Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Belajar Menjadi Hamba Tuhan Sejati dari Imam Sajjad as

1 Pendapat 05.0 / 5

Hari masih gelap dan matahari belum menunjukkan sinarnya pada 5 Sya'ban tahun itu, bulan yang penuh kebaikan dan diberkahi, namun para malaikat langit sudah turun dan menyelimuti kota Madinah dengan sayap-sayapnya.

Shaharbanu mendekap seorang anak dalam pelukannya. Seorang anak yang lahir dari keturunan suci Rasulullah Saw yang kelak akan menjadi pewaris risalah agung yaitu Imamah dan Wilayah.

Tak syak ia adalah putra Hussein bin Ali bin Abi Thalib, dan hari ini menjadi hari penuh berkah, karena Hujatullah, Imam Ali bin Hussein bin Abi Thalib terlahir ke dunia.

Sebutan Imam Sajjad, karena tekun beribadah dan bersujud kepada Allah Swt. Selain dekat dengan Tuhan, Imam Sajjad juga dikenal sebagai orang yang sangat dermawan, penyantun terutama kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang tertindas.

Manusia mulia ini juga dikenal dengan doa-doanya yang memiliki ketinggian bahasa yang menjulang dan kedalaman makna yang menghunjam. Beliau menjalani malam dengan doa dan ibadah kepada sang maha Pencipta. Tentang ini, Imam Baqir as, putra Imam Sajjad berkata, "Ketika semua orang di rumah tertidur di awal malam, ayahku, Imam Sajjad bangun mengambil wudhu dan shalat dua rakaat. Kemudian beliau mengambil bahan makanan dalam karung dan memanggulnya sendirian menuju daerah orang-orang miskin dan membagikan makanan kepada mereka. Tidak ada seorangpun yang mengenalnya. Setiap malam orang-orang miskin menunggu beliau di depan rumah mereka untuk menerima jatah makanannya. Tapak hitam dipunggung ayahku merupakan bukti bahwa beliau memanggul sendiri makanan yang dibagikan kepada orang miskin."

Imam Sajjad dengan tanpa pamrih dan hanya mengharap keridhaan Allah dalam berbuat baik terhadap orang lain. Ketika bersama rombongan bergerak menuju Mekah untuk menjalankan ibadah haji, beliau meminta supaya pengurus rombongan tidak memperkenalkan identitas dirinya kepada yang lain. Dengan cara ini rombongan lain tidak mengenalinya, dan beliau bisa leluasa melayani keperluan mereka yang hendak berangkat untuk menunaikan ibadah haji.

Dalam sebuah perjalanan seseorang mengenalinya dan berkata, "Apakah kalian tahu siapa pemuda ini " Ia tidak lain adalah Ali bin Husein. Rombongan itu berlari mendekati Imam Sajjad dan memberi hormat serta memohon maaf karena tidak mengenalinya. Imam berkata, "Suatu hari saya berangkat bersama rombongan haji dan anggota rombongan mengenalnya dan menghormatiku, sebagaimana mereka menghormati Rasulullah. Akhirnya merekalah yang melayani keperluanku bukan sebaliknya. Padahal saya ingin melayani keperluan mereka. Inilah alasan saya tidak ingin dikenali oleh mereka."

Imam Sajjad dalam berbagai riwayat lain menjelaskan bahwa orang yang membantu orang lain akan mendapat ganjaran pahala akhirat, ampunan dosa, kedudukan yang tinggi di surga serta pahala lainnya. Beliau berkata, "Tuhanku, semoga shalawat tercurah atas Muhammad dan keluarganya.., anugerahilah tanganku ini agar bisa berbuat baik kepada orang lain, dan jangan rusakkan kebaikan itu dengan riya dalam diriku."

Imam Sajjad bahkan dalam doanyapun memberikan contoh bagaimana mengabdi dan melayani kebutuhan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Imam Zainal Abidin kepada putranya berkata, "Barang siapa yang meminta tolong padamu untuk melakukan suatu pekerjaan baik, maka lakukanlah. Jika kamu ahlinya maka lakukan dengan sebaik-baiknya, Jika bukan engkau telah berbuat baik."

Imam Ali Zainal Abidin sangat menekankan pentingnya pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian terhadap masyarakat bukan diukur dari seberapa besar pekerjaan itu, tapi kualitas layanan dan ketulusan niatlah yang menjadi ukuran dari bernilai atau tidaknya pekerjaan itu. Selain itu, pengabdian juga menumbuhkan sebuah ketenangan spiritual bagi seseorang yang bisa berbuat kebaikan bagi orang lain. Terkait hal ini Imam Sajjad berkata, "Sikap bersahabat dan bersaudara seorang mukmin kepada saudara mukmin lainnya adalah ibadah." Di bagian lain, Imam Sajjad mengingatkan nilai spiritual berbuat baik kepada orang lain dengan mengatakan, "Allah akan menggembirakan orang yang telah menggembirakan saudaramu."

Dalam seluruh penjelasan bernilainya, Imam Sajjad sangat menekankan perhatian kepada Allah Swt. Di salah satu doa pertama Sahifah Sajjadiyah, Imam Sajjad bermunajat, segala puji bagi Allah Swt, Dialah awal yang tanpa permulaan dan akhir yang tak berujung.

Dia yang tidak bisa dijangkau oleh pandangan dan pemikiran gagal menjelaskan. Ia menciptakan makhluk dengan kekuasaan-Nya dan atas kehendak-Nya Ia memberikan wujud kepada mereka.

Lalu Ia menuntun mereka ke jalan yang dikehendaki-Nya dan mengarahkan mereka ke jalan cinta-Nya. Segala puji bagi Allah Swt, Dia yang mengenalkan sendiri diri-Nya kepada kita dan mengajarkan cara memuji-Nya kepada kita, dan membuka pintu-pintu ilmu ketuhanan-Nya kepada kita, dan membimbing kita kepada keikhlasan dalam tauhid-Nya dan mencegah kita dari keraguan dan ketidakpercayaan.

Imam Sajjad as pejuang besar di jalan Allah Swt  sekaligus hiasan para hamba Tuhan. Sujud panjang Imam Sajjad as memiliki daya tarik besar bagi setiap manusia dan membawa mereka kepada Tuhan dan mendorongnya kepada penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as melewati hari-harinya dengan berpuasa dan memakan roti yang keras ketika berbuka. Doa dan zikir-zikir yang ia panjatkan mengandung banyak pelajaran dan nilai-nilai akhlak, dan nilai-nilai ini ia ajarkan kepada masyarakat di sepanjang hidupnya.

Mengenai ketakwaannya, Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Ali bin Husein tidak pernah makan satu suap pun dari barang haram selama hidupnya dan tidak pernah melangkah satu langkah pun ke arah perkara haram, tidak pernah berkata selain kebenaran walaupun satu kata dan tidak pernah melakukan sebuah pekerjaan untuk selain Allah Swt.”

Imam Sajjad memanfaatkan media doa untuk menjelaskan sebagian dari akidahnya dan kembali membangunkan masyarakat agar mereka perhatian pada masalah makrifat, ibadah, dan penghambaan. Dalam situasi seperti ini, Imam Sajjad fokus pada masalah ibadah dan salah satu pengaruh sosial terpenting adalah terciptanya hubungan masyarakat dengan Allah Swt lewat doa.

Hubungan kontinyu dengan Tuhan dan munajat kepada-Nya akan membuka ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Jelas bahwa dimensi spiritual ini muncul dari kebutuhan fitrah manusia kepada Allah Swt. Kegiatan ibadah ini akan mempengaruhi kehidupan manusia dan membawa manfaat bagi mereka. Orang-orang yang sujud dan ruku' di hadapan keagungan Tuhan, mereka akan memperoleh kemuliaan jiwa dan terhormat.

Imam Khomeini terkait ibadah Imam Sajjad as berkata, apakah kalian berpikir bahwa tangisan para Imam Maksum dan tangisan Imam Sajjad as adalah untuk pendidikan dan mereka ingin mengajar orang lain? Mereka menangis karena takut akan Tuhan dengan segala spritualitas dan kebesaran mereka; Dan mereka tahu betapa sulit dan berbahayanya jalan ke depan. Mereka tahu tentang kesulitan dan ketidakrataan melintasi jalan, satu sisi adalah dunia dan sisi lain adalah akhirat dan melewati neraka; Mereka sadar akan alam barzakh, api penyucian, kebangkitan, dan konsekuensinya yang mengerikan; Oleh karena itu, mereka tidak pernah istirahat dan selalu mencari perlindungan kepada Allah dari azab keras di akhirat.