang Pencipta yang menguasai segalanya.

Ia lupa bahwa di dunia ini waktunya amat singkat.

كَأَنَّهُمۡ يَوۡمَ يَرَوۡنَهَا لَمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا عَشِيَّةً أَوۡ ضُحَىٰهَا

“Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari.” (QS.An-Nazi’at:46)

Ia lupa bahwa semua yang ada di tangannya bisa lenyap dalam seketika. Al-Qur’an pun mengisahkan fenomena penting ini dalam kisah pemilik dua kebun yang karena kesombongannya kehilangan semua ia yang miliki dalam sekejap. (Bisa kita lihat dalam Surat Al-Kahfi ayat 32-36).

Kemudian kita berhenti pada lanjutan ayat pertama di atas, yaitu penyebab manusia melakukan sesuatu yang melampaui batas.

أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ

“Apabila melihat dirinya serba cukup.”

Yakni manusia “berani” melakukan kebejatan yang melampaui batas karena ia secara sadar atau tidak telah meyakini bahwa ia tidak membutuhkan bantuan Allah Swt dalam hidupnya. Ia merasa mendapat segala yang ia miliki dengan kemampuannya sendiri. Sehingga membuatnya merasa tidak butuh lagi kepada Robbal Alamin.

Kadar kebejatan manusia bisa di ukur dari sejauh mana ia merasa tidak butuh kepada Allah. Semakin ia merasa tidak butuh, maka ia akan semakin sewenang-wenang dalam melakukan sesuatu.

Padahal selamanya manusia selalu faqir dan butuh kepada Tuhannya. Karena manusia tidak bisa sedetik pun lepas dari bantuan-Nya.

Allah Swt Berfirman :

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ

“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.” (QS.Fathir:15)

Manusia hanya “merasa” tidak butuh dan ia berkhayal bisa melakukan segala sesuatu tanpa bantuan Allah Swt.

Apabila ia telah merasa tidak butuh kepada Allah, maka mulai lah ia berlaku sewenang-wenang dan melanggar batas. Namun apabila ia ditimpa cobaan dan kesempitan hidup, ia mulai sadar akan kelemahannya dan kebutuhannya kepada Allah Swt.

Dari sini menjadi jelas bahwa masalah utama dari kebejatan manusia adalah masalah akhlak dan masalah jiwa. Yang kemudian masalah ini menyebar menjadi masalah yang mulai mengganggu masyarakat dan orang lain.

Semoga Bermanfaat…