Nabi Saw Bersama Sahabat dan Istrinya dalam Satu Selimut, Mungkinkah?

Pada bahasan-bahasan sebelumnya, kita telah paparkan dan kenalkan sosok Nabi kita sebagai pribadi yang maksum dan mulia. Tidak ada keraguan di antara kaum muslimin bahwa Nabi Saw merupakan manusia paling sempurna, dimana Allah Swt gambarkan beliau sebagai pribadi yang memiliki perilaku agung.

Namun ketika kita menggali hadis-hadis maupun riwayat-riwayat yang ada dalam literatur Islam, tak sedikit kita temukan riwayat-riwayat yang terlihat mencoreng keagungan Rasulullah Saw. Mungkin dahi kita akan mengerut ketika membaca riwayat tersebut, lantaran riwayat itu menggambarkan berbagai macam kekuarangan Nabi Saw baik secara perilaku ataupun yang lainnya.

Beberapa riwayat yang berkaitan dengan hal tersebut telah kita sebutkan sebelumnya. Dan sangat disayangkan diantara riwayat-riwayat tersebut tercatat dalam kitab yang dianggap mu’tabar secara keseluruhan oleh sebagian kaum muslimin.

Dengan konsep kemaksuman dan kemestian kemuliaan Nabi Saw yang telah kita kenalkan sebelumnya, tentu riwayat-riwayat yang terlihat merendahkan Rasulullah Saw bisa saja tertolak, karena hal semacam itu rasanya sangat tidak mungkin terjadi pada Nabi Saw. Begitu juga riwayat berikut ini yang akan penulis sampaikan di tulisan kali ini.

Riwayat tersebut tercatat dalam kitab Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihain karya Hakim Naisaburi. Dalam riwayat tersebut digambarkan bahwa Nabi Saw menyuruh sahabatnya untuk masuk dalam selimutnya sementara disitu Nabi Saw sedang bersama salah satu istrinya.

“…dari Abdullah bin Zubair, dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah Saw mengutusku di pagi yang dingin, maka aku menemuinya dan ia Saw sedang bersama salah satu istrinya dalam satu selimut, lalu (Rasul Saw) memasukkanku kedalam selimutnya sehingga kami menjadi bertiga.”[1]

Riwayat di atas secara zahir sangat merendahkan karakter atau perilaku Nabi Saw. Rasanya, seorang muslim yang taat ataupun seorang ulama Islam tidak akan mungkin melakukan itu, lalu bagaimana dengan Nabi Saw yang merupakan sosok teladan bagi seluruh makhluk dan orang yang paling berakal diantara umat manusia? Mungkinkah Nabi Saw melakukan itu?

Wallahu A’lam

[1] Hakim Naisaburi, Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Al-Hakim An-Naisaburi, Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihain Juz 3 Hal. 410 Cet. Darul Kutub Al-Ilmiyah – Beirut