Manfaat Traveling Menurut Agama Islam

Islam adalah agama yang menasihati umatnya untuk hidup berbahagia di dunia dan juga di akhirat. Misalnya saja Islam menasihati kita untuk melakukan safar atau traveling sehingga hidup kita bahagia dan sehat.

Agama Islam bukan agama yang hanya meminta umatnya untuk menangis sepanjang hari dan sepanjang malam. Namun agama Islam mengajarkan umatnya untuk bukan hanya menangisi dosa akan tetapi juga berbahagia dan menikmati nikmat-nikmat yang Allah ciptakan di dunia secara benar dan halal. Misalnya dengan cara bertraveling.

Kali ini kita akan membahas manfaat dari traveling dalam agama Islam.

Pertama, manfaat traveling adalah traveling dapat membuat kita ceria dan menghapus kesedihan. Baginda Nabi Muhammad saw pernah bersabda bekal seorang musafir (orang yang bepergian ) adalah nyanyian dan syair. Namun untuk seorang mukmin bukan nyanyian dengan suara perempuan.

Atau hadits yang datang dari Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib ra. Beliau pernah berkata bahwa salah satu manfaat dari safar adalah menghilangkan kesedihan dan menggantinya dengan keceriaan.

Kedua, manfaat safar yang kedua adalah menemukan seorang sahabat yang sesuai dengan kita. Mengapa dengan melakukan safar kita bisa menemukan seorang yang layak jadi sahabat kita? itu semua karena safar bisa dijadikan alat untuk menguji teman-teman kita. Dalam salah satu syair yang dinisbatkan pada Sayidina Ali mengatakan bahwa salah satu manfaat safar adalah kebersamaan dengan manusia-manusia bermartabat.

Ketiga, manfaat yang lain dari safar adalah mengenal baik orang-orang sekitar. Maksudnya adalah dengan melakukan perjalanan kita akan mengetahui sifat-sifat asli dari orang-orang sekitar kita baik itu keluarga maupun teman-teman. Misalnya Sayidina Ali ra pernah berkata safar merupakan neraca akhlak. Sayidina Jafar Shadiq pun pernah berkata, “Janganlah memanggil seseorang dengan sebutan teman kecuali engkau telah mengujinya dengan 3 hal…. yang mana salah satunya adalah uji dia ketika dalam keadaan melakukan safar atau perjalanan.”

Itu semua karena kebanyakan orang akan muncul sifat aslinya ketika mereka dalam keadaan lelah. Misalnya ketika melakukan safar yang mana keadaannya tidak senyaman di rumah maka setiap orang akan dipantik dengan emosi-emosi yang dapat mengeluarkan sifat asli.