Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Keutamaan Lailatul Qadr dalam Literatur Syiah (2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Lailatul Qadr merupakan sebuah malam yang memiliki kedudukan tinggi dalam keyakinan setiap muslim. Bagaimana tidak, berbagai riwayat dari para ma’sum termasuk Nabi saw menggambarkan malam itu sebagai malam yang paling agung, tidak hanya itu bahkan dan Al-Qur’an pun secara khusus mencatat sebuat surat menjelaskan keutamaannya.

Seperti yang telah dibahas dalam seri-seri sebelumnya, bahwa banyak hal yang dimiliki oleh Lailatul Qadr yang menjadikannya utama ketimbang malam-malam lainnya.

    Nuzulul Qur’an (Penurunan Al-Quran)

Secara gamblang Al-Quran sendiri menjelaskan terkait penurunannya pada Lailatul Qadr:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). (Al-Baqarah: 185)

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi.  Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. (Ad-Dukhan: 3)

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. (Al-Qadr: 1)

Dalam hal ini yang masyhur di kalangan para mufassir Syiah menjelaskan bahwa Nuzulul Qur’an atau penurunan Al-Quran terjadi dalam dua bentuk. Pertama penurunan sekaligus (Nuzul Daf’i) dan kedua adalah penurunan bertahap (Nuzul Tadriji).

Sekaitan dengan ini Allamah Thabathaba’i dalam kitab Al-Mizan memaparkan bahwa yang menjadi bahan tadabbur di sini ialah bahwa ayat-ayat yang bercerita tentang penurunan Al-Quran di bulan Ramadhan atau di sebuah malam dari malam-malam Ramadhan, menggunakan kata Inzal (إنزال) yang menunjukkan penurunan secara sekaligus bukan mengunakan (تنزيل) (yang menunjukkan penurunan secara bertahap).[1]

Di sisi lain ia juga menyebutkan bahwa Al-Qur’an memiliki hakikat lain (Al-Quran yang bersifat batin dan tidak terbagi) selain dari yang kita pahami dengan pemahaman biasa (Al-Qur’an secara lahir) yang memungkinkannya untuk terbagi atau tergradasi.[2] Al-Qur’an dengan hakikat seperti inilah yang turun secara sekaligus pada Nabi saw pada Lailatul Qadr.

Beda halnya dengan Al-Quran yang turun secara bertahap, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa ayat seperti diantaranya:

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا

Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap. (Al-Isra: 106)

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةً ۛ كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا

Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar). (Al-Furqan: 32)

Ayat-ayat ini berbicara mengenai Al-Quran secara lahir yang kita pahami tersusun dengan lafadz-lafadz dan diturunkan selama 23 tahun masa tabligh Nabi saw.

Hal serupa dilontarkan oleh Syekh Makarim Syiraji dalam tafsir Al-Amtsal. Ia membagi Nuzulul Qur’an kedalam dua macam. Pertama adalah penurunan Al-Qur’an secara sekaligus, yaitu penurunan Al-Quran secara utuh kedalam hati Nabi saw, atau Baitul Ma’mur. Kedua adalah penurunan secara bertahap yang terjadi selama 23 tahun dari masa pengutusan.[3]

Adapun terkait penentuan Lailatul Qadr dari malam-malam Ramadhan, hal ini tidak disebutkan secara langsung dalam Al-Qur’an, melainkan terdapat dalam beberapa riwayat yang mana butuh pada kajian khusus dan mendalam untuk membahasnya. Namun secara umum yang masyhur di kalangan Syiah, malam-malam Lailatul Qadr diperkirakan pada malam 19, 21 dan 23 Ramadhan, sementara yang masyhur di kalangan Sunni adalah malam 27 Ramadhan.

Alhasil, dari semua penjelasan di atas yang menjadikan Lailatul Qadr menjadi malam yang sangat utama, salah satunya adalah Nuzulul Qur’an atau penurunan Al-Quran itu sendiri dan insyaAllah dalam pembahasan-pembahasan berikutnya akan dikupas kembali tentang semua yang berkaitan dengan Lailatul Qadr.

CATATAN

[1] Al-Mizan, jil: 2, hal: 17, Muassasah A’lami Lil Mathbuat, Beirut.

[2] Ibid.

[3] Al-Amtsal, jil: 15, hal: 347-348, Muassasah A’lami Lil Mathbuat, Beirut.