Melukai Diri menurut Pandangan Syahid Shadr

Saat kita mengetik kata ‘Syiah’ di mesin pencarian raksasa bernama Google, maka di antara yang sering muncul di layar gawai kita adalah gambar-gambar yang memperlihatkan sekelompok orang yang tengah melukai diri dengan pedang. Salah satu anggota badan yang menjadi sasaran mereka ialah kepala. Iya, mereka meluakai kepala hingga mengucurkan darah segar.

Ekspresi itu mereka gambarkan sebagai bentuk duka yang mendalam atas syahidnya cucu nabi, Imam Husain As yang dibantai di padang Karbala. Hal itu kemudian kita kenal sebagai tathbir. Di sisi lain, tathbir menjadi salah satu syubhat atau penyimpangan yang terjadi di tengah mazhab Syiah, yang tentunya dilakukan oleh ‘sebagian kecil’ dari mereka.

Gambar-gambar tersebut seakan mencitrakan bahwa mazhab Syiah seseram itu. Bagi mereka yang tak tahu-menahu soal Syiah, tanpa tedeng aling-aling, mereka akan dengan enteng menjuluki Syiah sebagai mazhab yang ekstrem dan menyimpang. Sebagian lagi, mungkin akan trauma dan tak mau mengenal atau mendalami mazhab Syiah yang sebenarnya.

Berangkat dari gambar yang melukai diri itu pula, tersulut api kebencian di hati sebagian orang  kepada mazhab Syiah. Kalau kita teliti, memang terjadi silang pendapat di antara para ulama Syiah terkait boleh-tidaknya tathbir. Ada pro-kontra di antara mereka. Namun, lebih banyak ulama/marja’ (tokoh rujukan fatwa-fatwa syariat Islam, yang memenuhi syarat-syarat tertentu), yang menentang tathbir itu dan bahkan mengharamkannya.

Di sisi lain, kejadian di atas menjadi angin segar bagi para musuh dan menjadikan tathbir tersebut sebagai senjata untuk menyerang mazhab Syiah. Seperti yang telah penulis singgung tentang mayoritas ulama dan marja’ Syiah yang melarang perbuatan tersebut, salah satunya adalah Syahid Bagir Shadr, salah satu ulama kesohor Syiah asal Irak yang hidup di masa Saddam Husain.

Di dalam bukunya yang berjudul Kullul Hulul Inda Aali Rasul, Doktor Tijani Al-Samawi, yang juga dikenal sebagai penulis buku best-seller, Tsumah Tadaitu (yang telah diterjemahkan ke dalam  bahasa Indonesia dengan judul ‘Akhirnya Kutemukan Kebenaran’), menanyakan perihal tathbir kepada Syahid Shadr.

Redaksi di bawah ini adalah jawaban atau tanggapan Syahid Shadr mengenai tathbir.

أن ما تراه من ضرب الأجسام وأسالة الدماء هو من فعل عوام الناس وجهالهم ، ولا يفعل ذلك أي واحد من العلماء ، بل هم دائبون على منعه وتحريمه

“Apa yang kalian lihat tentang memukul tubuh dan menumpahkan darah adalah perbuatan orang-orang biasa dan atas kebodohan mereka, dan tidak ada seorang ulama pun yang melakukan itu, melainkan mereka gigih dalam mencegah dan melarangnya.” [1]

Seperti yang sudah saya singgung, tathbir dijadikan senjata bagi para musuh untuk meenyerang mazhab Syiah. Dan kita tahu, hal itu menjadi salah satu syubhat atau penyelewengan yang selama ini digembar-gemborkan kepada mazhab Syiah. Di tulisan berikutnya, isnya Allah akan dibahas lebih rinci terkait tathbir dan syubhat senada lainnya.

[1] Kullul Hulul Inda Aali-Rasul, Syekh Tijani Al-Samawi, hal. 150, penerbit: Darul Mujtaba, Beirut-Lebanon.