Ziarah Imam Husain Penghargaan Terhadap Sejarah

Cendekiawan Nahdlatul Ulama Ulil Abshar-Abdallah mengapresiasi tradisi Muslim Syiah, khususnya Ziarah Arbain Imam Husain. Di samping memiliki kemiripian dengan tradisi NU, ziarah Arbain merupakan bentuk penghargaan terhadap sejarah.  

“Tradisi Syiah adalah tradisi yang menghargai sejarah, jadi saya suka,” kata pria yang biasa disapa Gus Ulil ini dalam Short Course Arbain yang digelar secara online oleh Bidar ICC Jakarta, 27 September 2021.

Bagi putra Kiai Abdullah Rifa’i ini, ziarah kepada para wali Allah bukan hanya penting tapi juga keharusan. Pasalnya, ziarah dapat memberikan dampak perubahan setidaknya pada diri peziarah.

Kepada peserta Short Course, ia menukil penjelasan ‘transformasi’ menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Kimia Kebahagiaan. Menurut Al-Ghazali, manusia secara fisik pada dasarnya terdiri dari unsur paling sederhana: lempung.

Meski berasal dari tanah liat, manusia dapat berubah menjadi emas atau batu mutiara. Dalam proses transformasi dari ‘tanah’ menjadi ‘emas’ inilah, kimia – dalam pengertian filsuf muslim – berperan penting.  

“Nah, ziarah itu punya nilai tranformatif, nilai kimiawi, yang dapat mengangkat manusia dari lempung yang tak bernilai menjadi mutiara,” kata alumni Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati, Jawa Tengah dan Universitas Boston Amerika Serikat ini.  

Meski demikian, tidak setiap ziarah bisa berdampak kepada perubahan diri. Ulil mencontohkan, banyak orang yang berziarah ke makam Wali Songo tapi pribadinya tidak berubah. Ziarahnya sekedar wisata bukan transformatif.  

Ziarah tranformatif, kata menantu KH. Mustafa Bisri ini, memerlukan niat. Niat di sini mencakup cara pandang terhadap pribadi yang diziarahi. Dengan demikian, para peziarah juga mestinya menelaah sejarah hidup dan mengikuti jejak orang-orang yang diziarahi.

Berdasarkan nilai dampak ziarah inilah, Ulil memberikan penghormatan kepada tradisi Ziarah Arbain Imam Husain setiap 20 Safar. “Saya ini orang Sunni tapi punya penghargaan tinggi pada tradisi Syiah,” katanya.

Dalam sejarahnya, sahabat Nabi Muhammad Saw, Jabir bin Abdullah al-Anshari, menjadi pelopor ziarah Arbain Imam Husain as. Sahabat dari Madinah ini menziarahi Karbala pada hari ke-20 Safar atau  40 hari pascakesyahidan Imam Husain as.

Ziarah Arbain kemudian menjadi tradisi hingga kini. Data dua tahun lalu atau Arbain sebelum pandemi Covid-19, sekitar 25 juta orang berziarah ke makam Imam Husain.

Sort course Arbain yang juga disiarkan langsung Youtube ICC Jakarta TV ini juga digelar dalam rangka mempringati 40 hari syahidnya Imam Husain.  Selain Gus Ulil, hadir juga lima pemateri  lainnya – di antaranya Direktur ICC Dr. Abdulmajid Hakimelahi, Ketua Dewan Syura IJABI KH. Miftah F. Rakhmat dan Ketua Umum DPP Ahlulbait Indonesia Habib Zahir Yahya, – untuk memberikan pelajaran-pelajaran penting dari peringatan Arbain kepada peserta Short Course. []