Membuat Hidup Lebih Baik lewat Toleransi(1)

Kehidupan adalah sebuah laut indah yang kadang bergejolak dengan ombaknya dan kadang teduh dengan keheningan yang dalam. Roda kehidupan ini terus berputar; jadi kita tidak mungkin terus tenggelam dalam kesulitannya dan kita juga tidak mungkin terus larut dalam kesenangannya.

Tuhan mengisi lembaran buku kehidupan kita dengan berbagai pasang surut sehingga kita menyadari bahwa kekuatan asli adalah milik Allah Yang Maha Kuasa. Dia ingin kita menjadi yang terbaik dalam penghambaan dan kehidupan. Tuhan berkata, "Wahai manusia, bergerak dan berusahalah, dan bertawakallah kepada-Ku, maka Aku akan menjadi penolongmu. Mintalah yang terbaik dan berusahalah untuk menjadi lebih baik, Aku juga akan memberikan yang terbaik untukmu."

Mempelajari keterampilan hidup yang lebih baik serta memperkuat spiritualitas dan moralitas akan membuka pintu cahaya Ilahi dan rahmat bagi manusia. Hidupnya akan memiliki nuansa dan aroma baru. Akhlak mulia merupakan salah satu keterampilan penting yang perlu diperkuat pada diri manusia.

Akhlak mulia tidak hanya menarik kecintaan orang-orang, tetapi pemilik akhlak mulia juga memperoleh rahmat dan keridhaan Allah Swt. Akhlak mulia memiliki banyak bentuk dan salah satunya adalah toleran terhadap orang lain dan bersikap sabar dengan mereka. Imam Jakfar Shadiq as tentang toleransi mengatakan, "Barang siapa yang toleran dalam urusannya, ia akan memperoleh apa yang diharapkan dari orang lain."

Para pemuka agama percaya bahwa tanda dari penghambaan dan kecintaan kepada Tuhan adalah menunjukkan kecintaan kepada makhluk-Nya dan membantu mengatasi kesulitan mereka, sementara tanda dari kecintaan kepada manusia adalah bersikap toleran dengan sesama. Rasulullah Saw bersabda, "Allah memerintahkanku untuk toleran dengan manusia sebagaimana Dia memerintahkanku untuk menunaikan kewajiban."

Pesan ini sangat penting sehingga Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah seraya berkata, "Wahai Muhammad, Allah menyampaikan salam kepadamu dan berpesan kepadamu agar bersikap toleran dengan makhluk-Ku."

Toleransi berarti bersikap lembut dan tidak melakukan kekerasan terhadap orang lain. Manusia menyimpan sifat ini dalam fitrahnya dan bisa memperkuatnya sehingga ia tumbuh kuat dalam dirinya. Imam Muhammad al-Baqir as menganggap toleransi sebagai salah satu sifat agung Tuhan dan berkata, "Allah Yang Maha Kuasa adalah lembut dan mencintai kelembutan…" Imam Ali as memandang toleransi dengan orang lain sebagai bagian yang paling penting dari akal setelah iman dan ia lahir dari tafakkur.

Sifat terpuji ini memainkan peran yang sangat konstruktif dalam kehidupan sosial, terutama di tengah institusi keluarga. Manusia – dengan segala persamaan lahiriyah – memiliki karakteristik moral, intelektual, perilaku, dan pendidikan yang berbeda. Ada banyak perbedaan pendapat dalam interaksi sosial, atau ada perilaku yang mungkin tidak disukai orang lain.

Dalam situasi genting seperti itu, jika tidak ada toleransi, kesabaran, dan persahabatan, maka banyak konflik dan pertikaian akan muncul, dan keharmonisan perilaku dan pikiran di antara orang-orang tidak akan pernah tercipta. Jika seseorang tidak memiliki sikap toleran dan memperlakukan orang lain dengan keras, maka ia telah kehilangan moral dan merusak citra dan kepribadian sosialnya.

Tentu saja, toleransi berlebihan kadang mengubah seseorang menjadi pribadi yang lemah, penakut, dan tidak cekatan, sementara pihak lain menjadi lebih galak dan tidak sopan. Jadi, fleksibilitas dan sikap lunak yang berlebihan juga tidak disarankan.

Toleransi dan kelembutan menjadi lebih penting dan konstruktif dalam kehidupan berumah tangga. Keluarga adalah institusi sosial yang paling penting, dan jika sakinah dirampas dari keluarga, ini berarti kedamaian telah hilang di masyarakat.


Bersambung...