Sekilas Pertanian dalam Quran

Dunia pertanian adalah dunia yang sangat penting dan berperan besar dalam sebuah tatanan masyarakat. Dalam Quran kita dapati tiga sikap penting, yaitu :

Tidakkah kalian berfikir  

Tidakkah kalian bersyukur  

Tidakkah kalian beriman

Tiga sikap ini adalah modal besar bagi seorang petani. Petani dengan kecerdasaannya berpikir bagaimana bisa membuka lahan, menghidupkan lahan yang tadinya mati, penuh dengan kerikil, bebatuan, dan sampah sehingga siap ditanami.

Menyiapkan lahan sehingga menjadi gembur dan mendukung pertumbuhan tanaman. Menambahkan rangkaian pupuk penyubur tanah, memberikan air termasuk membuat irigasi buatan demi mendukung pertumbuhan tanaman.

Ini adalah bentuk nyata dari bertawakal kepada Allah SWT, berdoa meminta kepada Allah SWT, melakukan iyyaka nasta’in, sekaligus dibarengi dengan ikhtiar sekuat tenaga. Mengeluarkan tenaga, mengeluarkan keringat dalam rangka mencari rizki yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh. Mencari nafkah bagi keluarga atas dasar ketaatan kepada perintah Allah swt. Jihad fi sabilillah di dunia pertanian. “…bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah….. فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَ ابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِseperti diperintahkan dalam ayat:

فَإِذا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَ ابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ اذْكُرُوا اللهَ كَثيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.[1]

Menanam tanaman, bertani adalah salah satu cara mengamalkan bertebaran dimuka bumi. Jadi sebagian ada yang ke ladang, ada yang ke pasar, ada yang menjadi pembuat mebel dll. Semua pekerjaan yang halal menjadi media untuk mencari karunia Allah swt. Perintah bersifat umum tidak hanya untuk kepala rumah tangga dalam rangka mencari nafkah. Tapi kepada seluruh manusia. Ayat diatas juga mengingatkan agar manusia bersikap profesional. Waktunya salat maka salat, waktunya bekerja maka bekerja.

“Dialah yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui,”[2]

Memang ayat dari Surat Al-Baqarah 22 diatas tidak berbicara langsung tentang pertanian. Tapi pertanian sendiri dibanyak tempat sangat bergantung pada proses yang sudah digariskan Allah tersebut. 80-95 % pertanian sangat bergantung pada ketersediaan air. Selain itu ada banyak sekali tanaman tidak bisa mengkonsumsi air laut secara langsung. Bukan menjadi subur, dengan air laut tanaman tersebut akan rusak dan mati.

Allah dengan hujan yang Dia ciptakan memberikan kecukupan kebutuhan air bagi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Setelah manusia tercipta, manusia juga menjadi pihak yang sangat diuntungkan dengan keberadaan air hujan.

Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu

Walau petani seolah-olah menghasilkan padi mandiri dengan tangannya tapi sebenarnya itu sama sekali tidak terlepas dari kuasa-Nya. Dialah Allah yang menghasilkan buah-buahan, biji-biji padi, sayur-mayur, dan berbagai hasil bumi yang lain. Semua itu sengaja Allah peruntukkan sebagai rizki bagi manusia.

Seorang petani sangat beriman walau dengan kesederhanaan mereka. Mereka menanam dengan berbagai teknik yang mereka miliki, baik secara tradisional maupun modern, tapi mereka memasrahkan hasil kepada yang diatas. Banyak hal bisa terjadi pada tanaman. Tanaman bisa terserang serangga, virus, penyakit dll selama proses penanaman sampai penyimpanan hasil panen. Kadang hasil tanaman bagus namun harga tidak bagus. Harga bagus tapi hasil tanaman tidak bagus. Walau kondisi demikian para petani tetap bercocok tanam penuh kesabaran dan keyakinan.

Hewan ternak

Beternak juga bagian dari bertani. Karena itu SMK Pertanian juga memiliki jurusan peternakan. Untuk bertani masyarakat sangat terbantu dengan pupuk dari kotoran ternak. Termasuk pupuk yang direkomendasikan karena sifatnya alami dan baik bagi kesehatan ketika sudah menjadi sayur dan buah.

Sekali waktu Quran memberikan kriteria terkait hewan sembelihan. Ketika memilih hewan ternak sebagai sumber pokok pupuk kandang pemilihan jenis dan kriteria hewan ternak juga penting. Ketika salah pilih kualitas pupuk juga menjadi buruk.

”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata:”Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?”. Musa menjawab:”Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil”. Mereka menjawab:”Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?”. Musa menjawab:”sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. Mereka berkata:”Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya”. Musa menjawab:”Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya”. Mereka berkata:”Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk”.Musa berkata:”Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya”. Mereka berkata:”Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”.

Berikut kriteria penting hewan yang bagus sesuai ayat diatas:

Sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu. Jadi sapinya tidak terlalu tua sehingga dagingnya menjadi keras. Tidak juga terlalu  muda sehingga belum ada dagingnya.

Sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Sapi yang pernah digunakan untuk membajak tanah, mengairi tanaman atau apalagi memiliki cacat jelas memiliki kualitas rendah. Ketika digunakan untuk membajak tanah otot-otot sapi menjadi lebih keras. Sehingga kurang nyaman untuk dikonsumsi.

Demikian sekilas isyarat Quran terkait dunia pertanian. Kajian dengan tema-tema seperti ini tentu sangat bermanfaat bagi dunia pertanian itu sendiri.

 

[1] Surah Jumuah: 10

[2] Surah Al-Baqarah Ayat 22.