Latar Belakang Tindakan Ibnu Muljam

Tanggal 19 hingga 21 Ramadan, selain menjadi hari-hari yang dipenuhi dengan keagungan karena peristiwa Al-Qadrnya, juga menjadi hari-hari yang kelam khususnya kalangan Syiah, dikarenakan musibah besar yang menimpa imam Ali as. Pada tanggal 19 Ramadan, beliau ditebas oleh seorang bernama Abdurahman bin Muljam saat berada di mihrab, dan pada 21 Ramadan menjadi hari dimana beliau menghembuskan napas terakhir.

Perihal Ibnu Muljam, kita telah sedikit membahasnya pada kajian-kajian yang lalu. Ia juga dikenal sebagai seorang dari kelompok Khawarij. Sebuah kelompok yang keluar dari pasukan imam Ali as pada perang Shiffin saat melawan Muawiyah.

Dalam kitab Al-Milal Wan Nihal karya Syahrestani di sebutkan bahwa pada peristiwa Tahkim (perundingan dengan bersandar pada Al-Qur’an) yang disodorkan oleh pasukan Muawiyah, kelompok Khawarij ini tidak hanya memprotes imam Ali as, yang memilih tidak menghiraukan ajakan itu, bahkan mereka memaksa serta mengancamnya untuk mengikutinya.

Saat imam Ali as memilih Abdullah bin Abbas sebagai perwakilannya dalam Tahkim, kelompok Khawarij menolaknya dengan alasan ia adalah orangnya imam Ali as, sedangkan mereka menginginkan Abu Musa Al-Asyari sebagai perwakilan dalam proses Tahkim.

Ketika keputusan dari Tahkim telah keluar, kelompok Khawarij tidak rela dengan hasilnya, menyalahkan imam Ali as dalam hal ini dan akhirnya keluar dari pasukan imam Ali as. Mereka berlepas diri dari imam Ali as, mengkafirkannya serta berperang melawannya.

Setelah perang Nahrawan terjadi dan banyaknya yang tewas dari kelompok Khawarij, sebagian dari mereka ketika berkumpul di Mekah bertekad untuk membalas dan membunuh “para pemimpin kesesatan” -sesuai anggapan mereka- yaitu imam Ali as, Muawiyah dan Amr bin Ash. Adalah Abdurahman bin Muljam salah satunya yang memilih untuk membunuh imam Ali as dan berangkat ke Kufah.

Jadi sampai di sini, dorongan Ibnu Muljam untuk membunuh imam Ali as, adalah murni berasal dari keyakinan kelompok Khawarij.

Sesampainya di Kufah ia bertemu dengan seorang wanita bernama Qatham. Disebutkan dalam kitab Al-Irsyad bahwa ia adalah seorang wanita yang sangat cantik. Ibnu Muljam jatuh hati padanya hingga melamarnya. Di sisi lain ternyata Qatham memiliki ayah dan saudara laki-laki yang telah tewas oleh pasukan imam Ali as di Nahrawan.

Qatham pada akhirnya menerima lamaran Ibnu Muljam, namun dengan mahar yang salah satunya adalah pembunuhan imam Ali as. hal ini tentu menambah semangat Ibnu Muljam dalam melakukan tujuan utama kedatangannya ke Kufah.

Inilah beberapa dorongan yang membuat sosok Ibnu Muljam berani melakukan teror kepada imam Ali as ketika shalat di masjid Kufah. Namun hal utama yang paling berpengaruh dalam peristiwa ini ialah keyakinannya yang mudah mengkafirkan dan menghalalkan darah seseorang.