Konsepsi Eksistensi Alam Semesta dalam Perspektif al-Qur’an

Alam semesta atau yang kita sebut dengan istilah cosmos berarti keteraturan adalah hal penting di dalam Islam. Karena salah satu yang dapat membuktikan keberadaan Tuhan, alam semesta itu sendiri, sehingga di dalam Islam, alam semesta disebut sebagai ayat-ayat kawniyyah (tanda-tanda yang terhampar di muka bumi). Terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang menyatakan betapa pentingnya manusia memikirkan alam semesta ini. Di antaranya ada surah ar-Rum ayat 8, surah ar-Ra’d ayat 3, surah al-Baqarah ayat 219. Ketiga ayat ini, memadupadankan kata kerja “tafakkur” dengan alam semesta (ar-Rum dan ar-Ra’d) dan hukum (surah al-Baqarah). Dengan demikian, alam semesta baik makro maupun mikro (manusia) sebagai sesuatu yang tidak pernah terpisah dengan penciptaNya menjadi hal penting untuk dipikirkan, agar manusia dapat mengenal TuhanNya melalui alam semesta.

Konsepsi al-Qur’an tentang alam semesta

Secara ontologis, alam semesta perlu dibuktikan eksistensinya bahwa alam ini memang ada bukan sesuatu yang maya, tidak benar dan tidak nyata. Sedikitnya al-Qur’an memiliki dua konsepsi tentang alam semesta. Pertama, konsepsi eksistensi alam semesta yang bersifat nyata bukan khayalan semata. Kedua, bahwa alam semesta ini tidak tercipta tanpa tujuan atau telos. Dengan demikian, perlu kita paparkan ayat-ayat yang berkaitan dua konsepsi al-Qur’an tentang alam semesta tersebut.

Eksistensi nyata alam semesta

Al-Qur’an memaparkan konsepsi eksistensi alam semesta dalam beberapa ayatnya di antaranya,Surah Az-Zumar ayat 5:

خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِٱلۡحَقِّۖ

Artinya: Dia menciptakan langit dan bumi dengan benar

Kata “haqq” dalam ayat ini dimaknai sebagai sesuatu yang nyata adanya. Nyata lawan dari ilusi atau maya. Artinya, keberadaan alam semesta ini memang nyata, bukan sebuah rekayasa atau konstruksi pikiran apalagi khayalan semata. Dengan demikian, al-Qur’an mengakui keberadaan sesuatu yang bersifat material, duniawi bukan sekedar ukhrawi. Konsepsi al-Qur’an tentang kenyataan adanya alam semesta dengan tegas menolak konsepsi yang menyatakan bahwa alam semesta ini hanya bersifat khayalan belaka, tidak riil.

Surah al-Anbiya’ ayat 16:

وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا لَٰعِبِينَ ١٦

Artinya: Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.

Tuhan tidak pernah main-main atau bercanda dalam menciptakan alam semesta ini. Dengan sangat serius alam ini diciptakan secara mendetail. Dari alam semesta yang luas terhampar hingga semut kecil yang ada di lubang-lubang tanah.

Pandangan seseorang tentang konsepsi eksistensi alam semesta ini menjadi dasar dari tindakan seseorang di alam ini. Orang yang menganggap bahwa alam semesta ini tidaklah riil, maka untuk memperoleh kebahagiaan hakiki tidak bisa di alam ini, dia harus pergi ke alam yang diyakininya sebagai alam nyata dengan cara berpisah dari alam ini dengan bertapa dan menyendiri. Sementara bagi mereka yang berpandangan bahwa alam ini adalah manifestasi dari nilai-nilai (asma-sifat) Dzat Yang Haq, maka ia akan menjadikan alam ini sebagai sarana atau media pengejawantahan nilai-nilai dari keyakinannya.

Namun yang pasti, apapun anggapan, konsepsi dan keyakinan seseorang mengenai alam ini, pada fakta kenyataannya kehidupan berlangsung di atas muka bumi ini.

Alam semesta memiliki tujuan

Surah al-Mulk ayat 3-4:

ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ ٣ ثُمَّ ٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ كَرَّتَيۡنِ يَنقَلِبۡ إِلَيۡكَ ٱلۡبَصَرُ خَاسِئٗا وَهُوَ حَسِيرٞ ٤

Artinya: Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (3) Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (4)

Surah al-Imron ayat 190:

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Dua ayat terakhir ini masih berkaitan dengan dua ayat yang membahas tentang eksistensi alam semesta. Alam semesta ini tidak hanya eksistensinya betul-betul nyata dan tidak diciptakan secara main-main, melainkan juga keberadaannya bukan tanpa tujuan. Bisa kita amati keharmonisan alam semesta bahkan guncangan gempa sekalipun merupakan satu bentuk menjaga keharmonisan alam semesta, sehingga tidak ada cacat dalam penciptaannya apalagi tujuannya.

Tujuan penciptaan dan keberadaan alam semesta tidak serta-merta secara eksplisit dan sangat gamblang disampaikan oleh al-Qur’an, melainkan membutuhkan suatu proses keberpikiran sehingga manusia dapat mengetahui tujuan atau hikmah di balik keberadaannya.

Antroposentris VS Antropokosmik

Ada dua cara pandang dalam membangun relasinya dengan manusia yaitu, antroposentris dan antropokosmik. Antroposentris berasal dari kata antro yang berarti manusia dan sentris berarti pusat. Secara bahasa, antroposentris ialah, manusia adalah pusat. Cara pandang ini melihat alam semesta sebagai objek yang harus melayani manusia sebagai satu-satunya subjek di alam ini. Konsekuensi logis dari pemikiran seperti ini akan melahirkan pemikiran yang eksploitatif terhadap alam.

Cara pandang kedua membangun relasi antara manusia dengan alam semesta dengan cara yang harmoni. Manusia dengan alam semesta merupakan alam dalam bentuk makro dan mikro, keduanya memiliki relasi dengan sesuatu yang lebih ultima, metafisik. Manusia dengan alam semesta memiliki level yang sama sebagai ciptaan Tuhan dan berrelasi dengan Tuhan. Oleh karena itu, bukan hanya alam semesta yang melayani manusia, melainkan manusia perlu menjaga alam dengan baik sehingga terjadi harmonisasi yang berkesinambungan di alam ini.

Dengan demikian, konsepsi alam semesta menurut al-Qur’an menjadi lebih jelas bahwasanya alam ini memang nyata adanya, diciptakan tidak dengan main-main dan tidak sia-sia (memiliki tujuan). Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman pada ajaran al-Qur’an sudah semestinya kita membangun pandangan dunia kita tentang alam semesta didasari oleh konsepsi al-Qur’an tentang alam semesta.