Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pancaran Cahaya Ramadhan (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Bulan Ramadhan kembali datang mengudang kaum Muslim ke perjamuan Tuhan. Dalam riwayat, bulan ini disebut sebagai bulan Allah Swt dan bulan perjamuan umat Rasulullah Saw. Allah menjamu hamba-Nya di bulan dengan penuh penghormatan dan kasih sayang.

Perjamuan ini bukan berati Tuhan mengajak hamba-Nya untuk memenuhi perut mereka dengan makanan, tetapi para hamba dengan berpuasa, berdoa, bermunajat, dan melakukan amal ibadah lain, dapat mencapai perkembangan spiritual dan mengembangkan keutamaan akhlak dalam dirinya dengan mengikis sifat-sifat buruk. Jelas, pengembangan nilai-nilai moral dan spiritual ini akan mendekatkan manusia ke sisi Allah Swt.

Tentang sebab penamaan bulan mulia ini dengan Ramadhan, Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, “Bulan Ramadhan dinamakan Ramadhan karena ia membakar dosa-dosa.” Mengenai kemuliaan bulan ini, Imam Muhammad al-Baqir berkata kepada Jabir bin Abdullah bin al-Ansari, “Barang siapa yang berpuasa di siang harinya dan menghabiskan sebagian malam dengan ibadah, maka ini akan menjadi hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”

Rasulullah Saw dalam pidatonya menyambut bulan Ramadhan, bersabda, “Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan ampunan. Bulan yang paling utama di sisi Allah, hari-harinya adalah hari-hari yang termulia, malam-malamnya adalah malam-malam yang terbaik, dan waktu-waktunya adalah saat-saat yang paling utama; adalah bulan di mana kalian diundang di dalamnya untuk menghadiri jamuan Allah dan kalian telah dijadikan di dalamnya sebagai orang-orang yang berhak mendapatkan kemuliaan-Nya.”

“Nafas-nafas kalian di dalamnya adalah tasbih, tidur kalian adalah ibadah, setiap amalan kalian diterima, dan doa kalian dikabulkan…”

“… bersedekahlah kepada orang-orang fakir dan miskin dari kalian, hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian, sayangilah anak-anak kecil kalian, sambunglah silaturrahmi kalian…”

“Wahai manusia, barang siapa memperbaiki akhlaknya pada bulan ini, maka ia akan dapat melintas Shirat (jembatan akhirat) ketika semua kaki pada saat itu tergelincir; barang siapa memperingan beban hamba sahayanya (pembantunya) pada bulan ini, maka Allah akan memperingan perhitungan (amal)nya…”

“… memohonlah kepada Allah Tuhan kalian, dengan niat yang tulus dan hati yang bersih, agar Dia memberikan jalan mudah kepada kalian guna menjalankan puasa dan membaca al-Quran-Nya, karena sesungguhnya orang yang celaka pada bulan yang agung ini adalah orang yang terhalang dari ampunan Allah.”

Menurut pandangan fiqih, melihat hilal bulan Ramadhan dapat diperoleh dengan lima cara. Pertama, ia menyaksikan sendiri hilal dengan matanya. Kedua, dari kesaksian sekelompok orang yang dengan yakin mengaku melihat hilal. Ketiga, kesaksian dua orang yang adil yang mengaku melihat hilal pada malam hari. Keempat, 30 hari penuh dari bulan Sya’ban telah terlewati, maka hari berikutnya sudah pasti Ramadhan. Kelima, hakim syar’i memutuskan bahwa awal Ramadhan telah tiba.

Bagi seseorang yang wujudnya hanyalah penghambaan, maka kekayaan dan harta benda hanya punya satu makna baginya yaitu bermunajat dan beribadah kepada Sang Khalik. Tentu ada jalan khusus untuk meraih kekayaan ini dan kita mempelajari tata cara ini dari sirah Rasulullah Saw dan para pemuka agama.

Setelah wafatnya Nabi, Ahlul Bait mewarisi banyak pejalaran dalam bentuk doa untuk kaum Muslim, dan kita akan mencoba mengambil sedikit bekal dari harta karun ini selama bulan suci Ramadhan.

Di malam pertama Ramadhan, kita akan membaca ulang doa yang datang dari Imam Ali Zainal Abidin al-Sajjad as dalam munajatnya dengan Allah Swt. Ia dijuluki al-Sajjad karena sujud-sujudnya yang panjang ketika beribadah kepada Allah. Saat Ramadhan tiba, Imam Sajjad as menyambutnya dengan menyebut nama Allah dan memuji-Nya.

Berikut kami kutip doa Imam Sajjad as menyambut bulan Ramadhan dan doa ini bisa ditemukan dalam kitab Shahifah Sajjadiyah munajat ke-44.  

“Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada kita untuk memuji-Nya dan menjadikan kita dari ahli-Nya, agar kita mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, lalu Dia akan memberikan pahala kepada kita, pahala orang-orang yang berbuat baik. Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan kepada kita agama-Nya, dan menjadikan kita di antara pengikut-Nya, memasukkan kita ke jalan-jalan kebaikan-Nya agar kita menempuh jalan-jalan tersebut dengan karunia-Nya menuju keridhaan-Nya. Segala puji bagi-Nya, pujian yang Dia terima dari kita, dan membuat-Nya meridhai kita.

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diantara jalan-jalan itu, bulan-Nya, yaitu bulan Ramadhan, bulan puasa, bulan Islam, bulan kesucian, bulan pembersihan, bulan ibadah, yang diturunkan di dalamnya al-Quran, sebagai petunjuk kepada manusia dan penjelas dari petunjuk dan pembeda antara hak dan batil. Lalu Allah menjelaskan keutamaan-keutamaannya dibanding bulan lain, dengan memenuhi bulan ini dengan berbagai kehormatan dan keutamaan yang terang.

Allah mengharamkan di bulan ini beberapa hal yang halal di bulan-bulan lain, untuk mengagungkannya, dan melarang makan dan minum di bulan ini untuk memuliakannya. Kemudian Allah memuliakan satu malam di antara malam-malamnya lebih baik daripada seribu bulan, dan menyebutnya “Lailatul Qadar,” yang turun di malam itu para malaikat dan ruh, dengan ijin Tuhan mereka dengan segala urusan. Kesejahteran yang penuh berkah hingga terbit fajar, bagi siapa pun diantara hamba-hamba-Nya, sesuai dengan keputusannya yang kokoh kuat.

Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam atas Muhammad dan keluarganya. Tunjukilah kami untuk dapat memahami keutamaannya, dan keagungan kedudukannya, dan menjaga diri dari apa yang Kau larang.

Dan tolonglah kami untuk melakukan puasanya dengan mencegah anggota tubuh ini dari kemaksiatan kepada-Mu, dan menggunakannya untuk hal-hal yang mendatangkan ridha-Mu. Sehingga kami tidak mendengarkan dengan telinga kami hal-hal yang sia-sia, dan tidak melayangkan pandangan kami ke hal-hal yang mendatangkan dosa, tidak pula menjulurkan tangan-tangan kami kepada hal-hal yang terlarang, dan tidak melangkahkan kaki-kaki kami ke hal-hal yang kau cegah, tidak pula memenuhi perut kami kecuali dengan hal-hal yang Kau halalkan, dan tidak menggerakkan lidah kami kecuali untuk hal-hal Kau yang perintahkan.”

 

*الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِی هَدَانَا لِحَمْدِهِ، وَ جَعَلَنَا مِنْ أَهْلِهِ لِنَکُونَ لِإِحْسَانِهِ مِنَ الشَّاکِرِینَ، وَ لِیَجْزِیَنَا عَلَى ذَلِکَ جَزَاءَ الْمُحْسِنِینَ  وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِی حَبَانَا بِدِینِهِ، وَ اخْتَصَّنَا بِمِلَّتِهِ، وَ سَبَّلَنَا فِی سُبُلِ إِحْسَانِهِ لِنَسْلُکَهَا بِمَنِّهِ إِلَى رِضْوَانِهِ، حَمْداً یَتَقَبَّلُهُ مِنَّا، وَ یَرْضَى بِهِ عَنَّا  وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِی جَعَلَ مِنْ تِلْکَ السُّبُلِ شَهْرَهُ شَهْرَ رَمَضَانَ، شَهْرَ الصِّیَامِ، وَ شَهْرَ الْإِسْلَامِ، وَ شَهْرَ الطَّهُورِ، وَ شَهْرَ التَّمْحِیصِ، وَ شَهْرَ الْقِیَامِ «الَّذِی أُنْزِلَ فِیهِ الْقُرْآنُ، هُدىً لِلنَّاسِ، وَ بَیِّناتٍ مِنَ الْهُدى‏ وَ الْفُرْقان»  فَأَبَانَ فَضِیلَتَهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ بِمَا جَعَلَ لَهُ مِنَ الْحُرُمَاتِ الْمَوْفُورَةِ، وَ الْفَضَائِلِ الْمَشْهُورَةِ، فَحَرَّمَ فِیهِ مَا أَحَلَّ فِی غَیْرِهِ إِعْظَاماً، وَ حَجَرَ فِیهِ الْمَطَاعِمَ وَ الْمَشَارِبَ إِکْرَاماً، وَ جَعَلَ لَهُ وَقْتاً بَیِّناً لَا یُجِیزُ- جَلَّ وَ عَزَّ- أَنْ یُقَدَّمَ قَبْلَهُ، وَ لَا یَقْبَلُ أَنْ یُؤَخَّرَ عَنْهُ. ثُمَّ فَضَّلَ لَیْلَةً وَاحِدَةً مِنْ لَیَالِیهِ عَلَى لَیَالِی أَلْفِ شَهْرٍ، وَ سَمَّاهَا لَیْلَةَ الْقَدْرِ، «تَنَزَّلُ الْمَلائِکَةُ وَ الرُّوحُ فِیها بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ کُلِّ أَمْرٍ» سَلامٌ دَائِمُ الْبَرَکَةِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ عَلَى مَنْ یَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ بِمَا أَحْکَمَ مِنْ قَضَائِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ، وَ أَلْهِمْنَا مَعْرِفَةَ فَضْلِهِ وَ إِجْلَالَ حُرْمَتِهِ، وَ التَّحَفُّظَ مِمَّا حَظَرْتَ فِیهِ، وَ أَعِنَّا عَلَى صِیَامِهِ بِکَفِّ الْجَوَارِحِ عَنْ مَعَاصِیکَ، وَ اسْتِعْمَالِهَا فِیهِ بِمَا یُرْضِیکَ حَتَّى لَا نُصْغِیَ بِأَسْمَاعِنَا إِلَى لَغْوٍ، وَ لَا نُسْرِعَ بِأَبْصَارِنَا إِلَى لَهْوٍ  وَ حَتَّى لَا نَبْسُطَ أَیْدِیَنَا إِلَى مَحْظُورٍ، وَ لَا نَخْطُوَ بِأَقْدَامِنَا إِلَى مَحْجُورٍ، وَ حَتَّى لَا تَعِیَ بُطُونُنَا إِلَّا مَا أَحْلَلْتَ، وَ لَا تَنْطِقَ أَلْسِنَتُنَا إِلَّا بِمَا مَثَّلْتَ،

 

Imam Sajjad as dalam doanya menjelaskan bahwa bulan suci ini penuh dengan berbagai keutamaan, kemuliaan, dan keagungan. Lewat doa ini, ia juga mendorong seluruh kaum Muslim agar menaruh perhatian penuh untuk melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.