Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mendengar Tapi Tuli, Melihat Tapi Buta

1 Pendapat 05.0 / 5

Allah Swt Berfirman :

‎أَفَأَنتَ تُسْمِعُ ٱلصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا۟ لَا يَعْقِلُونَ

“Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti.” (QS.Yunus:42)

Banyak manusia hidup tanpa memiliki kesadaran. Dia mendengar tapi sebenarnya tuli. Itu semua karena hatinya buta dan akalnya lalai, sehingga semua yang ia dengar tidak pernah membuat hatinya tergerak dan akalnya tersadarkan.

Karena pendengaran itu memerlukan dua hal :

1. Sampainya kalimat ke alat pendengaran kita dengan jelas.

2. Apa yang kita dengar harus pula sampai dengan jelas ke akal kita.

Semua teriakan dan seruan kebenaran di dunia tidak akan mempengaruhi orang-orang yang tidak menggunakan akalnya. Karena memahami kebenaran tidak cukup dengan mendengarnya dengan telinga tapi harus siap membuka hati dan menerimanya.

Maka kita dapat memahami dari ayat di atas bahwa banyak manusia yang dianggap bisa mendengar tapi sebenarnya ia tuli. Karena inti dari “mendengar” adalah memahaminya dengan sadar dan dapat diserap oleh akal kita sehingga menghasilkan sesuatu. Apabila mendengar itu hanya suara lewat tanpa kesadaran maka sebenarnya ia tidak sedang mendengar.

‎أَفَأَنتَ تُسْمِعُ ٱلصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا۟ لَا يَعْقِلُونَ

“Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti.” (QS.Yunus:42)

Mereka tidak mendengarkan kebenaran yang disampaikan Nabi Saw dengan penuh kesadaran, tapi mereka mendengarnya dengan bergurau dan meremehkan. Maka semua yang mereka dengar tidak bernilai dan tidak dapat berpengaruh dalam jiwa mereka.

Selain pendengaran, begitupula nilai dari pandangan mata adalah ketika apa yang kita pandang mampu memberikan sesuatu ke akal dan kesadaran kita. Sementara orang yang melihat sesuatu hanya dari gambaran luarnya tanpa merenungkannya dalam hati, maka apa bedanya ia dengan orang buta.

وَمِنْهُم مَّن يَنظُرُ إِلَيْكَ ۚ أَفَأَنتَ تَهْدِى ٱلْعُمْىَ وَلَوْ كَانُوا۟ لَا يُبْصِرُونَ

“Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.” (QS.Yunus:43)

Dia sedang hidup dalam kondisi kehilangan akal dan kesadaran. Maka walaupun matanya memandang segala sesuatu, tapi sebenarnya ia buta.

‎أَفَأَنتَ تَهْدِى ٱلْعُمْىَ وَلَوْ كَانُوا۟ لَا يُبْصِرُونَ

“apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.” (QS.Yunus:43)

Bagaimana kita menuntut seorang buta untuk melihat sesuatu ? Persis seperti itulah apabila kita meminta seseorang yang buta hatinya untuk memahami dan merenungkan sesuatu.

Karena manusia disebut buta hatinya ketika ia tidak mendapatkan manfaat apapun dari apa yang ia lihat.

‎فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَٰرُ وَلَٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ

“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS.Al-Haj:46)

Karena itu banyak manusia yang mendengar tapi sebenarnya ia tuli, melihat tapi sebenarnya ia buta.

Semoga kita diselamatkan dari kebutaan hati dan tulinya pendengaran kita dari kebenaran.