Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Akhlak Nabi Sebagai Ejawantah Rahmat Allah Swt Bagi Semesta(Bagian 1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.[1]

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, bagian awal ayat ini sungguh besar nilainya.

Akhlak Nabi Sebuah Berian, Paksaan, atau Prestasi?

Sebagian orang ingin menurunkan nilai Nabi dengan berbagai cara, dengan cara masuk akal mereka gagal, semua hal yang dilakukan Nabi itu selaras dengan ajaran akal, akhirnya mereka mencari-cari cara dengan cara yang mustahil sekalipun. Mereka sebut beliau bermuka masam, beliau kerasukan setan, beliau salah baca ayat, beliau hanya maksum ketika membaca wahyu[2] dll. Semua itu dalam rangka memudarkan warna penghormatan manusia kepada beliau. Semua yang mengenal Nabi sebagaimana adanya pasti akan menghormati beliau.

Ayat ini[3] memberitahukan bahwa ada ikhtiar yang dilakukan Nabi, jadi akhlak mulia itu adalah hasil ikhtiar beliau dan bukan suatu keterpaksaan, bukan diciptakan langsung menjadi manusia berakhlak mulia dan tidak memiliki ikhtiar untuk menolaknya. Akhlak mulia yang sangat terpuji Nabi adalah sebuah prestasi. Sumber ikhtiar itu adalah Rahmat Allah Swt. Rahmat Allah yang sampai kepada Nabi disyukuri secara sempurna, tuntas hingga mampu mensyukuri atas rasa syukur yang telah dilakukan. Jika bukan karena prestasi maka tidak tepat untuk dipuji-puji, apalagi dipuji dengan pujian tertinggi untuk kalangan ciptaan Allah, sungguh pujian Allah untuk Nabi bukan sebuah formalitas, tapi memang benar hal itu adalah prestasi Nabi dengan menggunakan ikhtiar yang beliau dapatkan dari Allah Swt.

Kita manusia biasa menilai rahmat Allah mungkin hanya sebatas pemberian-pemberian materiil, sedang Nabi dengan ilmu yang sangat tinggi, Rahmat Allah bagi beliau jelas juga memiliki nilai yang berbeda dan jauh lebih bermakna. Beliau adalah orang yang paling memahami apa dan keapaan Rahmat Allah, lalu beliau juga hamba yang paling tepat dan benar dalam mensyukuri Rahmat Allah yang sampai kepada beliau baik langsung atau yang sampai kepada umat beliau. Rahmat itulah yang menjadi suport Nabi sehingga beliau berikhtiar memilih apa-apa yang memang diridhoi Allah semata bukan sebaliknya.