Hikayat Kehidupan dan Kesyahidan Imam Askari(2)

Para pejabat tersebut kemudian memerintahkan Wasif untuk menghadirkan kedua algojonya itu. Mereka berkata kepada para algojo itu, "Celaka kalian! Apa yang telah membuat kalian lunak terhadap tahanan itu?" Mereka menjawab, "Apa yang harus kami katakan tentang seseorang yang hari-harinya dilewati dengan puasa dan seluruh malamnya dihabiskan dengan ibadah? Ia tidak melakukan pekerjaan lain kecuali beribadah dan bermunajat dengan Tuhannya. Setiap kali ia menatap kami, wibawa dan kebesarannya menguasai seluruh wujud kami."

Para penguasa Abbasiyah yang kejam, sangat takut terhadap aura kesalehan dan kepribadian luhur para imam maksum sehingga selalu menjauhkan mereka dari umatnya.

Imam Hasan al-Askari as, seperti para leluhurnya, adalah sosok yang dermawan dan dalam banyak kesempatan, ia memenuhi kebutuhan orang lain sebelum orang tersebut meminta kepadanya. Memperhatikan kaum papa dan memenuhi kebutuhan mereka adalah salah satu perilaku mulia Imam al-Askari.

Abu Yusuf, penyair Dinasti Abbasiah berkata, "Saya pernah mengalami kondisi yang sangat sulit. Saat itu saya baru mempunyai seorang anak. Kondisi sulit saat itu membuat saya menulis surat ke para pembesar Bani Abbas dan menyampaikan problemanya kepada mereka. Namun sangat disayangkan, mereka sama sekali tidak peduli. Di tengah rasa pesimis, saya teringat pada Imam Hasan al-Askari as. Kemudian, saya mendatangi rumah beliau. Saat itu, saya ragu; Apakah saya harus menyampaikan kesulitan ini kepada Imam al-Askari? Sebab, saya khawatir, imam tak akan membantu karena tahu bahwa saya pernah menjadi penyair Dinasti Abbasiyah. Kegelisahan terus mengitari benakku. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk mengetuk pintu rumahnya. Tidak lama setelah saya mengetuk, pintu rumah terbuka dan berdiri seorang sahabat imam membawa sekantong uang. Sahabat Imam itu berkata, "Ambillah uang 400 dirham ini! Imam as berpesan, “Gunakanlah uang ini untuk anakmu yang baru lahir. Dengan keberadaan anak itu, Allah Swt memberikan berkah dan kebaikan kepadamu." Menyaksikan peristiwa tersebut, saya benar-benar terkejut dan bersyukur kepada Allah.”

Selama enam tahun masa kepemimpinannya, Imam al-Askari as menghadapi situasi yang sulit dan penuh rintangan, sebab para penguasa Abbasiyah menerapkan pembatasan yang ketat dan mengawasi gerak-gerik imam. Meski demikian, Imam al-Askari as tetap memimpin serangkain kegiatan politik dan sosial secara diam-diam.

Para imam maksum dan masyarakat Syiah telah membangun jaringan komunikasi di berbagai kota selama bertahun-tahun, dan jaringan ini semakin meluas pada masa Imam al-Askari as. Ia menempatkan orang-orang kepercayaan di berbagai kota penting di Irak, Iran, dan daerah lain yang dihuni kaum Muslim. Masyarakat melalui perwakilan ini, menyampaikan surat, khumus, dan persoalannya kepada Imam Hasan al-Askari as dan kemudian memperoleh jawaban darinya.

Jaringan penghubung ini sangat tertutup dan hanya para pengikut setia imam yang mengetahui adanya jaringan ini. Sebagai contoh, Utsman bin Said, seorang sahabat penting imam selalu mendatangi beliau dengan menyamar sebagai penjual minyak. Imam Hasan al-Askari as menyimpan sebagian surat yang ditujukan kepada wakil-wakilnya di kedai minyak milik Utsman bin Said.

Dalam situasi apapun, para imam maksum as tidak pernah melalaikan tugas-tugas yang diembankan oleh Allah Swt kepadanya dan mereka mengambil langkah-langkah efektif untuk membimbing masyarakat ke arah keutamaan dan kebaikan, serta menghapus keraguan dari relung kaum Muslim.

Di tengah tekanan dan kondisi mencekam, Imam al-Askari as berhasil mendidik murid-muridnya, yang kemudian memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam dan memberantas syubhat. Syeikh Thusi mencatat jumlah murid Imam al-Askari melebihi dari 100 orang, di mana antaranya adalah tokoh-tokoh besar seperti, Ahmad Asy'ari Qummi, Usman ibn Sa'id Amri, Ali ibn Ja'far, dan Muhammad ibn Hasan Saffar.

Pengaruh pemikiran dan spiritualitas Imam al-Askari as membuat para penguasa Abbasiyah ketakutan. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk membunuhnya. Penguasa Dinasti Abbasiyah akhirnya menyusun sebuah skenario pembunuhan Imam al-Askari. Ia syahid setelah beberapa hari menahan rasa sakit akibat diracun oleh Mu’tamid Abbasi.

Namun, penguasa lalim tidak berhasil memadamkan cahaya hidayah Imam al-Askari as, karena ia meninggalkan seorang pewaris yang saleh, juru selamat bagi umat manusia, serta pembawa pesan keadilan dan perdamaian yaitu Imam Mahdi as.

Imam Hasan al-Askari berkata, “Segala puji bagi Allah Swt karena Dia tidak mengambilku dari dunia ini tanpa menunjukkan kepadaku seorang pengganti. Ia (anakku) yang paling dekat dengan Rasulullah dalam hal perawakan dan karakternya. Allah akan menjaganya ketika ia dalam kegaiban sampai kemudian Dia akan memunculkannya untuk memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan.”