Serampangan, Sekte Al-Yamani Mengajukan Hadits yang Tidak Berhubungan Sebagai Dalil

Pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan bahwa berdasarkan hadits wasiat, sekte al-Yamani mengklaim bahwa setelah Imam Mahdi As akan ada 12 Mahdiyyin di mana Mahdi pertama adalah seorang yang bernama Ahmad.

Mengingat bahwa salah satu nama yang disebutkan untuk Mahdi pertama adalah Ahmad, dan pelopor sekte ini juga bertepatan memiliki nama Ahmad, maka kelompok ini mengklaim bahwa sosok inilah yang dimaksud dalam hadits tersebut.

Untuk menopang klaim bahwa Ahmad yang di maksud adalah Ahmad Hasan Bashri, sekte ini menyebutkan beberapa hadits lain yang dengan itu mereka menyimpulkan bahwa sosok tersebut adalah pimpinan mereka.

Pada seri sebelumnya satu hadits yang mereka ajukan telah dikaji dan dibuktikan kesalahannya. Pada tulisan ini akan di sebutkan hadits lainnya yang juga merupakan dalil sekte tersebut dalam menjustifikasi sosok Ahmad hasan Bashri sebagai Ahmad yang disebutkan dalam hadits wasiat.

Ali Abu Ragif di dalam kitabnya menyebutkan beberapa riwayat yang menurutnya menunjukkan bahwa sosok Ahmad Hasan Bashri merupakan Ahmad yang dimaksud dalam hadits wasiat. Dan salah satu riwayat yang dipaparkan adalah:

“Dalam satu hadits yang panjang dari imam Shadiq As, beliau menyebutkan nama-nama sahabat imam Mahdi As: (…. Dan dari Bashrah…. Ahmad …..)[1]

Berpegang pada hadits ini, sekte al-Yamani mengklaim bahwa Ahmad yang dimaksud adalah Ahmad Hasan Bashri, karena ia juga berasal dari Bashrah dan memiliki nama Ahmad.

Namun sadar atau tidak, kelompok ini sebenarnya telah melakukan kesalahan fatal dalam menjadikan hadits ini sebagai pembenaran klaimnya. Sebab:

Pertama: bahasan hadits tersebut tidak sesuai dengan tema yang diajukan oleh sekte al-Yamani. Hal ini mengingat bahwa tema hadits ini berkaitan dengan nama-nama sahabat Imam Mahdi yang jumlahnya ratusan. Sementara tema atau fokus pembahasan sekte al-Yamani dalam memaparkan hadits ini, berkaitan dengan Mahdiyyin yang hanya berjumlah 12 orang. Jika tetap dipaksakan maka akan terjadi kontradiksi.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hadits “dan dari Bashrah…. Ahmad” tidak ada kaitannya dengan hadits wasiat yang memiliki segudang masalah tersebut.

Kedua: Memang di dalam kitab Bisyarat al-Islam sebagaimana dikutip oleh Ali Abu Ragif disebutkan: Dan dari Bashrah Abdurrahman bin al-Al-A’thaf, Ahmad, Mulih dan Hammad bin Jabir, akan tetapi perlu dipahami bahwa hadits di atas merupakan kutipan.

Dan jika dirujuk pada sumber yang lebih awal dari kitab Bisyarat al-Islam, seperti kitab Dalail Imamah karya Muhammad Jarir Thabari, ulama abad ke empat dan lima Hijriah, maka yang ada bukan nama “Ahmad”  saja yang disebutkan, akan tetapi Ahmad bin Mulih. Dimana Mulih bukan sosok tersendiri akan tetapi merupakan bapak dari Ahmad.

“dan dari Bashrah Abdurrahman binal-Al-A’thaf, Ahmad bin Mulih dan Hammad bin jabir”[2]

Dan jika dilihat pada nama sebelum dan sesudahnya yang menyertakan nama bapak (Abdurrahman bin al-Al-’thaf dan Hammad bin Jabir) akan sangat aneh jika Ahmad dan Mulih disebutkan tanpa nama bapak.

Kemungkinan dalam pengutipan hadits di atas, kitab Bisyarat al-Islam melakukan kesalahan dan sekte al-Yamani dengan serampangan menjadikan kutipan yang salah tersebut sebagai dalil ajarannya.

Kenyataan ini juga diperkuat oleh hadits lain yang termaktub dalam kitab Dalail Imamah, yang mengatakan bahwa penolong dan sahabat Imam Mahdi yang bersal dari Bashrah berjumlah tiga orang. Sementara jika Mulih dihitung sebagai sosok tersendiri maka jumlah dari Bashrah akan menjadi empat orang (dan dari Bashrah Abdurrahman bin al-Al-A’thaf, Ahmad, Mulih dan Hammad bin Jabir).

“dan dari Bashrah tiga orang[3]”

Berbekal dua alasan di atas dapat dipahami bahwa Ahmad yang dari Bashrah adalah Ahmad bin Mulih. Dengan demikian hadits yang disebutkan oleh kelompok al-Yamani, tidak ada hubungannya dengan pemimpin mereka. Sebab bapaknya adalah Ismail bukan Mulih.

Dengan beberapa sanggahan di atas dalil atau tepatnya klaim sekte al-Yamani, tidak dapat diterima, karena antara klaim dan dalil yang diajukan tidak ada hubungan sama sekali.

[1] Abu Ragif, Ali, al-Thariq Ila al-Da’wah al-Yamaniah, hal: 27, cet: pertama, 2013 M/ 1434 H.

[2] Thabari, Muhammad bin  Jarir, Dalail al-Islam, hal: 313, cet: Muassasah al-Al-’lami li al-Mathbuat, Beirut, ke dua, 1988 M/ 1408 H.

[3] Thabari, Muhammad bin  Jarir, Dalail al-Islam, hal: 304, cet: Muassasah al-Al-’lami li al-Mathbuat, Beirut, ke dua, 1988 M/ 1408 H.