Peran Sayyidah Zainab di Karbala: Pembelaannya terhadap Imam Zamannya

Masalah-masalah yang berkenaan dengan wilayah dan peran Zainab Kubra dalam menghidupkan ajaran ini, dapat kita tinjau dari berbagai sisi. Kadang-kadang kita bisa melihat dari pengetahuan dan pengenalannya terhadap kedudukan wilayah dan terkadang kita juga bisa melihat dari usahanya dalam menghidupkan dan mengenalkan kedudukan wilayah kepada masyarakat. Ia yang menjalani masa hidupnya bersama tujuh orang maksum, setiap kali melihat bahwa maslahat umat membutuhkan pengorbanannya, maka ia akan mengorbankan jiwanya sendiri dan juga jiwa anak-anaknya.

Ketika ia menyaksikan Imam Sajad As berada di tengah-tangah luapan api karena kemah-kemah keluaga Nabi Saw dibakar oleh musuh, ia menjatuhkan diri ke dalam api itu. Ketika itu, Syimr bermaksud hendak membunuh Imam Sajad As. Ia telah memasuki ke kemah Imam Sajad As. Tiba-tiba Zainab langsung masuk ke kemah saudaranya, dan berteriak dengan lantang, “Langkahilah dulu mayatku sebelum kau membunuhnya“. Kata-kata tegas inilah yang menjadikan Syimr mengurungkan niatnya. (. Muqaram, Maqtal al Husain, hal. 371)

Di sini kita tidak bisa mengatakan bahwa perbuatan Zainab semata-mata hanya karena Imam Sajad As adalah keponakannya sendiri, namun hubungan antara imam dan makmum. Ia siap jiwanya menjadi tebusan bagi jiwa Imamnya.

Walaupun keadaan Zainab sendiri tidak berada dalam kondisi yang baik dan di tengah-tengah penderitaan luar biasa akibat syahidnya orang-orang terdekat yang ia cintai, Zainab  juga merawat saudaranya dengan sebaik-baiknya yang ketika itu sedang menderita sakit.

Perkataan dan pujian-pujian Zainab juga memberikan ketenangan yang mendalam bagi Imam Ali bin Husain As. Ketika Imam Sajad As tidak bisa terjun ke medan peperangan dikarenakan penyakit yang dideritanya, maka ia terpaksa hanya melihat perang itu dari balik tenda. Ketika ia menyaksikan bahwa kepala mubarak saudaranya sudah di penggal oleh musuh-musuh Tuhan dan tubuhnya telah dicabik-cabik, seketika itu pula tubuh Imam Sajad As langsung berubah total sehingga seolah-olah ruhnya telah terpisah dari badannya. Dengan menyaksikan keadaan Imam Sajad As, Zainab langsung menghampiri saudaranya dan kepadanya ia menghibur dengan kata-katanya: “Duhai engkau yang merupakan kenang-kenangan kakek, ayah dan saudara-saudaraku! Keadaan apa yang tengah kau alami sehingga engkau bermain-main dengan hayatmu dan menginginkan kematian atas dirimu.”