Begini Penjelasan Al-Quran tentang Keutamaan Sikap Pemaaf

Hidup di tengah masyarakat, dengan karakter yang pusparagam tak menutup kemungkinan menyulut api konflik antarmereka, meski hanya sekadar adu-mulut, atau ironisnya, sampai melibatkan fisik.

Tentu, sebagai manusia normal, kita selalu menginginkan kedamaian dalam hidup tanpa ada gesekan sedikit pun dengan orang lain.

Namun, ada masanya, disadari atau tidak, kadang kita juga terjerembab ke lubang konflik, entah kita yang menjadi korban atau mungkin pelaku kejahatan, naudzubillah min dzalik.

Kalau sudah begitu, kadang kita enggan untuk meminta maaf, atau memafkan orang lain dengan beragam alasan. Nah, tahukah kita, bahwa memaafkan orang yang telah berbuat salah kepada kita, memiliki keutamaan luar biasa di sisi Allah Swt.?

Untuk membuktikan itu, mari kita baca terjemahan dari penggalan ayat Al-Quran berikut ini.

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Asy-Syura: 40).

Setelah membaca ayat barusan, kita sedikit paham bahwa kita boleh membalas orang yang telah berbuat buruk kepada kita, namun di sisi lain, ayat itu menjelaskan, sesiapa yang memafkan pelaku keburukan dan berbuat bak, maka kita mendapat pahala di sisi-Nya.

Bagi orang yang berakal dan memiliki keimanan yang kuat kepada-Nya, ia tidak akan membalas keburukan dengan keburukan, bahkan ia lebih memilih memaafkan orang yang telah berbuat buruk kepadanya, sebab ia yakin bahwa di balik itu ada keindahan yang tak terkira.

Namun, seandainya dengan memafkan orang yang telah menzalmi kita justru tidak menghasilkan maslahat, maka balas dendam kepada mereka adalah jalan yang boleh ditempuh.

Dan sebaliknya, jika balas dendam hanya akan memperparah keadaan, tentu memafakn mereka adalah jalan yang mesti kita pilih.

Mungkin ada yang bertanya, apa manfaat memaafkan orang yang telah menzalimi kita selain sebuah pahala yang didapatkan dari-Nya?

Para ahli tafsir, terkait ayat di atas memberikan penjelasan, bahwa manfaat dari memafkan musuh, salah satunya adalah demi membendung kezaliman, sehingga mereka tidak mengulangi perbuatan yang sama.

Selain ayat di atas, Allah Swt. juga mengisyaratkan dengan ayat lain yang berbunyi sebagai berikut.

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)

Ayat barusan ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw., di mana di dalamnya mencakup tiga poin penting terkait dengan akhlak.

Pertama, menjadi pemaaf. kedua, memerintahkan masyarakat pada kebajikan. Ketiga, tidak memperhatikan orang-orang bodoh. Dengan kata lain, saat orang bodoh bertindak bodoh, maka biarkanlah ia begitu, tidak perlu dicecar dengan ragam pertanyaan, sehingga mereka tak merasa terbebani.

Di dalam sebuah riwayat, saat ayat di atas turun, nabi Saw. bertanya kepada malaikat Jibril, “Apa maksud daripada ayat ini?”

“Aku tidak tahu, aku harus bertanya pada Allah,” kata Jibril.

Tak lama kemudian, Jibril turun membawa jawaban dan berkata, “Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk memafkan orang yang telah menzalimimu,  begitupun orang yang telah meremehkanmu, dan sambunglah tali silaturahmi dengan mereka yang telah memutusnya.”

Selain di dalam al-Quran, sejatinya anjuran untuk selalu memaafkan orang lain juga terdapat di dalam banyak riwayat. Di antaranya sebagai berikut.

Suatu hari Nabi Saw. bersabda, “Saat di hari kiamat nanti akan terdengar suara seruan yang mengatakan ‘Siapa yang pahalanya ada di tangan Allah? maka orang yang pahalanya berada di tangan-Nya adalah mereka yang layak masuk surga.’”

“Mereka adalah orang-orang yang yang senantiasa memaafkan orang lain, dan mereka akan masuk ke surga tanpa perhitungan (hisab).”

Di dalam riwayat lain, Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Sikap memaafkan orang lain adalah mahkota yang memiliki banyak kemuliaan.”

Kita tahu, bahwa mahkota adalah lambang kemuliaan dan keagungan. Hanya orang-orang yang terhormatlah yang layak memakai mahkota. Maka, orang yang sering memaafkan kesalahan orang lain, mereka adalah orang-orang yang terhormat, baik di bumi maupun di langit.

Setelah membaca penjelasan sederhana barusan, semoga menjadikan kita sebagai pribadi yang tak sungkan untuk memaafkan orang lain. Sebab, begitulah Allah dan nabinya mengajarkan umat-Nya.

Sumber:

QS. Asy-Syura: 40.

QS. Al-A’raf: 199.

Tafsir Al-Mizan wa Qurthubi wa Itsna Asyar Wa Ruhil Bayan wa Fi Dzalal, Surah An-Nur: 22.

Majma’ul Bayan, jil. 2, hal. 512.

Majma’ul Bayan, jil. 10, hal. 379.