Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bagaimana Kebangkitan Imam Mahdi Akan Terjadi?

1 Pendapat 05.0 / 5

Ayat-ayat dan hadis-hadis suci yang memberitakan kebangkitan al-Mahdi a.s. menunjukkan bahwa tugas utama beliau bersifat Rabbani dan mencakup pelbagai dimensi dan aspek. Misi beliau adalah mengubah dan menciptakan babak baru kehidupan manusia di muka bumi dalam arti yang sebenar-benarnya.

Sekiranya tugas beliau terbatas pada revitalisasi ruh Islam, rekonstruksi peradabannya yang adil dan penyebaran cahayanya ke seluruh dunia, niscaya semua itu sudah lebih dari cukup. Akan tetapi, nyatanya, beliau juga bertugas mengembangkan kesejahteraan hidup manusia secara material pada tingkat yang tidak bisa dibandingkan dengan zaman-zaman sebelum kebangkitan beliau, betapa pun maju dan berkembangnya zaman tersebut.

Demikian pula beliau bertugas membuka cakrawala pengetahuan manusia mengenai jagat raya, tata surya, kehidupan di dunia luar angkasa dan para penghuninya sebagai persiapan bagi pembukaan cakrawala dan penyatuan sempurna antara alam nyata dan alam gaib, alam fisik dan non-fisik yang terjadi melalui hari Kiamat dan kehidupan akhirat.

Pembersihan Bumi dari segenap Kelaliman dan Para Pelakunya

Dengan sekilas kita bisa melihat betapa mustahilnya membersihkan bumi ini dari kelaliman dan menumpas semua tiran pelaku kelaliman. Bumi ini seakan-akan telah demikian terbiasa mendengar rintihan dan keluhan orang-orang tertindas, sehingga tidak tampak orang yang berkenan mengabulkan teriakan mereka dan terbiasa pula dengan adanya orang-orang lalim yang tercela.

Tidak pernah ada dalam sejarah panjang bumi ini terdapat masa yang bebas dari kelaliman dan penindasan. Para pendurja itu telah menjadi ibarat pohon jelek yang akar-akarnya telah sedemikian menghujam ke dalam; bila satu akar dicabut, tumbuh sepuluh lainnya dan bila satu generasi busuk ditumpas, muncul lagi berbondong-bondong generasi busuk lainnya.

Akan tetapi, Allah yang telah menetapkan kehidupan manusia di atas garis pergulatan antara yang hak dan yang batil serta antara yang baik dan yang buruk, juga telah menjadikan segala sesuatu punya batasnya, semua ajal ada tanggalnya dan semua kelaliman di muka bumi pasti berakhir. Allah berfirman: “Orang-orang yang berdosa dikenali melalui tanda-tanda mereka lalu ubun-ubun dan telapak-telapak kaki mereka akan dibelenggu.” (QS. ar-Rahman: 41)

Ihwal ayat ini, Imam Jafar ash-Shadiq a.s. berkata: “Allah jelas mengenali mereka, tetapi ayat ini diturunkan untuk al-Qaim yang juga mengenali ciri-ciri mereka kemudian dia dan para sahabatnya akan memasung mereka dengan satu pasukan.” (Ghaybah an-Nu’mani, hal. 127)

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. berkata: “Sungguh Allah akan memberi kalian kelapangan secara tiba-tiba melalui seorang lelaki dari kami Ahlulbait. Demi ayahku, dia adalah putra sebaik-baik hamba…” (Syarh Nahjul Balaghah, juz 2, hal. 178)

Allah Swt telah memberi pengetahuan pada al-Mahdi tentang hakikat manusia, sehingga beliau melihat semua orang dengan cahaya Allah. Beliau tahu betul keadaan setiap penyakit orang dan cara untuk mengobatinya. Tidak perlu ada kekhawatirkan bahwa beliau akan membunuh seseorang yang masih bisa diharapkan untuk mendapat petunjuk.

Begitu juga Allah telah memberitahukan pada Nabi Khidir a.s. dalam kisah perjalanannya dengan Nabi Musa a.s. hakikat bocah yang bakal menyeret kedua orangtuanya ke dalam kejahatan dan kekafiran, sehingga dengan tegas beliau segera membunuh anak tersebut. Bahkan, sejumlah hadis menunjukkan bahwa Khidir a.s. akan muncul bersama al-Mahdi dan menjadi bagian dari pendukung beliau. Barangkali Khidir juga akan menggunakan ilmu laduninya yang terungkap dalam ayat, Kami berikan padanya rahmat dan Kami ajarkan ilmu padanya dari sisi Kami (QS. al-Kahfi: 65), guna berpartisipasi menumbuhkan bibit­bibit kebaikan, mencegah bibit-bibit kejahatan dan membasmi akar kerusakan sebelum menjadi pohon raksasa yang sukar dirobohkan.

Kemungkinan besar bantuan Nabi Khidir dan “orang-orang” di sekitarnya dalam negara al-Mahdi a.s. berlangsung secara terbuka dan diketahui oleh publik. Mereka akan mempunyai kewenangan hukum atas manusia dan hak pembatalan undang-undang dan aturan-aturan formal lahiriah. Dalam hadis-hadis suci diterangkan bahwa Imam al­Mahdi a.s. memutuskan untuk membunuh seseorang dengan hukum waqi’i (yang pasti kebenarannya, lawan dari zhanni).

Kebangkitan dan Penyebaran Islam ke Seluruh Dunia

Dalam tafsir firman Allah, Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama kebenaran supaya dimenangkan atas semua agama lain walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (QS. at-Taubah: 33)

Amirul Mukminin a.s. berkata: “Sudahkah semua itu menjadi kenyataan? Jelas belum. Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, tidak ada satu desa pun melainkan bakal diseru kepada kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah di waktu pagi dan petang.” (Al-Mahaijah karya al-Bahrani, hal. 86)

Imam al-Baqir a.s. berkata: “Al-Qaim ditolong melalui perasaan takut (di kalangan musuh) dan didukung dengan kemenangan. Bumi akan dilipatkan untuknya dan perbendaharaan ditampakkan padanya. Kekuasaannya meliputi Barat dan Timur dan agamanya pasti akan dimenangkan oleh Allah sekalipun semua orang musyrik membencinya, sehingga tidak tinggal kerusakan di bumi melainkan diperbaikinya. Lalu Isa bin Maryam a.s. turun dan menunaikan salat di belakangnya.” (Al-Bihar, juz 52, hal. 191)

Dalam kitab tafsir al-Ayyasyi, Imam Jafar ash-Shadiq as berkata: “Ayahku ditanya tentang firman Allah, Dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya (QS. at-Taubah: 36) dan firman-Nya, sampai tidak ada fitnah lagi dan ketaatan hanya menjadi milik Allah. (QS. al-Baqarah: 193).

Beliau menjawab: ‘Takwil ayat ini belum datang. Seandainya al-Qaim dari kami telah bangkit, orang yang hidup di zaman itu akan menyaksikan takwil ayat ini. Agama Muhammad Saw akan memenuhi segala sesuatu seperti malam memenuhi bumi, dan tidak akan ada lagi kemusyrikan di muka bumi sebagaimana dikatakan Allah.’” (Al-Bihar, juz 2, hal. 56)

Dalam tafsir tentang firman Allah, Kami akan memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami di segenap ufuk dan dalam segenap diri mereka sampai menjadi jelas kepada mereka bahwa Dialah al-Haqq. (QS. as-Sajdah: 53)

Imam al-Baqir a.s. berkata: “Memperlihatkan dalam segenap diri mereka [perubahan rupa mereka] dan di segenap ufuk [yaitu keruntuhan segenap ufuk di hadapan mereka]. Dengan demikian, mereka akan melihat kekuasaan Allah dalam diri mereka dan di segenap ufuk. Firman-Nya, Sampai menjadi jelas kepada mereka bahwa Dialah al-Haqq, maksudnya adalah keluarnya al-Qaim (al-Mahdi) sebagai kebenaran dari sisi Allah. Semua makhluk akan bersaksi bahwa dia adalah sesuatu yang pasti.” (Ghaybah an-Nu’mani, hal. 143)

Arti runtuhnya ufuk-ufuk langit di hadapan mereka adalah kekacauan negara-negara mereka, pemberontakan pelbagai bangsa dunia untuk melawan kekuasaan mereka dan keruntuhan ufuk-ufuk langit sebagai tanda-tanda kebesaran yang ditampakkan untuk mereka.

Nabi saw bersabda: “Seandainya bumi tidak tinggal kecuali sehari, pasti Allah akan mengutus seorang lelaki yang namanya seperti namaku, akhlaknya seperti akhlakku, gelarnya Abu Abdillah dan orang-orang akan membaiatnya antara Rukun dan Maqam. Agama Allah akan dikembalikannya seperti semula dan dijadikan untuknya sejumlah penaklukan sampai tidak tinggal di atas permukaan bumi kecuali orang yang mengatakan La Ilaha Illa Allah.”

Lalu Salman al-Farisi berdiri dan bertanya: “Dari keturunanmu yang mana, ya Rasulullah?”

Beliau jawab: “Dari keturunan anakku ini.” Lalu beliau menepuk pundak al-Husain. (Al-Bayan karya asy-Syafi’i, hal. 129)

Sebenamya pandangan yang lebih kuat menurut Syiah maupun Ahlusunah gelar beliau adalah Abul Qasim seperti gelar Nabi Saw.

*Disarikan dari buku Imam Mahdi, Dari Proses Gerakan Hingga Era Kebangkitan – Prof. Ali Kurani