Sekte Al-Yamani Pilih Hadits Sesuai Selera

Seperti pembahasan-pembahasan sebelumnya, seri kali ini masih mengupas riwayat-riwayat yang dijadikan dalil oleh kelompok al-Yamani. Lebih tepatnya lagi, berbagai riwayat yang menyinggung tentang Ahmad, yang kemudian dianggap sebagai dalil keabsahan Ahmad Hasan Bashri sebagai wakil atau washi Imam Mahdi oleh sekte tersebut.

Di antara riwayat yang digunakan oleh kelompok ini, adalah riwayat yang memuat tentang “perbendaharaan Allah di Thaliqan” di mana di dalam riwayat tersebut dimuat bahwa selogan mereka adalah Ahmad Ahmad.

Demikian Abdul Razaq al-Dirawi salah seorang penulis berpaham al-Yamani memuat di dalam kitabnya:

“Telah diriwayatka dari Imam Baqir: sesungguhnya Allah Swt memiliki perbendaharaan di Thaliqan, bukan emas dan perak. Dua belas ribu di Khurasan, slogan mereka adalah Ahmad Ahmad. Pemimpin mereka seorang anak muda dari bani Hasyim yang menaiki baglah (hewan peranakan kuda dan keledai)…..[1]”  

Setelah mengutip riwayat di atas ia berkata:

“Para pengikut al-Yamani berdalil dengan riwayat ini bahwa perbendaharaan dari Thaliqan menisbatkan Ahmad kepada Qaim (Imam) dan mereka menjadikan namanya sebagai slogan yang didengung-dengungkan.[2]”

Sebagaimana dapat dilihat oleh para pembaca, riwayat di atas telah dijadikan dalil oleh kelompok al-Yamani sebagai pengakuan atas pemimpin mereka yang ketepatan namanya juga Ahmad.

Riwayat ini sebagaimana riwayat-riwayat yang telah dibahas sebelumnya, memiliki beberapa masalah.

Pertama: Riwayat dengan matan serta konten seperti yang disebutkan di atas hanya terdapat di dalam kitab Muntakhab al-Anwar al-Mudhiah karangan Ali bin Abdul Karim Bahauddin Naili Najafi.

Kedua: Terdapat kejanggalan di dalam penggalan riwayat; di mana pada awalnya riwayat tersebut bercerita tentang “perbendaharaan di Thaliqan” tapi kemudian secara tiba-tiba dan tanpa ada pendahuluan atau mukaddimah, kemudian riwayat mengganti topik pembicaraan menjadi Khurasan.

Kenyataan ini melahirkan pertanyaan; sebenarnya yang memiliki slogan Ahmad Ahmad tersebut, orang-orang dari Thaliqan sebagaimana diklaim oleh penulis buku di atas, atau dari Khurasan?

Sebab jika mengikuti alur dari cerita hadits di atas, seharusnya slogan tersebut milik orang-orang dari Khurasan bukan Thaliqan.

Yang ketiga: Di dalam berbagai kitab lain[3], yang juga memuat hadits tentang “perbendaharaan dari Thaliqan” tidak memuat penggalan: “Slogan mereka adalah Ahmad Ahmad” akan tetapi memuat “slogan mereka adalah Ya Latsaratil Husain (wahai para penuntut darah Husain)”

Di sini akan disebutkan riwayat yang termaktub di dalam kitab Surur Ahl al-Iman:

“Dari Abu Abdillah As, ia berkata: Ia memiliki perbendaharaan yang bukan emas dan perak di Thaliqan. Ia memiliki bendera yang semenjak digulung tidak pernah dikibarkan. Ia juga memilki penggikut yang mempunyai hati laksana kepingan besi yang lebih keras dari batu. Dan mereka tidak pernah meragukan Allah Swt. ……, mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada Tuhan-Nya, mereka meminta kesyahidan, berharap untuk shyahid di jalan Allah Swt. slogan mereka adalah “Ya Latsaratil Husain” (wahai para penuntut darah Husain).[4]”

Hadits ini dimulai dengan penggalan awal yang sama dengan riwayat yang dikutip pengikut al-Yamani, tapi dengan perincian yang sangat jelas, di mana disebutkan bahwa Imam Mahdi memiliki beberapa hal berupa:

Pertama: Perbendaharaan yang bukan emas dan perak di Thaliqan

Kedua: bendera, dan

Ketiga: Pengikut dengan penjelasan karakteristiknya yang sangat gamblang. Yang salah satunya, slogan mereka adalah “Ya Latsaratil Husain”

Oleh karena itu akan sangat tidak tepat, jika kemudian menggunakan satu hadits yang memiliki masalah sebagai dalil klaim yang diajukan, dan pada saat yang sama mengabaikan hadits yang lebih baik dan jelas karena tidak sesuai dengan keinginan.    

[1] Al-Dirawi, Abdul Razzaq, Da’wat al-Sayyid Ahmad al-Hasan Hia al-Haqqul al-Mubin, hal 148, cet: pertama, 2012 M/ 1433 H.

[2] Al-Dirawi, Abdul Razzaq, Da’wat al-Sayyid Ahmad al-Hasan Hia al-Haqqul al-Mubin, hal 148, cet: pertama, 2012 M/ 1433 H.

[3] Seperti kitab: Bihar al-Anwar, Safinat al-Bihar, Riyadh al-Abrar Fi Manaqib al-Aimmah al-Athhar dan Ilzam al-Nashib.

[4] Najafi, Ali bin Abdul Karim Bahauddin, Surur Ahl al-Iman Fi Alamat Zuhur Shahib al-Zaman, hal: 96-97, cet: Negaresy, ke dua, 1428 H.