Pancaran Cahaya Ramadhan (17)

Berpuasa di bulan yang penuh berkah ini menjadi momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dari sebelumnya

Selain menjaga tubuh dari segala jenis makanan dan minuman, dengan menghindari dosa, terutama dosa yang bersumber dari lidah, kita meningkatkan ketaatan dan penghambaan diri kepada Allah swt.

Sama seperti makan berlebihan, dan banyak bicara dapat membawa seseorang ke tingkat kehidupan yang paling rendah. Maka, makan sedikit dan mengurangi bicara dapat membawa kita ke puncak kesempurnaan kesempurnaan.

Menurut hadits, ketika Nabi Muhammad Saw melakukan miraj pada malam ketujuh belas bulan suci Ramadhan, beliau bertanya kepada Tuhan Yang Maha Esa: "Ya Allah, apakah awal dari ibadah? Tuhan Yang Maha Kuasa menjawab: "Puasa dan diam. Wahai Ahmad! Tidak ada ibadah yang lebih Kucintai daripada diam dan puasa, jadi jika seseorang berpuasa tetapi tidak memperhatikan lidahnya, itu seperti orang yang berdiri untuk menunaikan sholat, tetapi tidak memperhatikan bacaan shalatnya,"

Tentu saja hadits-hadits tersebut tidak berarti bahwa manusia harus selalu tutup mulut dan tidak berbicara, bahkan berdiam diri dan tidak membela diri atas haknya dan hak orang lain. Tetapi tujuannya adalah untuk mencegah omong kosong dan bicara yang tidak berguna.

Sebagaimana yang dikatakan Imam Sadiq, "Sarana untuk menghancurkan sekaligus menyelamatkan manusia terletak pada bicara atau diamnya. Berbahagialah orang yang berhasil mengenali kata-kata baik dan buruk, atau menyadari manfaat dan efek baik dari diam, karena diam adalah moralitas para Nabi Allah dan Aulia Ilahi. Jika seseorang mengetahui nilai kata-katanya, ia tidak sembarangan berbicara. Siapa pun yang menyadari dia sebagai harta karun dan rahasia hatinya, maka orang seperti itu akan menjadikan perkataan dan diamnya sebagai ibadah, dan tidak seorang pun kecuali Tuhan yang mengetahui hakikat dari ibadahnya."

Seperti biasa, di bagian ini kita akan membahas tentang fiqh puasa mengikuti program sebelumnya, kali ini tentang kifarah orang yang membatalkan puasa wajib tanpa ada alasan syari yang membolehkannya. Kifarah puasa Ramadhan dalam fiqh diberlakukan dengan tiga hal. Pertama, membebaskan seorang budak (karena saat ini tidak ada perbudakan yang dapat dibebaskan, wajib melakukan salah satu dari dua hal lainnya) Kedua, dua bulan atau enam puluh hari berpuasa, dan ketiga, memberi makan enam puluh orang miskin.

Jika tidak satu pun dari ketiga hal ini memungkinkan, maka harus memberi makanan kepada sebanyak mungkin orang miskin. kalau itupun tidak bisa dilakukan dengan memohon ampunan sebanyak-banyak kepada Allah swt dengan memperbanyak istigfar.

Siapapun yang ingin menebus dua bulan puasa Ramadhan harus menyelesaikan satu bulan penuh dan minimal satu hari di bulan kedua berturut-turut, dan tidak ada masalah jika sisa bulan kedua tidak berturut-turut. Seorang wanita yang ingin mengqada puasanya selama enam puluh hari puasa dan mencapai hari-hari menstruasi dan sejenisnya pada siang hari, dapat mengakhiri sisa puasa setelah hari-hari itu berakhir dan tidak harus melanjutkannya.

Selain itu, memberi makan enam puluh orang miskin dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama memberi makan mereka dengan makanan yang sudah jadi, atau dengan memberi setiap orang sebanyak 750 gram gandum atau tepung atau roti atau nasi atau sejenisnya.

Di bagian program ini, kita akan mengulas kembali doa-doa indah Ramadhan pada malam-malam mendekati malam-malam indah Lailatul Qadr.  Walaupun waktu Lailatul Qadr tidak jelas, tetapi menurut banyak riwayat, malam ini terletak di bulan Ramadhan dan kemungkinan besar salah satu malam tanggal 19, 21, 23 atau 27.

Pada malam-malam ini, umat Islam, terutama kalangan Syiah mengikuti teladan para Imamnya melakukan pembacaan Alquran, doa, dan munajat serta berbagai ibadah lainnya pada malam ini.

Rasulullah Saw bersabda, "Bulan yang diberkahi telah datang kepadamu, dan di bulan ini ada malam yang lebih tinggi dari seribu bulan, dan siapa pun yang kehilangan rahmat Malam Qadr, maka akan kehilangan kebaikannya, tetapi tidak ada seorang pun yang kehilangan berkah Lailatul Qadr, kecuali oleh dirinya sendiri." Oleh karena itu, rahasia keberkahan Lailatul Qadr adalah tindakan sukarela yang dilakukan secara ikhlas oleh orang-orang yang mencarinya.

Ada dua jenis amalan di malam Qadr. Pertama adalah amalan umum yang dapat dilakukan pada tiga malam, dan yang lainnya adalah amalan  khusus untuk masing-masing malam tersebut.

Salah satu amalan umum di malam qadr adalah mandi paling baik dilakukan saat matahari terbenam. Selain itu, pada malam-malam ini, dianjurkan untuk membaca doa Jausyan Kabir, doa Iftitah dan doa Abu Hamzah Tsumali. Dianjurkan juga membaca ziarah Imam Husein dan membaca doa perlindungan dari Alquran dengan memegang al-Quran di atas kepala, sambil membaca doa, "

اللَّهُمَّ إِنِّی أَسْأَلُکَ بِکِتَابِکَ الْمُنْزَلِ وَ مَا فِیهِ وَ فِیهِ اسْمُکَ الْأَکْبَرُ وَ أَسْمَاؤُکَ الْحُسْنَى وَ مَا یُخَافُ وَ یُرْجَى أَنْ تَجْعَلَنِی مِنْ عُتَقَائِکَ مِنَ النَّارِ.

Kemudian kita memegang Alquran di atas kepala dengan satu tangan dan mengangkat tangan seraya berdoa:

«اللَّهُمَّ بِحَقِّ هَذَا الْقُرْآنِ وَ بِحَقِّ مَنْ أَرْسَلْتَهُ بِهِ وَ بِحَقِّ کُلِّ مُؤْمِنٍ مَدَحْتَهُ فِیهِ وَ بِحَقِّکَ عَلَیْهِمْ فَلا أَحَدَ أَعْرَفُ بِحَقِّکَ مِنْکَ، بِکَ یَا اللَّهُ و بِمُحَمَّدٍ و بِعَلِیٍّ و بِفَاطِمَةَ و بِالْحَسَنِ و بِالْحُسَیْنِ و بِعَلِیِّ بْنِ الْحُسَیْنِ و بِمُحَمَّدِ بْنِ عَلِیٍّ و بِجَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ و بِمُوسَى بْنِ جَعْفَرٍ و بِعَلِیِّ بْنِ مُوسَى و بِمُحَمَّدِ بْنِ عَلِیٍّ و بِعَلِیِّ بْنِ مُحَمَّدٍ و بِالْحَسَنِ بْنِ عَلِیٍّ و بِالْحُجَّةِ.»