Sayyidah Fatimah as; Teladan Setiap Ibu di Sepanjang Masa (Part 2)

Lalu bagaimana dengan Sayyidah Fatimah as, baik sebagai Sayyidatun Nisa’il Alamin, yang mengungguli seluruh wanita, atau sebagai Ummul Mukminin yang mengungguli semua laki-laki dan wanita dalam keimanan. Beliau juga dijuluki ‘Ummu Abiiha’, Rasulullah merasakan kehadirannya di sisinya, seakan beliau bersama ibunya. Teladan setiap ibu adalah Sayyidah Fatimah, puncak pengorbanan seorang ibu adalah Sayyidah Fatimah, dan beliau adalah simbol kasih sayang Allah Swt.

Sayyidah Fatimah as dalam mendidik fokus pada beberapa hal:

1. Al-istiqrorul al-‘Atifi; beliau as terlahir dari keluarga ideal, harmonis, dan penuh cinta kasih. Ayahnya mencintai ibunya, Ibunya ikhlas mengorbankan segalanya demi ayahnya. Sehingga Rasulullah sering menyebut-nyebut Khadijah, bersedekah untuknya, menyembeli hewan untuknya.

Sayyidah Fatimah berasal dari keluarga sempurna seperti itu, hingga berpengaruh besar pada pendidikan anak-anaknya. Keluarga sempurna semacam ini membuatnya terdidik dengan hal itu dan memiliki nilai-nilai keutamaan yang berlipat ganda. Sehingga keibuannya, keluwesannya, kelembutannya dan kecintaannya serta kasih sayangnya pada anak-anaknya berlipat ganda lebih sempurna.

Sayyidah Fatimah as mendidik anaknya, al-Hasan dan al-Husein sehingga mereka menjadi orang yang paling menyerupai Ayahnya (Ali as) dan kakeknya (Rasul Saw) dalam keilmuan dan budi perkerti. Ia telah mendidik putrinya, Zainab, hingga ia menyerupai dirinya dalam kesabaran dan pengorbanan.

2. Tajsiidul ‘Amali; Sayyidah Fatimah as dalam pendidikannya lebih banyak mencontohkannya dalam sikap. Oleh karena itu, beliau lebih sedikit berkata dan nasehat-nasehatnya sangat sedikit kita jumpai. Beliau lebih banyak memperaktekkan nasehat dalam bentuk perbuatan.

Oleh karena itu, beliau tidak memerintahkan anaknya dengan perkataan namun dengan contoh, sehinga, hal tersebut telah membuat anaknya mengikuti dan meniru perbuatannya.  Al-Hasan memberikan kesaksian, “Aku tidak melihat ada manusia yang paling banyak ibadahnya dari ibuku, Fatimah.” Beliau juga berkata, “Ketika ibuku berdiri di mihrabnya, maka ia tidak akan berhenti dari shalatnya, kecuali kakinya telah membengkak.”

Sayyidah Zahra as tidak perlu mengajarkan anaknya berdoa, tapi doa-doanya sepanjang malam, membuat anak-anaknya mengerti pentingnya sebuah doa, sehingga membuat al-Hasan bertanya, “Kenapa selalu mendahulukan orang lain, tidak berdoa untuk diri ibu sendiri?”

“Tetangga terlebih dahulu, kemudian keluarga.” jawab Sayyidah Fatimah.

3. Menanamkan nilai-nilai Fitrah. Sayyidah Fatimah as juga memfokuskan pendidkannya pada nilai-nilai fitrah. Yaitu berkaitan dengan Allah Swt, hal yang paling tinggi nilainya. Anak belajar shalat, doa, tahu bahwa tempat kembalinya adalah Allah Swt.

Sayyidah Zainab berumur tiga tahun, Alhusein lima tahun dan Alhasan enam tahun ketika wafat ibunya. Apa yang diajarkan Sayyidah Fatimah kepada anak-anak pada usia itu saat memasuki malam-malam Qadr? Beliau memerintahkan anak-anaknya untuk tidur di siang hari, agar di malam harinya mereka bisa beribadah kepada Allah Swt. Beliau juga memberi mereka sedikit makanan agar tidak kekenyangan dan dapat beribadah dengan baik.

4. Memberikan pemahaman tentang kehidupan, bahwa kehidupan bukan untuk mengumpulkan harta dan meraih jabatan atau gelar, namun untuk berjuang di jalan Allah Swt, dan berkorban untuk-Nya agar menjadi jalan menuju akhirat.

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّن

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qashash:77)

Oleh karena itu, Rasulullah Saw ketika masuk ke rumah putrinya, melihatnya sedang menggiling gandum sendiri, sementara lisannya tidak berhenti dari bertasbih, maka beliau memeluk putrinya. Melihat hal itu, Rasulullah tersenyum dan berkata,

تعجلت مرارة الدنيا بحلاوة الآخر

“Engkau menukar pahitnya dunia dengan manisnya akhirat.”

Kemudian Sayyidah Fatimah berkata,

الحمدلله على نعمائه وله شكر على آلائه

“Segala puji bagi Allah atas nikmat-nikmatnya.”

5. Mengajarkan memberi tanpa pamrih. Sayyidah Fatimah as mengajarkan pada anak-anaknya untuk memberi tanpa pamrih dan atas dasar cinta, sebagaimana diceritakan dalam surat al-Insan,

اِنَّ الْاَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًاۚ – ٥

5. Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur,

عَيْنًا يَّشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللّٰهِ يُفَجِّرُوْنَهَا تَفْجِيْرًا – ٦

6. (yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.

يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهٗ مُسْتَطِيْرًا – ٧

7. Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا – ٨

8. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan,

اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا – ٩

9. (sambil berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.

Berapa usia anak-anaknya ketika itu, hingga mereka rela tidak mencicipi lezatnya makanan dan memilih berbuka hanya dengan air?! Mareka adalah orang-orang yang tidak mengharap balasan dan ucapan terimakasih selain keridhaan Allah.

Suatu ketika Imam Ali as pernah membawa kain hasil dari rampasan perang, kemudian kain itu diberikan kepada Al-Hasan. Sayyidah Fatimah pun meminta al-Hasan membawa kain itu ke Rasulullah, dan minta agar ia menjualkannya. Setelah terjual, al-Hasan mensedekahkan semua harga dari kain tersebut.

6. Akhlak.

Akhlak terbaik adalah Rasulullah Saw dan Fatimah as adalah buah dari pendidikan Rasulullah Saw. Sayyidah Fatimah dan Imam Ali as sejak kecil menanamkan pendidikan akhlak kepada anak-anak mereka, sebagaimana Imam Ali as berkata kepada Al-Hasan,

وإنما قلب الحدث كالأرض الخالية ما ألقي فيها من شئ قبلته. فبادرتك بالأدب قبل أن يقسو قلبك ويشتغل لبك

7. Memperjuangkan keadilan, cinta kesyahidan dan membela kebenaran.

Sayyidah Zahra as mendidik Alhasan dan Alhusein serta Zainab as tentang nilai perjuangan dalam menegakkan keadilan, membela kebenaran dan cinta pada kesyahidan, sehingga mereka tumbuh menjadi anak yang memiliki jiwa demikian.

Sayyidah Fatimah juga mengajak Al-Hasan dan Al-Husein as keliling kota Madinah, mengetuk pintu-pintu rumah para sahabat, dan mengingatkan mereka tentang bai’at, wilayah, dan imamah yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya pada Ali bin Abi Thalib as.

Demikian pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok agung Sayyidah Fatimah  Zahra as, sebagai seorang ibu dan teladan sepanjang masa.