Sejarah Singkat Awal-Mula Munculnya Ilmu Filsafat

Seiring dengan menggelindingnya waktu, dunia keilmuan terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan, terlebih dalam membersamai langkah kehidupan manusia. Salah satunya, ialah ilmu filsafat.

Tak kita mungkiri, beberapa tahun terakhir, mungkin kita sering mendengar tentang ilmu ini, baik di forum-forum seminar ilmiah maupun di sosial media, yang semakin ke sini tak sedikit akun-akun yang membahas tentang filsafat.

Namun, pernahkah terbesit di dalam benak kita, kira-kira kenapa ilmu itu dinamakan ilmu filsafat? Dan siapakah pencetusnya? Lalu, pertanyaan berikutnya, apa sih manfaat belajar filsafat?

Untuk menjawab sederet pertanyaan barusan, penulis berusaha untuk menyuguhkan sejarah singkat munculnya ilmu filsafat. Mudah-mudahan, dengan mengenal sejarah kemunculannya, sedikit-banyak akan menambah informasi yang bermanfaat di dalam gudang pengetahuan kita.

Mulanya, Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun  dari dua kata: philo dan shopia. Kalau kita tilik dari sisi bahasa, philo berarti pecinta, sedang shopia bisa kita artikan sebagai ilmu dan hikmah.

Sejatinya, kalau kita gabungkan dari dua kata di atas, maka artinya akan berubah menjadi ‘pecinta ilmu’. Setelah mengetahui filsafat dari sisi arti, maka kurang afdal rasanya bila tak mengetahui kejadian di balik lahirnya nama filsafat itu.

Konon, sebelum masa Socrates, ada sekelompk orang Yunani kuno yang medeklarasikan dirinya sebagai orang yang berilmu (Shopia), namun keilmuan yang mereka miliki tak mereka manfaatkan di jalur yang benar.

Mereka memafaatkan ilmunya untuk mengelabui orang-orang sekitar atau lebih tepatnya untuk menyesatkan pikiran mereka saat berargumen, sehingga makna asli dari ilmu yang sesungguhnya kabur akibat ulahnya. Dalam ilmu filsafat atau logika, hal itu memiliki istilah ‘kesesatan dalam berpikir’ (fallacy).

Kedatangan Socrates di dunia keilmuan berusaha menghapus orang-orang tersebut . Dengan kerendahan hatinya, Socrates yang kala itu memang dikenal sebagai orang yang berilmu, ia tak mau disebut sebagai orang berilmu, ia lebih suka apabila orang lain menyebutnya dengan sebutan ‘pecinta ilmu’.

Menurut beberapa catatan sejarah, alasan kenapa ia tak mau disebut sebagai orang berilmu, bahkan ia lebih sreg disebut pecinta ilmu, itu tak lain agar ia dapat menjauh dari kategori sekelompok orang yang menyalahgunakan ilmunya itu.

Seiring dengan bergulirnya masa, akhirnya kata Shopia berubah menjadi Philo-Shopia. Dengan mengubah nama menjadi Philo-Shopia, citra orang-orang berilmu yang masih berada di dalam koridornya yang lurus, itu masih bersih.

Begitulah kira-kira awal mucul penamaan dari ilmu filsafat. Kemudian, di berbagai negara—dengan bahasa yang pusparagam—yang di dalam bahasa Indonesia dikenal ilmu filsafat, atau dalam bahasa Persia disebut Falsafeh dan oleh orang-orang Arab disebutnya Falasifah dan seterusnya.

Menurut goresan sejarah, para filsuf meyakini, bahwa ilmu filsafat mucul pertama kali di bumi Yunani oleh para ilmuwannya. Adapaun siapa kali pertama yang mencetus ilmu ini, sayangnya masih belum jelas.

Namun, di antara para Ilmuwan yang masyhur hingga kini di dalam dunia filsafat adalah Plato dan Socrates. Menariknya semakin ke sini, ilmu-ilmu filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Berkat para ilmuwan, ilmu filsafat telah mengepakkan sayapnya dan menjamah ke dalam disiplin filsafat moral, fisafat psikolog dan sebagainya. Selain itu, filsafat juga terbagi menjadi beberapa kutub, ada filsafat Timur, di sini dikenal sebagai filsafat Islam.

Seperti Suhrawardi atau yang dikenal Syaikh Isyroq, Mulla Shadra, Ibnu Sina yang dikenal Syaikh al-Rois dan sebagainya, ada juga filsafat Barat, yang digawangi para filsuf asal Barat semisal Thales, Socrates, Plato dan seterusnya dan seterusnya sesuai dengan zamannya masing-masing

Sebagai penutup, mungkin timbul sebuah tanya di benak pembaca, apa saja yang dipelajari di dalam filsafat, lalu apa manfaat seseorang mempelajari ilmu ini? Baiklah, secara singkat penulis hendak membeberkan jawaban dari pertanyaan barusan.

Mudahnya, secara umum, filsafat adalah ilmu yang berada di dalam wilayah akal. Artinya, posisi akal sangat berguna dalam menyingkap hakikat keberadaan. Dengan kata lain, pokok pembahsan dari ilmu filsafat adalah ‘hakikat keberadaan’ secara universal.

Selain itu, boleh dikata, filsafat adalah solusi atas pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah absen dalam benak manusia, seperti dalam pembuktian keberadaan Tuhan, apakah Tuhan ada? Apakah keberadaan itu hanya terbatas di dalam alam materi atau ada juga di alam lain? Apakah dunia ini ada penciptanya? Dan sederet pertanyaan mendasar lainnya.

Sebagai penegasan, bahwa apa yang penulis goreskan dalam halaman yang terbatas ini, hanya sekadar pengetahuan singkat mengenai sejarah munculnya ilmu filsafat dan manfaat dari mempelajarinya.

Sudah barang tentu, untuk memantapkan pengetahuan kita tentang filsafat, kita tak cukup berhenti di sini. Ada banyak buku dan literatur terkait yang mesti kita baca juga telaah, dan para ahli yang harus kita tanyai. Dengan begitu, perlahan-lahan piramida keilmuan kita tentangnya akan makin paripurna.