Mengundang Tuhan Melalui Tebaran Kasih Kepada Sesama

Salah satu anugerah terindah Tuhan kepada manusia adalah nikmat kebahagiaan, kesenangan, dan cinta. Ajaran Islam menaruh perhatian khusus terhadap masalah kebahagiaan, kesenangan, dan kepuasan. Islam mengajarkan manusia tentang cara memanfaatkan kebahagiaan,menikmati kehidupan, dan merasa puas dengannya. Islam bahkan memberi pahala atas sebuah senyum yang dihadiahkan untuk orang lain dan menganggapnya sebagai perbuatan mulia. Oleh karena itu, Islam memberi perhatian serius terhadap masalah kebahagiaan dan melestarikannya sehingga bisa mengobati rasa dahaga manusia.

Kebaikan dalam nilai-nilai Islam memiliki banyak jenis. Namun, bentuk yang paling utama adalah kebaikan yang dilakukan antar sesama atau kebaikan sosial. Membantu kepada sesama termasuk salah satu prinsip dasar agama Islam. Dalam surat al-Insan ayat 8-9, Allah Swt berfirman:

وَ يُطْعِمُونَ الطَّعامَ عَلى‏ حُبِّهِ مِسْكيناً وَ يَتيماً وَ أَسيراً إِنَّما نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لا نُريدُ مِنْكُمْ جَزاءً وَلا شُكُوراً

 “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”

Pengabdian dan persahabatan menempati kedudukan istimewa dalam budaya umat manusia. Agama-agama samawi – yang dibangun atas nilai-nilai fitrah –juga menaruh perhatian besar terhadap masalah tersebut dan para nabi telah memberikan pengabdian luar biasa kepada umat manusia. Mereka juga memainkan peran penting untuk memperkuat spirit pengabdian. Mengatasi masalah orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka merupakan sebuah manifestasi pengabdian yang ditekankan Islam. Imam Husein as berkata, “Kebutuhan masyarakat merupakan salah satu anugerah Tuhan kepada kalian, maka janganlah kalian menampakkan ketidaksenangan atas permintaan itu.”

Jadi, falsafah berbuat baik adalah bahwa manusia di samping memiliki tanggung jawab individual, juga perlu memperhatikan tugas-tugas sosial dan sikap saling membantu antar sesama. Dampak utama dari kegiatan amal ini adalah mewujudkan persahabatan dan keramahan di tengah masyarakat. Manusia dermawan selalu terpanggil untuk membantu orang lain dan menyelamatkan mereka dari krisis. Mereka yang dibantu tentu tidak melupakan kebaikan manusia dermawan dan mereka juga akan berusaha untuk membalas kebaikan itu dengan bentuk yang lebih baik.

Kegiatan amal jika sudah membudaya dan menyebar luas di tengah masyarakat,tentu saja sejumlah besar masalah yang menghimpit hidup mereka akan teratasi dan angka kemiskinan juga bisa dikurangi. Sebagian besar kasus kriminal dan kejahatan dipicu oleh kemiskinan. Kehidupan yang sulit dan berat membuat orang kalap dan akhirnyamereka berburuk sangka terhadap semua hal. Imam Ali as dalam sebuah pesan kepada anaknya berkata, “Wahai anakku! Aku takut jika kemiskinan menimpamu, berlindunglah kepada Allah dari kemiskinan, karena kemiskinan akan mengurangi agama manusia dan membuat akalnya kehilangan arah serta memicu permusuhan.”

Berdasarkan ajaran agama, ada hubungan erat antara kebaikan dan upaya penyelamatan masyarakat dari kemiskinan. Dalam surat al-Baqarah ayat 195, Allah Swt berfirman,

وَأَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوْا بِأَيْدِيْكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَ أَحْسِنُوْا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Infak secara umum akan menyelamatkan individu dari kerusakan sosial. Jika kegiatan berinfak sudah dilupakan dan kekayaan dikuasai oleh segolongan orang, sementara mayoritas masyarakat hidup miskin, maka tidak perlu waktu lama untuk menyaksikan sebuah ledakan besar di tengah masyarakat dan mereka juga akan membinasakan harta benda dan kekayaan orang kaya. Rasulullah Saw bersabda, “Lindungilah harta benda kalian dengan mengeluarkan zakat.” Berdasarkan penjelasan beberapa ulama tafsir,sifat kikir dan menolak berinfak di jalan Tuhan akan mematikan jiwa kemanusiaan dan menghancurkan masyarakat karena lemah dan tak berdaya, khususnya masyarakat Islam yang dibangun atas dasar persaudaraan dan berbagi kebaikan.

Dikisahkan bahwa Abu Thalhah al-Ansari, salah seorang sahabat Nabi,memiliki sebuah kebun kurma yang indah dan luas di mana semua warga Madinah membicarakan hal itu. Dia termasuk sahabat yang banyak memiliki harta dan di antara harta yang paling ia cintai adalah kebun kurma yang menghadap ke Masjid Nabawi. Rasul Saw pun pernah masuk ke kebun itu dan mencicipi air jernih yang keluar dari mata air di kebun tersebut. Ketika turun ayat ini:

لَنْ تَنالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَ ما تُنْفِقُوا مِنْ شَيْ‏ءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَليمٌ

 “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Ali Imran: 92)

Thalhah kemudian menemui Rasul Saw untuk menyerahkan harta yang paling dicintai tersebut di jalan Allah Swt. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, kebun kurma itu merupakan harta yangpaling aku cintai dan aku sedekahkan di jalan Allah dan aku mengharap kebaikan dan pahalanya di sisi Allah. Maka gunakanlah kebun itu wahai Rasulullah sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu.”Kemudian Rasul Saw bersabda, “Sungguh menakjubkan! Itu adalah harta yang sangat menguntungkan, itu adalah harta yang sangat menguntungkan dan aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Menurutku lebih baik engkau berikan kepada kerabatmu yang membutuhkan.”Mendengar jawaban itu, Abu Thalhah berkata, “Aku akan melaksanakannya wahai Rasulullah.” Maka ia membagikan kebun kurmanya kepada kerabat dan anak pamannya.

Pada dasarnya, kebaikan dan kecintaan kepada sesama akan mengundang kecintaan dan perhatian Tuhan. Rasulullah Saw bersabda, “Sedekah yang diberikan seorang mukmin sebelum ia sampai ke tangan peminta, sedekah itu telah lebih dulu sampai di tangan Allah Swt.”

Mari mengundang Tuhan melalui kebaikan yang ditebarkan kepada sesama. []