Kisah Abu Hanifah dengan Wanita Yang Beri Apel untuk Tanya Masalah Fiqih

Kali ini kita akan membaca sebuah kisah hikmah di zaman hidup salah satu Ahli Fiqih dari Mazhab Ahlus Sunnah, Abu Hanifah dan seorang wanita yang ingin mencari ilmu tentang darah haid dan darah istihadah. Yuk kita simak kisah yang menarik ini!

Dilansir dari NUOnline, sang pendiri mazhab Hanafi, Abu Hanifah, dihadapkan dengan persoalan haid yang menimpa seorang gadis desanya. Sebagaimana tabiat perempuan desa, berbicara soal privasi kewanitaannya adalah hal yang sangat tabu. Apalagi kepada orang yang ketokohannya dikultuskan dan dihormati. Terlebih, saat itu Abu Hanifah tengah berada di sekeliling murid-muridnya, mengisi daras rutinan.

Namun, perempuan itu tak kehabisan akal. Ia mencari media yang bisa memahamkan Abu Hanifah sekaligus tidak menyulitkan dirinya. Dia ingin segera mendapatkan jawaban dari masalahnya itu. Bila dengan menulis surat, mungkin akan semakin sulit dan ribet baginya. Akhirnya, dengan rasa keingintahuannya yang tinggi, ia berhasil menemukan jalan keluar yang solutif sekali.

Perempuan cerdas itu membawa sebuah apel yang sebagianya berwarna merah dan sebagian lagi berwarna kuning. Rupa-rupanya, perempuan baru dewasa itu sedang digelisahkan oleh warna darah haidnya yang sebelumnya berwarna merah, dan saat itu berubah menjadi warna kuning.

Ia bingung menentukan apakah itu darah haid atau istihadah.  Singkat cerita, dia pun menyuruh salah seorang peserta pengajian agar memberikan apel itu kepada Imam Abu Hanifah, sembari menanti jawaban, ia menunggu di depan pintu rumah sang imam. Ketika laki-laki itu menyerahkan apel tersebut, Abu Hanifah pun bertanya:

من أرسلك بها؟

Artinya, “Siapa yang menyuruhmu memberikan apel ini (untukku)?”

Muridnya itu menjawab:

إمرأة واقفة بالباب تنتظر الجواب

Artinya, “Seorang perempuan yang sekarang tengah berdiri di depan pintu menanti jawaban.”

Mendengar jawaban muridnya, Abu Hanifah langsung bisa menangkap isyarat apel yang ada di hadapannya. Ia paham betul maksud penanya yang hendak menyoal status darahnya yang telah berubah warna itu.

Seketika juga Abu Hanifah membelah apel tersebut dan memberikan kembali kepada muridnya seraya berkata:

إذهب بها وسلمها لها

 

Artinya, “Pergilah bawa apel ini, dan berikan kembali kepada perempuan itu (sebagai jawabannya).”

Setelah perempuan yang sedari tadi menunggu ini menerima kembali apelnya yang telah terbelah, ia pun dapat langsung menangkap jawaban dari isyarat Abu Hanifah. Melihat bagian dalam apel yang berwarna putih, dengan penuh keyakinan ia putuskan bahwa dirinya telah suci. Akhirnya, perempuan itu pun pulang dengan raut wajah riang nan puas membawa jawaban sang imam.