Lika Liku Sejarah Penulisan Maqtal Asyuro

Sebuah keniscayaan, di antara peristiwa-peristiwa di abad-abad pertama Islam, peristiwa Asyura adalah peristiwa yang paling penting dan berpengaruh besar, dinding peristiwa-peristiwa sejarah lainnya dari berbagai dimensi tragedi ini adalah tragedi yang paling penting dan berdampak besar pada eksistensi Islam hingga akhir zaman. Dapat disebutkan bahwa Islam bisa tetap eksis adalah berkat kejadian Asyuro. Dimulai oleh Nabi Saw, dijaga melalui asyuro dan dituntaskan dengan kebangkitan Imam Mahdi Afj nantinya.

Nilai penting dan khusus dari peristiwa bersejarah ini menyebabkan mereka yang berperan sebagai perawi yang menceritakan kisah tersebut secara detail kepada orang lain juga memberikan peran yang tidak kalah penting. Mereka adalah saksi mata atau yang bertemu langsung dengan saksi mata yang hadir secara langsung pada kejadian di Karbala jadi mereka telah melihat kejadian tersebut dari dekat. Di satu sisi kelompok, orang-orang yang selamat dari karavan Husseini sendiri adalah bagian dari orang yang hadir sebagai pelapor paling kredibel untuk menceritatakan detail kejadian dari peristiwa tersebut, yang terpenting di antaranya adalah Imam Sajjad (as). Di sisi lain, beberapa anggota pasukan musuh juga adalah saksi-saksi mata yang melihat kejadian itu langsung dengan mata kepala mereka. Kedua kelompok ini secara logika bisa menceritakan bagian-bagian cerita untuk kemudian dikumpulkan menjadi cerita utuh demi menjaga ingatan atas kejadian maha penting ini.

Kumpulan narasi dan laporan ini, seiring berjalannya waktu, tidak hanya sebagai periwayatan berbentuk lisan tapi juga  berbentuk tulisan. Pada awalnya tulisan sejarah dan ilmu-ilmu Islam lainnya belum dibedakan dengan hadits, dan hadits memuat kumpulan hadits yang berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu dan disiplin yang lain, maka riwayat-riwayat yang berkaitan dengan kisah Karbala juga dapat ditemukan di antara tulisan karya hadits. Akan tetapi, lambat laun, dengan pembedaan tematik antara berita dan narasi, muncullah karya-karya berjudul “Kesyahidan al-Hussein” atau judul serupa, dimana dalam karya itu tetap menyertakan narasi yang entah bagaimana berisi pembukaan, esensi peristiwa, dan konsekuensinya kepenulisan lainnya.

Sejak itu, “historiografi pembunuhan” telah menjadi bagian penting dari historiografi Islam. Jenis tulisan ini memiliki perjalanan sejarah yang khusus dan penuh suka duka, serta telah mengalami perubahan yang perlu dicermati di awal kejadian pembunuhan ini. Para pembaca maqtal semestinya menjadi orang yang jeli, sehingga berhati-hati dalam menukil sejarah maqtal asyuro, sehingga tidak berlebih-lebihan hanya karena ingin membuat pendengar maqtal menangis, keselarasan sejarah dengan segala aspek kejujuran harus tetap dijaga.

Dalam dua bagian umum, pengantar ini mengidentifikasi karya tulis yang terkait dengan sejarah Asyura. Pada bagian pertama, karya-karya yang disebutkan dari awal hingga abad ketujuh. Tulisan yang masih hidup terkait dengan sejarah Asyura hingga abad tersebut diidentifikasi, dijelaskan, dan dikritik. Lalu pada bagian kedua – terkait sejarah Asyura dari abad kedelapan hingga keempat belas – pertama  mengindentifikasi dan mengkritik beberapa karya penting dari periode itu dan di akhir kami memperkenalkan beberapa karya penting dalam beberapa abad terakhir yang telah memainkan peran penting dalam mendistorsi laporan peristiwa karbala.

Ada dua hal penting: Pertama, ruang lingkup tulisan ini adalah sumber-sumber dan karya-karya yang telah ditulis tentang sejarah Asyura dan uraian kesyahidan Imam Hussein (as) dan para sahabatnya; Apakah itu disebut pembunuhan atau sebaliknya misal sebagai sebuah kecelakaan, ketidaksengajaan. Juga, untuk kelengkapan pembahasan, fokus kajiannya adalah sumber-sumber yang telah mendedikasikan sebagian besar sejarah Asyura dan memiliki keunikan historis relatif; Termasuk sejarah para Imam dan masyarakat umum serta sumber-sumber yang berkaitan dengan terjemahan dan biografi, dll. Karya-karya ini juga termasuk karya-karya yang bertahan secara mandiri atau telah dimasukkan dalam karya-karya berabad-abad kemudian dan dapat direkonstruksi lagi nantinya.

Kedua, dalam kajian ini, semua karya yang berkaitan dengan sejarah Asyura hingga abad ketujuh – yang memiliki ciri-ciri tersebut – telah diidentifikasi dan diperkenalkan; Karena hingga abad ini, karya yang telah ditulis, beberapa di antaranya didasarkan pada kejadian pembunuhan zaman dahulu, namun kini tidak ada jejak pembunuhan tersebut sama sekali. Ternyata sejak abad kedelapan, belum ada pendekatan seperti itu. Dengan kata lain, hingga abad ketujuh, beberapa pembunuhan dan tulisan kuno, seperti perlawanan Hisham Kalbi, Ibn Abi Al-Dunya, Abu Ubaid Qasim ibn Salam Herawi dan Abu Ubaidah Mu’ammar ibn Muthanna, mereka semua termasuk di antara para pembunuh dan sejarawan dari sejarah Asyura.

Laporan yang ditulis dari abad kedelapan dan seterusnya, pada kenyataannya, sama dengan laporan pembantaian yang kuno atau yang masih ada, yang validitasnya tentu saja bergantung pada keaslian sumbernya. Sebelum membahas bagian ini, sebaiknya perlu ada definisi secara leksikal dan idiomatik dari kata maqtal (pembunuhan).

“Maqtal” pada bobot kata kerjanya, dari akar kata qatala”pembunuhan“, adalah masdar mimi yang berarti “membunuh“[1] atau nama tempat yang berarti “rumah jagal”  .[2]  Istilah ini juga merujuk pada sebuah buku yang membahas tentang peristiwa Karbala dan deskripsi kesyahidan Imam Husain (as). Namun dalam istilah historiografi, makna “Maqtal Husain” adalah sejenis monograf sejarah di mana mereka menggambarkan kesyahidan Imam Hussein as dan para sahabatnya dan dengan kata lain, peristiwa Asyura dari awal hingga akhir. Judul “pembunuhan” – yang berarti Masdar Mimi – mengacu pada karya-karya semacam itu, karena monograf semacam itu memuat berita dan laporan terkait pembunuhan dan kesyahidan Imam Husain (as).

Seperti yang telah kita lihat, dalam tinjauan umum, proses sejarah penulisan pembunuhan dan tulisan sejarah Asyura dapat dibagi menjadi dua periode dan periode umum:

Tahap pertama: Abad kedua hingga ketujuh;

Tahap kedua: Abad kedelapan hingga keempat belas.

Sumber:

http://wikifeqh.ir/ سیر_تاریخی_مقتل_نویسی

 

[1]             جبران مسعود، فرهنگ الفبایی عربی-فارسی الرائد، ج۲، ص۱۶۴۳، ترجمه رضا انزابی نژاد، واژه «مقتل».

روحی البعلبکی، فرهنگ عربی فارسی المورد، ص۱۰۲۵، ترجمه محمد مقدس، واژه «مقتل».

 

[2] .           دهخدا، علی اکبر، لغت نامه، ج۱۳، ص۱۸۸۲۱، واژه «مقتل».

جبران مسعود، فرهنگ الفبایی عربی-فارسی الرائد، ج۲، ص۱۶۴۳.

ابن منظور، لسان العرب، ج۱۱، ص۵۴۸