Membuat Hidup Lebih Baik lewat Toleransi(2)

Ada banyak kasus dalam kehidupan keluarga di mana perilaku dan ucapan pasangan atau anak-anak, tidak berkenan di pihak lain. Ada perbedaan pemikiran dan perilaku di antara pasangan dan anak-anak.

Apa yang bakal terjadi jika kehidupan rumah tangga tidak didasari pada keramahan dan toleransi, jika tidak ada kata maaf atas perilaku yang tidak berkenan khususnya antara suami dan istri? Sikap kasar, kekerasan, keresahan, dan emosi negatif akan memenuhi kehidupan. Padahal dengan kelembutan dan toleransi, sakinah dan kehangatan akan hadir di tengah keluarga.

Lebih jelasnya, toleransi dalam kehidupan rumah tangga berarti mengabaikan kelakuan buruk pasangan, saudara kandung, atau orang tua kita. Artinya, kita memilih melupakan dan memaafkan perilaku buruk mereka. Kita memilih sikap lembut dan bersabar dalam menghadapi kemarahan dan kebencian dari pihak lain.

Dengan kata lain, kita memikul beban yang ditimpakan pada kita dengan murkanya dan tidak membiarkan diri kita ikut murka. Kita memilih diam menghadapi kata kasarnya dan kadang hinaan sehingga dia bisa tenang atau memperlakukannya dengan lembut.

Dengan perilaku kita, kita mencoba menghadirkan keamanan dan kedamaian kepada orang lain, bahkan jika dia dikuasai oleh amarah dan kebencian serta ingin memancing emosi kita. Salah satu hal terpenting adalah menerima perbedaan satu sama lain dan berharap dari orang lain sesuai dengan karakteristiknya.

Sungguh sulit untuk bersikap toleran serta membutuhkan banyak latihan dan perbaikan diri. Para nabi dan Rasulullah Saw adalah contoh nyata dari toleransi terhadap masyarakat. Dengan sikap toleran ini, mereka mampu menarik banyak hati untuk menerima kebenaran dan menuntun masyarakat kepada makrifat Ilahi.

Para nabi mengetahui bahwa toleransi memiliki banyak berkah dan merupakan penawar untuk pembangkangan. Pembangkangan adalah sikap sombong dan arogan yang membuat seseorang merasa paling benar. Untuk memberikan hidayah kepada orang yang sombong dan congkak, maka toleransi dan kelapangan dada akan menjadi senjata ampuh untuk menghadapi mereka.

Sebuah ucapan yang lembut kadang mampu menghancurkan sifat arogan dan menarik orang yang sombong ke arah kebaikan. Para nabi dengan kelembutan telah menjinakkan hati orang yang sombong dan dengan pengaruh spiritualnya, mengajak mereka menerima hidayah.

Para sosiolog menilai sikap toleran tidak hanya sangat penting di tengah keluarga, tetapi juga untuk keamanan masyarakat. Sifat kasar dan kekerasan memiliki banyak mudharat seperti kedengkian yang membara, tapi toleransi seperti air yang menyirami api tersebut dan memadamkannya.  

Toleransi menciptakan keakraban dan persahabatan di antara orang-orang serta membawa banyak berkah. Dikatakan dalam banyak riwayat bahwa toleransi bahkan akan membuat aib tetap tertutup rapat.

Ini berarti bahwa ketika seseorang tidak bertengkar dengan siapa pun, maka orang lain pun tidak akan mengungkap keburukannya sehingga aib-aibnya tetap tertutup rapat. Berbeda dengan seseorang yang memusuhi individu lain, maka individu tersebut akan mencari-carai kesalahannya dan mempermalukannya.

Seorang perawi mengisahkan bahwa suatu hari Imam Musa al-Kazim as sedang memotong pelepah-pelepah kurma di kebunnya. Salah satu pembantunya mencuri satu tandan buah kurma dan menyembunyikannya di balik pagar kebun. Aku mendatangi pembantu itu dan membawanya ke hadapan Imam Kazim, dan aku ceritakan apa yang terjadi.

Imam Kazim memandang pembantunya sambil bertanya, "Apakah engkau lapar? Ia menjawab, "Tidak wahai tuanku!" Imam kembali berkata, "Apakah engkau tidak punya pakaian? Ia menjawab, "Tidak wahai tuanku!" Imam berkata, "Lalu mengapa engkau mengambil tandan kurma itu? Ia menjawab, "Hatiku menyuruh seperti itu." Imam kemudian berkata, "Kurma-kurma itu menjadi milikmu" dan melepaskan pembantu tersebut.