Mahdawiah Sebagai Tuntutan Fitrawi Manusia(2)

Naluri pada Manusia

Sebagai hayawanu natiq manusia juga mempunyai sejumlah naluri. Manusia juga punya naluri mempertahankan diri, melakukan reproduksi, menyayangi anak dan lain-lain.

Naluri yang dimiliki manusia jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan naluri yang ada pada hewan. Hewan mana pun dan hewan dimana pun. Hal ini karena manusia memang memiliki lebih banyak kelebihan dibanding hewan-hewan tersebut. Sebagai contoh manusia memiliki otak dengan kapasitas dan kualitas yang jauh lebih tinggi. Ada bagian dalam otak manusia yang dikenal dengan neo-cortex. Dengan adanya bagian otak ini manusia memiliki kemampuan untuk merenung, berimajinasi, memilih, memberikan jeda dalam bereaksi, dan berbagai kemampuan lain yang sangat banyak jumlahnya. Sebuah kemampuan yang jelas tidak dimiliki oleh hewan-hewan yang lain.

Fitrah merupakan naluri khas yang hanya dimiliki oleh manusia. Fitrah juga sebagaimana naluri pada hewan sudah dimiliki manusia sejak mereka lahir. Jadi tidak didapatkan karena proses belajar mengajar. Fitrah merupakan naluri yang baik. Dan sebagaimana ciri khas naluri,  fitrah juga bersifat selalu everything, everytime, dan everywhere. Jadi ciri ini akan didapati secara sama pada manusia kapan pun mereka lahir, dimana pun mereka lahir dan semua bagian dari ciri fitrah ini juga dimiliki secara sama pada setiap manusia.

Contoh fitrah yang ada pada manusia dapat disebutkan sebagai berikut ini:

Manusia memiliki rasa cinta kepada keindahan, selalu merindukan dan menginginkan kesempurnaan pada semua aspek diri (ilmu, akhlak). Mereka selalu mencari hakikat sebenarnya, tidak menyukai hoaks dan kebohongan, mereka aktif bekerja, memiliki daya kreasi, mencintai dan rela berkorban, dan poin penting mereka semua adalah penyembah Tuhan yang Esa.

Fitrah Penyembahan

Alamah Thabathabai seorang filsuf muslim menjelaskan bahwa terkait pembuktian keberadaan Tuhan tidak perlu lagi dengan pelacakan akal, karena sebenarnya secara fitrah akal sudah mengenalinya, sudah langsung membuktikannya. Hanya saja sebagian orang mengingkari hakikat kebenaran yang sudah ada sejak lahir.

Fitrah dan Keberimbangan Ketersediaan Realitas di Luar Diri

Ada naluri biologis, ada realitas diluar yang memungkinkan makhluk ini untuk menyalurkan naluri tersebut. Ada naluri mempertahankan diri, bahkan sebagian hewan dilengkapi dengan berbagai pendukung untuk melakukan hal ini, realitas yang ada adalah ada banyak ancaman yang bisa kapan saja mengancam keselamatan hewan tersebut. Naluri menyembah dan menghormati yang Maha Segala, realitasnya ada wujud yang Maha Segalanya untuk disembah dan dihormati.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[2]

Fitrah manusia bisa menyala besar bisa juga redup, ketika nyala fitrah redup terjadilah anomali, dimana ada sebagian manusia membunuh ibu atau ayahnya, sebagian ibu membunuh bayi yang baru ia lahirkan dll. Nyala fitrah redup dan didukung dengan hawa nafsu yang menyala besar, nafsu amarah, nafsu seksual, nafsu kekuasaan dll. Hal-hal ini bisa menjadi penyebab penyimpangan pada manusia. Dan jelas penyimpangan ini bukan bagian dari fitrah.

Fitrah Mahdawiah

Bangunan argumen:

Semua manusia memiliki fitrah bahwa mereka percaya akan adanya juru selamat.

Fitrah manusia ini memastikan bahwa dalam realitasnya ada sosok yang menjadi juru selamat.

Jadi sosok juru selamat dalam hal ini adalah Imam Mahdi pasti dan harus ada secara nyata.[3]

CATATAN:

[1] (QS. Al Anbiya: 105)

[2] QS. Rum [30]: 30

[3] Tulisan ini adalah ringkasan dari kajian yang disampaikan oleh Ust. Dr Otong Sulaeman pada kajian short Course Mahdawiah yang diselenggarakan tim Riset dan Edukasi ICC Jakarta.