Menyerupa Tuhan, Klaim Sesat Menyesatkan(1)

Beberapa gelintir orang karena sudah merasa masuk syiah, menilai syiah paling benar, merasa sudah di jalan yang paling tepat, lalu melakukan upaya mensyiahkan orang lain. Hal ini dilakukan baik di Medsos atau dunia nyata. Cirikhasnya membabi buta, tidak mencerminkan akhlak mulia, tulisan asal berbau syiah atau ahlul bait langsung di like dan di share tanpa dibaca terlebih dahulu. Mengklaim sudah berada di jalan paling benar, menilai yang di madzhab dan agama lain itu salah dan keliru. Orang perorang atau kelompok yang tidak beda dengan kelompok-kelompok takfiri yang lainnya, sebuah titik terang ketika tidak mengutamakan akhlak, menjadi pendakwah padahal bukan kompetensinya, hanya akan membuat runyam, tidak menjadi hiasan bagi Rasul dan keluarga tapi sebaliknya membuat orang lain menjadi pembenci mereka.

Apakah Pensyiahan diperlukan?

Sebagaimana Pengkafiran, Beriman dan tidaknya tidak bisa di klaim dan tidak diperlukan, pensyiahhan pun tidak diperlukan, tidak semestinya ada. Sebab kebenaran adalah hak mutlak dan murni milik Tuhan semata, tidak ada yang memiliki hak untuk mengklaim kebenaran kecuali Tuhan atau orang-orang yang mendapatkan mandat langsung dari-Nya. Menilai kafir pihak lain pun bukan miliki makhlukNya termasuk manusia. Keimanan dan kekafiran hanya Allah yang mengetahui dan mengakui, bisa jadi dimata manusia seseorang terlihat sebagai sosok agamis dan paling beriman tapi dimata Allah dia sama sekali tidak berharga, seseorang yang tampak hanya sekadar layaknya gembel dan gelandangan bisa jadi dimata Allah dia sangat berharga, sangat dicintai-Nya.

Jelas pensyiahhan tidaklah diperlukan. Ajaran ahlul bait itu wangi dan berharga, siapa saja yang mengetahui dan sampai pada titik paham siapa sebenarnya Ahlul Bait maka mereka akan bersama Ahlul Bait. Penjelasan seputar Ahlul Bait sudah cukup banyak tersebar, bahkan di dalam Al-Quran pun banyak ayat yang menjelaskan keberadaan dan kemuliaan mereka. Jadi cukup dengan kejelian dan kedewasaan berpikir orang bisa dengan mudah sampai pada informasi seputar Ahlul Bait.

Ketika ada seseorang yang berhasil menjadi syiah hakiki, yang diakui oleh Allah, Rasulullah dan Ahlul baitnya selayaknya orang itu bersyukur atas karunia tiada tara tersebut. Semua mengetahui bahwa menjadi syiah adalah hal totalitas, kepatuhan tanpa syarat, kepatuhan tanpa ‘karena’, ketaatan kepada Allah, Rasul dan ulil Amri yang sudah mewujud nyata dalam ucapan, perbuatan, pikiran, maupun persetujuan dalam diam. Sehingga jika menjadi syiah harus disebut rafidhi tentu itu bukan menjadi masalah sedikit pun, penamaan, tudingan dan segala tuduhan tidak merubah hakikat diri seseorang, seperti halnya Bilal bin Rabbah, jika beliau meninggal pada saat ditindih batu dengan segala tudingan, cercaan yang di semburkan kepadanya hal itu tidak merubah hakikat keislaman seorang Bilal bin Rabbah, keberimanannya tidak akan ternodai sedikitpun.