Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Shahifah Sajjadiyah Tangga Meraih Ma’arif Ahlul Bait as

1 Pendapat 05.0 / 5

Shahifah Sajjadiyah disebut sebagai tangga menuju ma’arif Ahlul Bait as yang mengajarkan kepada manusia bagaimana memperkuat hubungan dengan Tuhan dalam menghadapi problema kehidupan.

25 Muharram adalah hari syahadah Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad as. Beliau meninggalkan dua peninggalan penting, bukan hanya untuk kaum Syiah, namun juga untuk dunia Islam dan umat manusia, yaitu Shahifah Sajjadiyah dan Risalah Huquq. Dua peninggalan tersebut banyak dimanfaatkan oleh kaum cendikiawan dan penyeru kemerdekaan di dunia. Dalam dua warisan ini, Imam Ali Zainal Abidin mengajarkan model lifestyle dan bagaimana untuk hidup kepada kaum Syiah selama berabad-abad.

Shahifah Sajjadiyah dikenal sebagai warisan tertulis paling penting yang dimiliki oleh kaum Syiah setelah Al-Quran dan Nahjul Balaghah yang sering disebut sebagai saudari Al-Quran dan Injil Ahlul Bait as.

Dengan bahasa doa, Imam Ali Zainal Abidin memaparkan berbagai ma’arif keagamaan seperti teologi, kosmologi, antropologi, malaikat, risalah para nabi, kedudukan Nabi Muhammad saw dan Ahlul Bait as, peringatan hari-hari besar, permasalahan sosial dan ekonomi, petunjuk-petunjuk historis, akhlak mulia dan tercela, adab dalam berdoa, membaca Al-Quran, berzikir, shalat dan beribadah.

Imam Khomeini dalam wasiat politik ilahiahnya menyebut Shahifah Sajjadiyah sebagai contoh sempurna Al-Quran Shaid (Al-Quran yang naik, yaitu doa dari bawah yang naik ke atas). Shahifah Sajjadiyah, menurut beliau adalah munajat irfan terbesar di haribaan Sang Pencipta. Shahifah Sajjadiyah adalah kitab ilahi yang bersumber dari nurullah (cahaya Ilahi) dan mengajarkan metode suluk para wali besar dan washi agung kepada orang-orang yang ingin berkhalwat di haribaan-Nya.

Shahifah Sajjadiyah terdiri dari 54 doa dengan rincian sebagai berikut:

Doa ke-1 – 5 tentang pujian kepada Allah swt, shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, shalawat kepada para pembawa arasy dan malaikat muqarrab, shalawat/doa kepada orang-orang yang mengimani para nabi, dan doa Imam Sajjad untuk dirinya dan orang-orang terdekatnya.

Doa ke-6 adalah doa beliau di waktu pagi dan petang.

Doa ke-7 di saat menghadapi cobaan yang berat atau ketika datang kemalangan dan kesulitan.

Doa ke-8 dalam berlindung kepada Allah swt dari hal-hal yang dibenci dan akhlak buruk atau perilaku tercela.

Doa ke-9 dalam kerinduan terhadap ampunan Allah swt.

Doa ke-10 dalam berlindung kepada Allah swt.

Doa ke-11 – 19 dalam memohon husnul khatimah, pengakuan dosa dan permohonan taubat, menyampaikan permohonan untuk dipenuhi segala hajat/kebutuhan, mengadukan atau menuntut keadilan dari orang-orang zalim, doa ketika sakit atau dalam kesusahan dan kesulitan, doa memohon penghapusan dosa dan maaf atas kesalahan, doa ketika ingat setan dan berlindung dari tipu dayanya, doa ketika bencana ditolakkan dan keinginan disegerakan, dan doa memohon hujan setelah kemarau panjang.

Doa ke-20 dikenal dengan makarim akhlak dan perilaku yang diridhai Allah swt.

Doa ke-21 – 25 mencakup doa ketika terjadi peristiwa yang menyedihkan, doa dalam kesulitan dan penderitaan, doa untuk keselamatan atau kesehatan, doa untuk kedua orang tua, dan doa beliau untuk anak-anaknya.

Doa ke-26 – 35 terdiri dari doa untuk para tetangga dan sahabat ketika mengingat mereka, para penjaga perbatasan (pejuang di medan perang), doa dalam berserah diri kepada Allah swt, doa ketika dalam keadaan rezeki yang sempit, doa untuk melunasi piutang, doa taubat, doa selepas shalat malam dalam pengakuan dosa, doa memohon pilihan kebaikan (istikharah), doa ketika dalam ujian atau melihat orang yang diuji dengan dosa, dan doa dalam keridhaan terhadap qadha atau ketentuan-Nya saat melihat pencinta dunia.

Doa ke-36 ketika melihat awan dan kilat serta mendengar suar petir.

Doa ke-37 – 40 terdiri dari doa ketika kurang bersyukur, memohon ampunan dari Yang Maha Haq, memohon pemaafan dan doa ketika mengingat kematian.

Doa ke-41 – 49 tentang permohonan ditutupi segala aib, doa khataman Al-Quran, ketika melihat hilal, saat bulan Ramadhan tiba, doa perpisahan dengan bulan suci Ramadhan, doa hari Idul Fitri dan hari Jumat, hari Arafah, Idul Adha dan hari Jumat, dan doa menolak muslihat musuh.

Doa ke-50 – 54 berkaitan dengan ketakutan kepada Yang Maha Haq, khusyu’ dan khudhu’ di hadapan Tuhan, merintih dan kontinyu dalam memohon kepada Allah swt, menampakkan kerendahan diri di hadapan-Nya dan doa dalam mengangkat kesedihan.

Shahifah Sajjadiyah juga disebut sebagai sumber sebagian besar budaya keagamaan murni dalam bacaan para imam suci as terhadap Islam. Akhlak, penyucian dan pendidikan jiwa, kecintaan kepada Tuhan, kaum mukminin, dan seluruh manusia memiliki kedudukan yang tinggi dalam Shahifah Sajjadiyah. Sangat disayangkan sekali, kitab yang sangat berharga dan berisikan cahaya ini masih belum banyak dikenal dan ma’arif Ilahi masih belum terbuka untuk semua orang.

Imam Ali Zainal Abidin as yang memikul imamah pasca tragedi Asyura menjadi imam kaum Syiah selama 34 tahun. Masa imamah beliau merupakan masa yang luar biasa sulit bagi Ahlul Bait as, sebagaimana masa Imam Ali bin Abi Thalib as yang harus berdiam diri di rumah selama 25 tahun.

Dalam berbagai riwayat sejarah disebutkan bahwa masyarakat pada masa itu tidak lagi memiliki urusan atau kepedulian, baik sosial atau politik dengan Ahlul Bait. Dengan kata lain, mereka menjaga jarak dan bahkan menjauhi Ahlul Bait as. Tidak ada lagi yang berurusan dengan Ahlul Bait, kecuali hanya beberapa gelintir saja seperti Abu Khalid Kabuli, Abu Hamzah Tsumali, Said bin Musayyab, dan Yahya Ummu Thawil. Imam Sajjad as sendiri menyatakan bahwa orang yang mencintai Ahlul Bait di Mekkah dan Madinah saat itu tidak lebih dari 20 orang. Dalam buku Manusia 250 Tahun yang merupakan kumpulan orasi Imam Khamenei disebutkan bahwa sebagian peristiwa yang luar biasa aneh terjadi di Mekkah dan Madinah. Penduduk di dua kota tersebut tidak lagi merasa butuh kepada Ahlul Bait. Mereka hanya mencari kesenangan materi dan tenggelam dalam hiruk pikuk duniawi.

Imam Sajjad as, selama 34 tahun ini mempersiapkan lahan untuk madrasah ilmu-ilmu Ahlul Bait as. Imam Baqir dan Imam Shadiq as menjadi pelanjut gerakan ilmiah beliau. Beliau menjelaskan berbagai ma’arif dalam bingkai doa. Sebagian mengira bahwa Shahifah Sajjadiyah hanya kitab doa semata, padahal ia adalah kitab irfan, kitab politik, kitab hikmah, kitab akhlak dan kitab kehidupan.