Muhammad Adalah Hamba Juga Rasul

Umat Muslim memang menolak klaim tentang Jesus sebagai putera Tuhan, Tapi Jesus diyakini sebagai manifestasiNya. Pandangan ini berlaku juga atas Muhammad yang diyakini sebagai manifestasi utamaNya. Artinya, mengagungkan Muhammad tak niscaya melucuti aspek humanitasnya. Umat Islam megimani kenabian Muhammad SAW dan meyakini posisi sebagai nabi termulia tapi juga meyakininya sebagai hamba. Dengan segala keagungannya, dia tetaplah hamba.

Kalimat syahadah yang lengkap memuat iman kepads kehambaannya sebelum iman kepada kerasulannya, “Asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh”. Muhammad SAW adalah entitas immanen yang menyejarah sebagai manusia sekaligus transenden sebagai manifestasi eksternal nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Ia adalah immanen sebagai hamba sekaligus transenden sebagai rasulNya.

Sebagai kombinasi imanensi dan transendensi, Muhammad SAW adalah manusia sempurna yang merupakan cahaya kedua yang bersih dari prilaku yang bertentangan dengan citra kesucian.

Dalam kesadaran mistikal yang berbasis aksioma filsafat, Muhammad bukan hanya sebuah entitas personal yang pernah hadir dalam sebuah etape masa, namun ia adalah entitas impersonal yang eksistensial.

Kedudukan Jesus yang begitu tinggi dalam teologi Kristiani mengungkap makna antropotesitas ini dalam pandangan sebagian umat Islam. Karena itu, ada harmoni lintas agama dalam pemaknaan tentang hakikat Tuhan dalam emanasi, iluminasi dan gradasi.

Sayangnya, karena piciknya pemahaman tentang eksistensi sebagai akibat penyanderaan filsafat dan mistisisme filosofis, sebagian orang yang mengaku sebagai pengikut dan pencintanya justru mereduksi realitasnya.

Muhammad, Jesus dan para jejiwa suci dihadirkan sebagai prototipe dan model substansi humanitas yang tak lain adalah divinitas itu sendiri untuk ditiru dan diteladani, bukan diturunkan dan diimaginasikan sesuai standar estetika fisikal dalam temporalitas dan mortalitas.