Hikmah Nahjul Balaghah Ke-93(bagian2)

Melalui ujian kita dapat memahami kemampuan kita, jawaban yang benar dan salah hingga belajar kembali jika salah jawabannya, juga orang lain dan guru akan mendapatkan manfaat dari ujian ini. Dengan harta dan anak manusia akan diuji, hasilnya akan diketahui kejernihannya. Manusia akan belajar dengan baik, menulis jawaban dengan baik agar hasil ujiannya baik. Ada yang senang melihat hasil ujian, ada yang sedih, ada yang merasa puas meskipun nilainya tidak sempurna. Kemudian Imam as melanjutkan bahwa manusia diuji dengan harta dan anak agar,

لِيَتَبَيَّنَ السَّاخِطَ لِرِزْقِهِ وَ الرَّاضِيَ بِقِسْمِهِ،

“Agar nampak sulitnya rezekinya dan ridho atas bagian (rezeki)nya.”

Sebagian diberi rezeki banyak, sebagian diberi rezeki sedikit. Dengan pemberian rezeki itu, harus ada kerelaan , keridhoan. dengan ujian itu, tunjukkanlah kepada orang lain nilaimu itu. Apakah kita rela dengan rezeki yang telah diberikan Allah swt?  Sebagian diberi anak, sebagian tidak. Sebagian diberikan anak-anak yang baik, sebagian diberi anak-anak yang tidak baik. Ini semua adalah ujian, apakah kita rela menerimanya atau tidak rela?

terkadang kita berpikir  bahwa orang yang dicintai Allah akan diberi lebih banyak, dan menganggap orang yang ujiannya berat itu kurang dicintai-Nya. Kemudian Imam as melanjutkan,

وَ إِنْ كَانَ سُبْحَانَهُ أَعْلَمَ بِهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ،

“Dan Allah lebih mengetahui diri mereka daripada diri mereka sendiri…”

Manusia diberikan ujian adalah untuk manusia itu sendiri, baik bagi orang yang diuji, juga bagi yang lainnya.

وَ لَكِنْ لِتَظْهَرَ الْأَفْعَالُ الَّتِي بِهَا يُسْتَحَقُّ الثَّوَابُ وَ الْعِقَابُ؛

 

“(Melalui ujian tersebut) agar nampak perbuatan-perbuatan yang berhak mendapatkan pahala dan siksa.”

Kita harus menggunakan sebaik-baiknya apapun yang telah Allah Swt berikan. Karena jika menggunakan pemberiannya dengan baik maka akan mendapatkan pahala, dan jika tidak digunakan dengan baik maka akan mendapatkan siksa. Kemudian Imam as memberikan contoh,

لِأَنَّ بَعْضَهُمْ يُحِبُّ الذُّكُورَ وَ يَكْرَهُ الْإِنَاثَ،

Bahwa  sebagian dari mereka menyukai anak laki-laki dan membenci anak perempuan karena budaya saat itu. Ibunda Maryam as bernazar akan menjadikan anaknya sebagai pelayan masjid. Ketika lahir, ternyata seorang anak perempuan. Di sisi lain, budaya saat itu anak perempuan tidak dapat menjadi pelayan di masjid. Juga, dalam waktu-waktu tertentu (karena haid) tidak dapat berada di masjid. Berdoa agar memiliki anak laki-laki. Namun Allah Swt mengerjakan rencana-Nya. Allah Swt memberi sesuatu yang berkaitan dengan tujuan dan rencana-Nya, bukan sesuatu yang berkaitan dengan keinginan kita. Yaitu sesuatu yang berkaitan dengan hidayah bukan sesuatu yang lainnya. Imam as melanjutkan,

وَ بَعْضَهُمْ يُحِبُّ تَثْمِيرَ الْمَالِ وَ يَكْرَهُ انْثِلَامَ الْحَالِ.

“Dan sebagian mereka suka untuk memperbanyak harta, dan tidak menyukai keadaan yang sulit.”

Sebagian orang senang mengumpulkan harta, mengganti mobilnya dengan keluaran terbaru dan lainnya. Terkait dengan harta dan anak, manusia terkadang terdapat hal-hal yang disukainya dan tidak disukainya. Ketahuilah bahwa Allah Swt tidak ada urusannya apakah manusia suka atau tidak. Allah melakukan apa yang terbaik untuk manusia dan mengerjakan sesuai dengan rencana-Nya.

Terkadang kita bersikap kekanak-kanakan, meminta hal-hal yang belum tahu tidak baik untuk kita seperti anak-anak yang meminta sesuatu yang tidak ada manfaatnya hanya membuatnya senang.

Terkadang manusia yang telah dewasa tidak mengetahui bagaimana berdoa dan memohon kepada Allah Swt dengan baik. namun Imam melarang kita untuk berdoa seperti itu. Kita harus menyampaikan keinginan kita, namun juga harus meminta dengan benar. Prioritas adalah harus meminta dengan benar, apakah benar yang kita minta? apakah mungkin kita meminta seperti itu? Kita harus menimbang dulu keinginan dan permintaan kita, apakah sudah benar?

Jika kita ingin mengalami perubahan besar dalam hidup maka perbaiki cara memohon kita.

Fitnah adalah menempatkan diri kita dalam posisi tekanan luar biasa, sampai-sampai mungkin kita tidak dapat bertahan, seperti emas yang disepuh. Latihlah untuk memohon kepada Allah dengan baik. Begitu juga saat meminta sesuatu kepada manusia, misalnya minta air dari anak maka mintalah dengan cara baik dan detail, begitu juga saat meminta sesuatu kepada orang lain.

Bagaimana agar kira rela atas semua pemberian Allah Swt apa pun kondisinya?

Hal-hal yang terjadi kepada kita terkadang berupa ujian, fitnah atau peringatan. Berupa peringatan atas kesalahan dan dosa yang kita lakukan. Coba inropeksi diri, mungkin sudah melalaikan shalat atau lainnya. Mungkin ada pertanyaan mengapa Allah Swt memberikan anak kepada orang yang tidak mau dan tidak memberikan kepada orang yang tidak mau? Inilah ujian. Tugas Allah Swt bukan memberikan semua yang diinginkan manusia, tapi memberikan hal-hal yang dibutuhkan manusia dalam perjalanan-Nya untuk menggapai kesempurnaan.

 

Mungkin ada pertanyaan, apakah perempuan terhambat dalam menggapai kesempurnaan dengan ibadah? Karena menganggap laki-laki lebih sempurna dalam penghambaan dan ibadah, karena sepanjang tahun bisa terus ibadah. Tentu, tidak, Allah Swt telah menciptakan perempuan dengan segala aturan-aturannya yang dengannya ia dapat menggapai kesempurnaan