Syair Pujian Farazdaq kepada Cucu Nabi, Sayyidina Ali Zainal Abidin

Farazdaq adalah salah seorang penyair ulung zaman dinasti Umayah. Karya-karya syairnya begitu banyak dan fenomenal, di antara karya-karyanya terkodifikasi dalam diwannya, yaitu Diwan al-Farazdaq. Nama asli beliau adalah Hammam bin Ghalib bin Sha’sha’ah dari bani Attamimi.

Nama Farazdaq memang bukanlah nama aslinya, Farazdaq merupakan julukan yang diberikan oleh orang-orang kepadanya, sebab ketebalan wajahnya. Farazdaq ini adalah sosok penyair yang hebat, dia memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu bahasa. Bahkan ada yang mensejajarkan derajatnya dengan sosok Zuhair bin Abi Sulma, yaitu salah sseorang penyair Jahiliyyah yang tersohor dan ternama pada masa itu.

Pada suatu momen, Farazdaq bersama seorang khalifah bani Umayah yang bernama Hisyam bin Abdul Malik dengan rombongannya pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan thowaf di Ka’bah. Hisyam merupakan khalifah ke 10 daulah Umayah yang namanya cukup harum dalam sejarah. Khalifah Hisyam dilantik menjadi khalifah pada usia 35 tahun, dia disebut sebagai sosok negarawan yang ahli dalam strategi militer. Pada masa pemerintahannya, selain memadamkan kemelut internal, ia juga meluaskan wilayahnya ke luar.

Pada saat menunaikan ibadah haji bersama sang khalifah, dikisahkan Farazdaq dan khalifah Hisyam melakukan thowaf mengelilingi ka’bah, dengan keadaan pada saat itu begitu padat dan ramai. Hal ini dikarenakan begitu banyaknya jamaah yang ikut menunaikan ibadah haji pada saat itu dan menyebabkan kesulitannya khalifah beserta rombongannya menuju ke tempat hajar aswad untuk menciumnya. Padahal, kedudukan Hisyam pada saat itu merupakan seorang khalifah. Namun tetap saja, pangkatnya tadi tidak berpengaruh apa-apa dan dirinya beresta rombongan termasuk Farazdaq tidak berhasil meraih dan menuju hajar aswad.

Dan di sisi lain di kejauhan dari rombongan khalifah dan Farazdaq. Terdapat sosok seseorang yang terlihat sangat beribawa dan terlihat sangat dihormati, dan hal ini menciptakan sebuah pemandangan yang cukup membuat sang khalifah Hisyam cemburu dibuatnya. Yaitu begitu mudahnya sosok seseorang tadi berjalan menuju sudut ka’bah dan mencium hajar aswad, padahal kala itu suasananya sangat ramai dan berdesak-desakan. Namun, seakan-akan para orang yang melakukan thowaf di sana dengan sendirinya membelah dan memberikan jalan untuk sosok seseorang tadi.

Melihat peristiwa tadi, para rombongan khalifah yang ikut bersama dan mengantar khalifah menjadi penasaran siapa sosok seseorang itu. Kenapa bisa mempunyai wibawa dan karisma yang begitu dahsyat hingga para jamaah yang berthowah di sana minggir dengan sendirinya dan memberikan jalan untuknya. Akhirnya salah satu rombongan khalifah bertanya kepada khalifah Hisyam. “Wahai khalifah, siapakah sosok seseorang itu?”

Khalifah menjawab dengan pura-pura tidak mengenalnya, karena takut serta khawatir wibawanya kalah dengan sosok tadi, padahal dia tahu bahwa sosok tersebut adalah Sayyidina Ali Zainal Abidin keturunan Rasulullah, tetapi dia lebih memilih mengaku tidak mengenalnya.

Mendengar jawaban khalifah yang pura-pura tidak tahu, telinga Farazdaq menjadi gatal dan mulutnya tak dapat terkunci lagi dan seketika dia berkata; “sungguh kalian tak mengenalinya? Dia adalah sosok keturunan Rasul yang mulia, Sayyidina Zainal Abidin”. Tidak hanya itu, Farazdaq juga seketika bersyair.


هــذا الــذي تـعـرف الـبـطحاء وطـأته #  و الــبـيـت يـعـرِفُـه والــحـلُ و الــحـرم

هـــذا ابـــن خــيـر عِــبـاد الله كـلـهـم # هــذا الـتـقي الـنـقي الـطـاهر الـعلمُ

هــذا ابــن فـاطـمةٌ إن كـنـت جـاهله # بـــجــدّه أنــبــيـاء الله قـــــد خــتــمـوا

و لــيـس قـولـكم مــن هــذا بـضـائره # الـعُـرب تـعـرف مــن أنـكرت و الـعجم

يــكــاد يـمـسِـكـه عــرفــان راحــتــهِ # ركـــن الـحـطـيم إذا مــا جـاء يـسـتلمُ

الله شــــرفـــه قِـــدمـــاً و عــظــمــهُ # ىجــرى بــذَاكَ لــه فــي لـوحـة الـقلم

Beliaulah yang jejak langkahnya dikenal oleh butiran pasir yang dilaluinya, begitu pula ka’bah, mekkah dan sekitarnya juga mengenalnya

Beliaulah keturunan hamba terbaik yang pernah ada, sosok yang hidup dengan berhias ketaqwaan, kesucian, dan kehormatan.

Apa kau tak tahu jika beliaulah cucu Sayyidah Fatimah, yang memiliki kakek Nabi penutup para Nabi Allah lainnya.

Dengan ucapanmu yang berlagak menanyakan kesosokannya itu, sungguh tak sedikitpun menurunkan derajat wibawanya, sebab orang-orang Arab bahkan non-Arab sudah mengenal sosoknya

Di saat ia datang menuju Ka’bah dan memegangnya (hajar aswad), Ruknul Hatim enggan melepaskan tangannya karena mengenal betapa ia tinggi nilainya.

Allah telah memuliakan dan mengagungkannya sedari dulu, dan demikian itu sudah tertuliskan dalam Lauhil Mahfudz-Nya

Mendengar jawaban Farazdaq dan syairnya yang berisikan pujian kepada sayyidina Zainal Abidin, seketika khalifah Hisyam naik pitam dan marah. Akhirnya dia menjebloskan Farazdaq ke penjara sebab kelantangannya memuji orang lain dengan sedemikian indahnya di depan khalifahnyan sendiri. Tetapi di sana tak ada penyesalan sedikitpun pada diri Farazdaq, karena memang syair pujiannya tadi keluar dari jiwa dan apa yang dia rasakan serta bukti kecintaan dirinya kepada sosok Sayyidina Ali Zainal Abidin.