Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Ummul Banin Sa(bagian1)

Sejak masa jahiliyah hingga munculnya Islam, masyarakat umum memandang bahwa perempuan adalah kaum yang rendah.[i] Namun Islam mematahkan hal tersebut dan menganugerahkan kedudukan sejati kepada perempuan. Pandangan Rasulullah saw tentang perempuan dan penjelasan beliau terkait kedudukannya di masyarakat sangat berbeda dengan seluruh pandangan saat itu. Hal itu karena pandangan Rasulullah saw adalah pandangan Allah swt yang diwahyukan kepadanya. Dengannya beliau membangun masyarakat modern.

Rasulullah saw merenovasi fondasi pendidikan masyarakat melalui perempuan dan peran agung mereka. Karenanya, dalam hal yang sangat mendasar ini masyarakat Islami berbeda dengan masyarakat lain. Dalam pandangan kenabian, yaitu pandangan Islam, peran terpenting dalam mendidik manusia diserahkan kepada perempuan. Perempuanlah yang mendidik manusia sehingga menjadi sosok yang mumpuni, pejuang, ilmuwan, cakap, kompeten, dan pemimpin tangguh dan layak dalam mengatur perkara politik, sosial, budaya, dan militer.

Kita perlu mengetahui tiga sendi penting (politik, sosial, budaya) berkenaan dengan pengelolaan masyarakat dalam pendidikan para ibu. Sebab, kepribadian manusia itu terbentuk di dalam pelukan dan naungan kasih sayang ibu. Dengan itu, mereka kemudian tumbuh dan mengembangkan karakter masing-masing. Berkat ajaran Islam, sejak masa awal Islam hingga sekarang, di antara umat Islam terdapat banyak sosok perempuan yang metode dan langkah hidupnya banyak menginspirasi, bukan hanya bagi perempuan namun juga bagi laki-laki.

Alquran menjelaskan, perempuan juga dapat mencapai puncak spiritual sebagaimana laki-laki.[ii] Hal ini tentu merubah pandangan jahiliah terhadap perempuan. Karena itu, banyak perempuan dalam sejarah terbukti menyumbangkan peran penting. Dalam kebangkitan Imam Husain as, baik sesudah maupun sebelum peristiwa, para perempuan memegang peran penting. Misalnya, Sayidah Zainab sa, Rabab istri Imam Husain as dan sebagian istri beliau lainnya, istri Zuhair, Ummu Wahab, dan lainnya.

Panutan para perempuan hebat tersebut adalah sayidah Zainab al-Kubra sa. Ia selalu berperan aktif dari awal kebangkitan sampai masa setelahnya dalam menjaga nilai-nilai perjuangan Imam as. Peran mereka tidak pernah pudar hingga zaman kita sekarang. Jika masalah terkait peran wanita dianalisa dengan baik, maka akan menghasilkan rangkuman tulisan sekelas disertasi doktor. Misalnya analisa tentang peran wanita dalam kebangkitan Asyura.

Peran Ibu dalam Kebahagiaan Anak

Dalam sejarah Islam, Ummul Banin sa adalah salah satu perempuan cemerlang sekaligus sebagai simbol pengorbanan, kesetiaan, dan cinta kepada Ahlulbait as. ‘Ummul banin’ berarti ibu dari beberapa anak laki-laki. Itu adalah nama panggilan bagi perempuan di kalangan Arab. Sehingga pada dasarnya, setiap perempuan yang memiliki beberapa anak dipanggil dengan sebutan ‘ummul banin’.

Ummul Banin adalah perempuan yang berhasil mendidik anak-anaknya. Untuk dapat memberikan didikan yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam, ia tinggal di rumah Imam Ali as. Ia adalah panutan dalam hal kesetiaan, norma adab, keberanian, kedermawan, iman, dan lainnya. Ummul Banin sa adalah ibu dari Abbas, seorang pemuda setia yang menghadap ke hadirat Allah swt dalam keadaan haus. Dialah Abbas yang namanya selalu menyejukkan hati para urafa dan ahli tahajud. Ia senantiasa mencerahkan benak kaum mukmin untuk mencintai Allah swt dengan berkorban demi saudara tercintanya, al-Husain as di Karbala. Abbas adalah simbol pengorbanan tulus di jalan Allah swt. Kesetiaan yang dipersembahkan Abbas yang dibarengi dengan iman terhadap imamah dan wilayah (kepemimpinan dan kekuasaan manusia maksum) sungguh tanpa tanding. Karena itu pelajaran kesetiaan dan pemahaman arti setia dan cinta harus dipelajari dari kecintaan Abbas terhadap kekasih dan pemimpinnya.

Nama asli Ummul Banin adalah Fatimah. Ia dikenal dengan panggilan Ummul Banin.[iii] Ia adalah putri Hizam bin Khalid bin Rabiah bin Amir (dan Habl) bin Kilab bin Rabiah bin Amir bin Sha’sha’ah. Ibunya bernama Tsamamah (Laili) putri Suhail bin Amir bin Malik bin Jakfar bin Kilab.[iv] Pamannya yang bernama Lubaid, salah seorang penyair besar senior yang hidup hingga usia 140 tahun, bahkan lebih. Sang paman sempat mengalami era munculnya Islam kemudian dan masuk Islam. Dia termasuk kaum Muhajirin. Pada masa kekhalifahan Umar dia pergi ke Kufah dan meninggal di masa kekhalifahan Muawiyah. Dia adalah seorang penyair di era jahiliah yang memiliki banyak kasidah dan syair.[v]

Ummul Banin berasal dari kabilah Bani Kilab. Para leluhurnya termasuk kalangan Arab heroik yang andil dalam berbagai pertempuran antara Arab dan Persia.[vi]

Tidak banyak catatan sejarah yang menjelaskan tentang masa kecil dan remajanya. Namun sejak menikah dengan Amirul Mukminin Ali as namanya banyak tertera di berbagai referensi. Setelah wafatnya Sayidah Fatimah sa di tahun 11 H, Imam Ali as menyampaikan kepada Aqil, saudaranya yang pakar di bidang nasab: carikan aku perempuan dari keluarga heroik Arab supaya kelak melahirkan anak-anak yang pemberani, tangguh, dan petarung untukku.