Orang Merugi Yang Tak Pernah Untung !

Allah Swt Berfirman :

قُلۡ هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا – ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا

Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatan-perbuata nya?” (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. (QS.Al-Kahfi:103-104)

Ayat ini mengandung banyak pelajaran indah di dalamnya, namun kali ini kita akan mengutip satu sisi saja dari beragam keindahannya.

Kita akan berhenti pada kata أَعمَالًا. Sebuah kata yang berbentuk Jama’ (lebih dari satu) yang memiliki arti “perbuatan”.

Uniknya, ayat ini tidak menyebutkan الأخسرين عملاً (orang yang paling merugi “perbuatannya”) namun menggunakan bentuk Jama’ yakni الأخسرين أعمالاً (yang paling merugi “perbuatan-perbuatannya”).

Dari pilihan kata ini kita akan mengambil beberapa pelajaran indah, yaitu :

1. Nilai amal manusia bergantung pada kata “diterima” atau “ditolak”. Sebesar apapun dan sebanyak apapun amal seseorang tak akan berarti bila tidak diterima oleh Allah Swt.

Nah diterimanya amal perbuatan seseorang bergantung pada kadar keimanan dan sejauh mana keikhlasannya. Karenanya, Allah Swt Berfirman :

ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS.Al-Mulk:2)

Maka tolok ukurnya adalah amal yang terbaik, bukan amal yang terbanyak. Walaupun kita selalu ingin melalukan yang terbaik dengan jumlah yang banyak pula. Namun kita harus lebih fokus pada kualitas amal, bukan jumlahnya!

2. Dari kata أعمالا ini kita juga belajar bahwa orang yang disebut merugi dalam ayat ini bukan hanya merugi karena satu perbuatan. Namun kebodohan mereka menjadikan seluruh perbuatan mereka tidak bernilai bahkan membawa kerugian.

Seorang pengusaha terkadang merugi dalam berdagang namun di waktu yang lain ia bisa mendapat keuntungan yang menutup semua kerugian sebelumnya. Dan hasil akhirnya ia masih mendapat banyak untung.

Namun hal ini berbeda dengan orang-orang yang dimaksud oleh ayat ini. Semakin banyak amal yang dilakukan mereka semakin merugi, karena mereka pikir banyaknya amal mereka membawa kebaikan namun malah membawa kerugian.

وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا

“Sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.”

3. Waspadalah selalu dengan amal perbuatan yang tidak diterima oleh Allah Swt.

Seringkali manusia sibuk melakukan banyak amal namun melupakan pentingnya menjaga amal tersebut agar diterima.

Terkadang di awal ia melakukannya dengan penuh keikhlasan, namun di tengah jalan hatinya mulai dikuasai perasaan Ujub, Riya’ atau Hasud. Karenanya dalam salah satu petikan doa disebutkan :

وَأَستَغفِرُكَ لِمَا أَرَدْتُ بِهِ وَجهَك فَخَالَطَنِي مَا ليسَ لَك

“Dan aku memohon ampunan kepada-Mu ketika aku menginginkan sesuatu hanya untuk-Mu kemudian (hatiku) tercampuri dengan selain-Mu.”

Maka tugas kita adalah selalu :

1. Memperhatikan amal sebelum melakukannya.

2. Berhati-hati ketika melakukannya.

3. Dan selalu mengkoreksi diri setelah melakukannya.

Agar hati kita tenang dan yakin bahwa amal kita diterima oleh Allah Swt. Bila tidak, maka sebesar apapun amal yang kita tumpuk semuanya akan terbang sia-sia bagaikan debu.

وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٖ فَجَعَلۡنَٰهُ هَبَآءٗ مَّنثُورًا

“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS.Al-Furqan:23)

Semoga Bermanfaat…