Benarkah Ahmad Al-Hasan Wujud dari Yamani?

Mulanya, Ahmad Hasan Bashri memiliki partner untuk menyebarluaskan pahamnya ke banyak orang. Partner-nya itu bernama Haidar Mustat. Di awal-awal peregerakannya, Haidar Mustat di-setting sebagai al-Yamani yang kemunculannya digadang-gadang sebagai tanda kemunculan al-Mahdi, sedangkan Ahmad Hasan Bashri menjadi putra dari Imam Mahdi.

Seiring bergulirnya waktu, terjadi silang pendapat di antara keduanya, hingga akhirnya Hasan Bashri bergerak sendiri. Di dalam sebuah pernyataannya, Ahmad Hasan bilang begini, “Perkaraku lebih terang dari mentari di siang hari. Aku adalah Al-Mahdi dan Yamani yang dijanjikan.” [1]

Di dalam pembahasan kali ini, penulis hendak mencoba membuktikan, apakah yang dimaksud Yamani yang akan datang di muka bumi ini sebagai tanda kemunculan al-Mahdi adalah Ahmad Hasan Bashri itu sendiri, sebagaimana yang sering ia dan pengikutnya dengungkan.

Kalau kita membaca pembahasan seri al-Yamani ini dari awal, tentu kita sudah bisa menyimpulkan kalau al-Yamani yang hakiki bukanlah Ahmad Hasan Bashri Al-Yamani. Namun, demi menjunjung sisi ilmiah dan tidak asal-asalan dalam menghukumi, alangkah baiknya jika kita membuktikannya melalui argumentasi ilmiah.

Kata Yamani berarti orang Yaman, atau orang yang berasal dari Yaman. Seperti yang disinggung di mukaddimah tulisan ini, bahwa Yamani adalah istilah orang dari Yaman yang akan hadir sebagai penanda kemunculan Imam Mahdi yang sesungguhnya.

Ada banyak sanggahan untuk kata Yamani yang disematkan di diri Ahmad Hasan al-Bashri, namun penulis mencukupkan pada satu sanggahan saja.

Kalau kita perhatikan sifat-sifat Yamani yang sesungguhnya, sebagaimana yang termaktub di dalam sebagian riwayat, ia disebut sebagai pribadi yang memberi hidayah dan petunjuk ke arah Imam Mahdi, penjaga agama, pelindung anak-anak yatim dari keluarga Muhammad Saw dan sebagainya. [2]

Dengan sifat-sifat yang telah disebutkan di atas, Ahmad Hasan mengklaim kalau riwayat tersebut ditujukan kepadanya dan agar ia dikategorikan sebagai orang yang paling unggul dari segalanya, sehingga ia sejajar dengan al-Yamani yang sesungguhnya. Sementara, sejauh ini tak ada satu pun ulama Islam yang mengklaim seperti itu.

Oleh karenanya, rupanya, usaha yang dikerahkan oleh Ahmad Hasan bakal sia-sia belaka, sebab klaim-klaimnya untuk menyamai Yamani yang sesungguhnya tak ada gunanya, lantaran dari beberapa klaim yang selama ini ia gemborkan, sangat jauh dari dari sifat-sifat al-Yamani yang dijanjikan itu.

[1] Ad’iyah Al-Mahdawiyah, hal. 121.

[2] Al-Gaibah, Syekh Thusu, hal. 162.