Kemunculan Al-Mahdi, Kemenangan Bagi Kaum Mustadhafin atas Mustakbarin

Rasulullah Saw bersabda: “Apabila tidak tersisa kecuali sehari dari umur dunia maka Allah Swt akan memanjangkan hari itu hingga seseorang dari Ahlulbait yang akan bangkit dan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.” (Sunan Abi Daud, 4/107, al-Durr al-Mantsur, 7/484)

Rasulullah Saw telah mewartakan kepada kita bahwa seorang yang berkualitas dan saleh akan memimpin manusia sehingga mereka bersatu di bawah Tuhan Yang Mahaesa dengan menolak semua bentuk penyembahan dan hanya memusatkan pada maksud dan tujuan llahi. Dialah al-Mahdi yang dijanjikan, seorang keturunan Muhammad Saw.

Imam Muhammad al-Baqir a.s. berkata: “Tatkala al-Qaim hadir, dia akan meletakan tangannya di atas kepala hamba-hamba Allah Swt. Dia akan menyatukan akal budi manusia. Dia akan memimpin mereka untuk mencapai tujuan yang satu. Dia akan menjadikan mereka berakhlak mulia.” (Bihar al-Anwar, 52/336)

Dalam hadis lain, Imam Ali bin Abi Thalib a.s. menyampaikan esensi peranan al-Qaim bagi masa depan umat manusia. Beliau berkata: “Ketika al­Qaim muncul maka permusuhan dan kemurkaan akan hilang dan keamanan umum akan tercipta di seluruh jagad.” (Bihar al-Anwar, 52/316)

Akhirnya, Imam al-Baqir a.s. berkata: “Tatkala al-Qaim memegang kendali, maka seluruh kekayaan umum, tambang dan harta karun yang ada dalam bumi akan melimpah [untuk dibagikan secara adil di antara manusia].” (Bihar al-Anwar, 52/351)

Kemenangan al-Mahdi adalah kemenangan kaum mustadhafin dunia dari para penindas. Sebenarnya mereka adalah mayoritas dan sumber kekuatan. Sedangkan para penindas adalah kaum minoritas walau sebesar bagaimanapun kekuatan mereka. Dengan hakikat inilah, kemenangan universal Imam Keduabelas dapat diraih.

Berdasarkan Alquran dan beberapa riwayat hadis, kita tahu bahwa kaum mustadhafin dipimpin oleh Imam Mahdi akan melawan para penindas. Mereka akan meraih kemenangan. Mereka akan mengalahkan kekuatan tirani dan kezaliman dan mengambil alih pemerintahan dunia. Allah Yang Mahatinggi berfirman:

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi, dan menjadikan mereka para pemimpin (aimmatan), dan menjadikan mereka para pewaris [bumi].” (QS al-Qashash: 5)

Secara eksplisit, ayat ini menyampaikan kabar gembira bahwa yang akan memegang kekuasaan dan pemerintahan dunia adalah kaum mustadhafin. Jadi kemenangan Imam Keduabelas sama dengan kemenangan kaum tertindas di bumi.

Alquran menyejajarkan kata mustadhafin dengan kata mustakbirin. Oleh karenanya, dua kata ini mesti ditelaah secara bersamaan. Menurut al-Quran, mustakbirin (penindas) mempunyai karakteristik­karakteristik tertentu. Firaun, sebagai seorang penindas, dikabarkan dalam Alquran: “Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,  dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS al-Qashas: 4)

Tiga karakter para penindas yang disebutkan pada ayat di atas adalah: pertama, berbuat sewenang-wenang; kedua, suka memecah belah; dan ketiga, berbuat kerusakan. Dalam ayat lain Allah berfirman: “Firaun berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Yunus: 83)

Dalam ayat ini, perbuatan melampaui batas disebutkan sebagai karakter seorang penindas. Allah berfirman dalam surah az-Zukhruf: 54: “Maka dia (Firaun) mempengaruhi kaumnya, lalu mereka patuh padanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.”

Ayat ini memusatkan perhatian pada mempengaruhi kaumnya yaitu menghina dan memaksa mereka tunduk kepadanya. Karakter ini merupakan karakter seorang tiran. Allah berfirman dalam surah al-Ankabut: 39. “Dan (juga) Qarun, Fir’aun, dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang­orang yang luput (dari kehancuran).”

Dalam ayat ini sifat suka menolak kebenaran dimasukkan pada sifat seorang penindas.

Allah berfirman dalam surah al-A’raf ayat 75-76: Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: “Tahukah kamu bahwa Shaleh diutus oleh Tuhannya?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami beriman pada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya”. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.”

Beberapa sifat penindas yang dapat diketahui dari ayat-ayat Alquran di atas adalah:

1. Membanggakan diri, yaitu menganggap dirinya besar
    
2. Menciptakan perbedaan dan konflik di antara orang-orang agar dapat memecah belah mereka
    
3. Berbuat melampaui batas
    
4. Menghina dan menyiksa manusia
    
5. Menyebarkan kerusakan
    
6. Menolak kebenaran
    
7. Menyebarkan kekafiran dan membuat kesyirikan

Para penindas adalah orang-orang yang menyatakan lebih besar dari orang lain tanpa dasar. Mereka berkata bahwa mereka adalah para negarawan dan para ahli cemerlang yang lebih mampu mengatur urusan orang-orang. Mereka memandang orang-orang tidak mempunyai kedewasaan dan kemampuan untuk merealisasikan kebaikan mereka sendiri. Karena itu, rakyat mesti menuruti orang-orang yang menyebut dirinya ahli ini bila ingin mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.

Salah satu metode yang dipakai orang-orang ini untuk memecah belah rakyat adalah pecah dan kuasai (divide and rule). Selain itu, untuk mengokohkan kekuatan mereka, mereka benar-benar aktif menyebarkan kerusakan dengan cara menghidupkan kekafiran dan mendukung penyimpangan dan kejahatan di tengah-tengah masyarakat. Dengan cara memanipulasi dan mengeksploitasi kekayaan rakyat, mereka berhasil mendominasi kehidupan sosial dan politik rakyat. Atas nama pertahanan negara dan rakyat, mereka mengumpulkan senjata-senjata perusak yang pada akhirnya merugikan masyarakatnya sendiri.

Jadi, orang-orang semacam ini terlibat dalam eksploitasi besar-besaran untuk mengumpulkan kekayaan dan menumpuk-numpuknya untuk kepentingannya sendiri tanpa pertanggungjawaban sedikit pun. Sebenarnya orang-orang ini, menurut Alquran, adalah orang-orang yang membanggakan diri dengan cara menipu dan menyalahgunakan kekuasaan yang berasal dari rakyat.

Sebaliknya, orang-orang mustadhafin sebenarnya bukan orang­orang yang lemah dan cacat. Mereka adalah orang-orang yang menderita karena tekanan para penindas yang menyepelekan martabat mereka dan mengeksploitasinya habis-habisan guna meraih tujuan material dan jahat.

Karena eksploitasi para penindaslah maka orang-orang mustadhafin lupa pada harkat dan martabatnya sendiri dan jatuh pada perbudakan mental para penindas. Sebenarnya, segala sesuatu yang berupa kekayaan negara, tanah, air dan lain-lain adalah milik mereka. Sumber daya alam, tenaga kerja, pengetahuan, industri, dan sumber kehidupan baru yang menghasilkan kekayaan juga milik mereka. Daya para pekerja, pemilik industri, tentara, para pelaksana keadilan, dan lembaga-lembaga pemerintah dibuat oleh mereka. Jadi orang-orang inilah (mustadhafin) yang menjadi sumber kekuatan. Bukannya para penindas. Bila rakyat tidak bekerja sama dengan para tiran, maka darimanakah sumber kekuatan mereka (para penindas)?

Para penindas berhasil menjauhkan rakyat dari diri mereka yang suci dan fitri serta terpuruk dalam kekuasaan mereka yang tidak adil. Mereka menghembuskan janji-janji palsu dan licik. Mereka memperalat rakyat untuk memerangi rakyat lainnya. Dengan kata lain, para penindas sepanjang sejarah menjadi menjadi kaum minoritas yang berusaha melestarikan kebodohan rakyat akan diri mereka sendiri dan ditindas selamanya sehingga para penindas dapat mendominasi mereka selamanya.

Dengan latar belakang di atas, kita dapat mengetahui misi para nabi a.s., yaitu membebaskan mereka dari kebodohan dan menyadarkan harkat martabat diri sendiri. Para nabi a.s. menjadi menjadi pemimpin orang-orang tertindas, membimbing mereka untuk membebaskan diri dari praktik perbudakan yang dilakukan oleh para tiran yang berlaku sombong dan curang secara terbuka, mengancam para penindas untuk tidak meneruskan kejahatan dan eksploitasinya. Dengan kata lain, misi para nabi a.s. adalah menyokong para tertindas untuk menyadari tujuan penciptaan masyarakat yang adil dan merata di muka bumi.

Revolusi universal untuk membebaskan manusia dari jeratan para tiran dan para penguasa jahat akan dilancarkan oleh Imam Keduabelas. Para sahabat, pengikut, dan para pendukungnya akan menjadi para pewaris sebagaimana yang dijanjikan Alquran. “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi, dan menjadikan mereka para pemimpin (aimmatan), dan menjadikan mereka para pewaris (bumi). Dan Kami akan teguhkan kedudukan mereka di muka bumi.” (QS al-Qashash: 5-6)

Imam Muhammad al-Baqir as berkata: “Ketika al-Qaim muncul, Allah Yang Mahatinggi akan  memerintahkannya untuk meletakkan tangannya di atas kepala-kepala orang-orang sehingga kesadaran dan akal mereka menjadi sempurna [untuk menerima arahannya dalam melangsungkan revolusi globalnya].” (Bihar al-Anwar, 52/336)

Dari pesan Alquran dan hadis di atas, nyatalah bahwa revolusi ini berwatak universal dan demi agama Allah serta penerapan teraju keadilan Tuhan. Pemimpin revolusinya adalah Imam Mahdi al-Muntazhar a.s. dan para pendukungnya yang sejati dan amanah akan melakukan perjuangan, jihad yang absah dan adil, di jalan Allah.