Sayyidina Ali ‘Dilaknat’ di Era Dinasti Umayyah (2)

Sejauh ini kita telah membaca dan mengkaji masalah pelaknatan dan pencacimakian. Sedari awal dari pembahasan ini, kita telah disuguhkan makna dari keduanya sekaligus pengertiannya.

Dari beberapa tulisan sebelumnya, kita telah disuguhkan pula bukti sejarah tentang tokoh yang menjadi korban dan pelaku pelaknatan tersebut. Seperti yang kita tahu, salah satu masa di mana pelaknatan marak terjadi adalah di era Dinasti Umayyah.

Di era tersebut, seperti yang tercatat dalam sejarah Islam, Sayyidina Ali-lah yang menjadi korban pelaknatan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, yang berlangsung hingga ke para pemimpin Dinasti Umayyah berikutnya, yang diakhiri di kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.

Di tulisan kali ini, penulis masih berusaha memunguti kepingan-kepingan bukti pelaknatan dan caci maki yang dialamatkan kepada Sayyidina Ali bin Abu Thalib di Era Dinasti Umayyah. Salah satunya terjadi di masa Marwan bin Hakam.

Seperti yang kita tahu, Marwan bin Hakam adalah salah satu pemimpin Dinasti Umayyah generasi keempat. Ia adalah tokoh yang tak pernah absen mencaci maki Sayyidina Ali. Hal tersebut telah diungkapkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.

Di dalam kitabnya yang berjudul al-Ilal wa ma’rifatu ar-Rijal, ia menulis sebagai berikut.

.عن عمير بن إسحاق قال: كان مروان اميرا علينا ست سنين  و كان يسب عليا كل جمعة

Amir bin Ishak berkata, “Ketika Marwan menjadi pemimpin kami selama enam tahun, ia senantiasa mencaci maki Ali setiap hari Jumat.”

ebih dari itu, pelaknatan yang terjadi di masa itu juga diakui oleh ilmuan kesohor, Ibnu Khaldun. Di dalam kitabnya yang berjudul Tarikh Ibnu Khaldun, ia blak-blakan dengan menulis kasus pencacimakian yang menimpa menantu Nabi saw. itu.

.وکان بنو أمیة یسبّون علیّا فکتب عمر إلى الآفاق بترک ذلک

“Ketika itu Bani Umayyah sering mencaci maki Ali, kemudian Umar bin Abdul Aziz menulis surat (yang dikirim) ke beberapa titik, sehingga mereka meninggalkan itu (pencacimakian kepada Sayyidina Ali).”

Di era sekarang, jika seseorang berbuat sesuatu keburukan atau kebaikan, yang terkonfirmasi oleh internet, maka semua sudah tercatat di dalamnya. Jika suatu saat seseorang hendak membuktikan kebaikan atau keburukannya, orang itu bisa melacaknya melalui jejak digitalnya.

Adapun dengan sejarah. Selama kejadian masa lalu tercatat dengan rapi, tidak ada sedikit pun distorsi, maka sewaktu-waktu ia akan menjadi bukti otentik tentang kejadian kala itu. Dan pelaknatan juga pencacimakian terhadap Sayyidina Ali oleh Dinasti Umayyah adalah bukti sejarah yang tak lagi dapat kita ingkari.