Muawiyah dan Perintah Mencaci serta Melaknat Ali

Salah satu peristiwa yang tak dapat dipungkiri lagi terjadinya di dalam sejarah Islam adalah propaganda yang dilancarkan oleh Bani Umayah terhadap sosok Ali bin Abi Thalib as. Khususnya kala itu adalah Muawiyah yang berada pada puncak pemerintahannya. Ia memerintahkan tokoh-tokoh tertentu untuk melakukan pelaknatan maupun pencacian terhadap imam Ali as di atas mimbar-mimbar mereka.

Hal ini terjadi meskipun Muawiyah mengetahui dan menyadari betul siapa sebenarnya imam Ali as. Namun semua ini adalah cerita tentang kepentingan dan kelangsungan keluarga besarnya dalam memegang tampuk khilafah, sehingga apapun caranya maka itulah yang diambil. Hasilnya adalah pelaknatan dan pencacian ini berlangsung selama puluhan tahun hingga sampai pada generasi Umar bin Abdul Aziz (61 H – 101 H).

Dalam kitab At-Tashil Li Ulumit Tanzil, disebutkan:

وقوله: «إنما السبیل على الذین یظلمون الناس» إشارة إلى بنی أمیة، فإنهم استطالوا على الناس کما جاء فی الحدیث عنهم: أنهم جعلوا عباد الله خولا ومال الله دولا، ویکفیک من ظلمهم أنهم کانوا یلعنون علی بن أبی طالب على منابرهم

Dan firman-Nya: “Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia..” (As-Syura: 42) Sebuah isyarat terhadap Bani Umayah, sebab mereka menzalimi orang-orang sebagaimana telah datang hadist mengenai mereka; Bahwasannya mereka menjadikan para hamba Allah sebagai budak dan harta Allah timbaan (digunakan pribadi), dan cukup bagimu mengenai kezaliman mereka, bahwa mereka melaknat Ali bin Abi Thalib di atas mimbar-mimbar mereka. (At-Tashil Li Ulumit Tanzil, jil: 2, hal: 305, Darul Kutubul Ilmiyah, Beirut)

Dalam kitab Tarikh Ibnu Khaldun juga disebutkan:

وکان بنو أمیة یسبّون علیّا فکتب عمر إلى الآفاق بترك ذلك

Bani Umayah (sejak itu) mencaci Ali hingga Umar (bin Abdul Aziz) menulis (surat) ke seluruh wilayah untuk menghentikan perbuatan itu. (Tarikh Ibnu Khaldun, jil: 3, hal: 94, Darul Fikr, Beirut)

Adapun Muawiyah adalah penggagas atau orang yang memulai propaganda ini, dimana salah satu dari mereka yang disuruh untuk melaknat dan mencela imam Ali as adalah Sa’ad bin Abi Waqqash. Namun ia enggan untuk melakukannya kemudian terjadilah dialog diantara keduanya yang terekam dalam Sahih Muslim, sebagai berikut:

عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَمَرَ مُعَاوِيَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ سَعْدًا فَقَالَ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسُبَّ أَبَا التُّرَابِ فَقَالَ أَمَّا مَا ذَكَرْتُ ثَلَاثًا قَالَهُنَّ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَنْ أَسُبَّهُ لَأَنْ تَكُونَ لِي وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

Dari A’mir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya (Sa’ad bin Abi Waqqash), berkata: “Muawiyah telah memerintahkan Sa’ad (untuk melaknat dan mencaci), lalu berkata: ‘Apa yang membuatmu tidak mencaci Abu Thurab (Ali bin Abi Thalib)?’ ia berkata: ‘Adapun aku tidak melakukannya, (disebabkan) tiga hal yang telah dikatakan oleh Rasulullah saw untuknya sehingga aku tidak akan pernah mencacinya, seandainya saja aku memiliki salah satu dari ketiga hal itu, lebih aku sukai ketimbang unta-unta merah..’” (Shahih Muslim, hal: 1129, Dar Thayyibah)

Sampai di sini kita dapat melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Muawiyah terhadap Imam Ali as adalah sebuah kekeliruan yang besar, selain ia merupakan sosok sahabat dan menantu nabi juga yang memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan serta keberlangsungan Islam, bahkan memiliki kedudukan khusus seperti yang disinggung pada riwayat di atas. Sebagai tambahan terdapat riwayat dengan sanad yang sahih dari Ummu Salamah terkait mencaci Ali, sebagai berikut:

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ كَامِلٍ الْقَاضِي، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَعْدٍ الْعَوْفِيُّ، ثنا يَحْيَي بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ، ثنا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْجَدَلِيِّ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَي أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَقَالَتْ لِي: أَيُسَبُّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فِيكُمْ؟ فَقُلْتُ: مُعَاذَ اللَّهِ، أَوْ سُبْحَانَ اللَّهِ، أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا، فَقَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “مَنْ سَبَّ عَلِيًّا فَقَدْ سَبَّنِي”

Dari Abu Abdillah Al-Jadali, berkata: ”Aku mendatangi Ummu Salamah ra, ia berkata padaku: ‘Apakah diantara kalian ada yang mencaci Rasulullah saw?’ aku berkata: ‘Aku berlindung pada Allah..’ ia berkata: ‘Aku mendengar nabi saw berkata: ‘Barangsiapa mencaci Ali maka ia telah mencaci diriku.’’” (Al-Mustadrak Ala Shahihain, jil: 3, hal: 130, Darul Kutubul Ilmiyah, Beirut)