Syubhat Dalil Mimpi Aliran Al-Yamani

Pada seri sebelumnya telah dijelaskan bahwa selain istikharah, aliran al-Yamani Ahmad Hasan menggunakan metode mimpi sebagai dalil dalam membuktikan klaimnya. Dan telah disampaikan juga bahwa penggunaan metode mimpi ini salah satunya mengacu pada sebuah hadis dari Nabi Saw yang menyebutkan sesiapa yang memimpikan diriku maka ia benar-benar memimpikanku.

…Maka sesungguhnya Rasulullah Saw berkata: Sesiapa yang memimpikan diriku dalam tidurnya, maka ia benar-benar memimpikanku. Sungguh Syetan tidak akan menjasadkan dirinya dalam bentuk diriku, baik di dunia mimpi maupun nyata, juga tidak akan menjasadkan dirinya dalam bentuk washi-washi ku (Para Imam Ahlulbait) hingga hari kiamat.[1]

Pada bahasan kali ini, penulis ingin menambahkan jawaban atau bantahan terhadap apa yang diajukan oleh aliran al-Yamani, yang mana mereka menjadikan hadis diatas sebagai bukti bahwa mimpi bisa menjadi dalil dalam menentukan kebenaran Imamah atau Washi.

Dalam menjawab syubhat tersebut perlu diperhatikan bahwa syarat untuk meyakinkan bahwa dirinya bertemu Nabi Saw atau makshumin As dalam mimpi ialah pernahnya seseorang tersebut melihat atau bertemu mereka As di alam nyata. Jika tidak, bagaimana bisa ia mengatakan bahwa yang ia lihat adalah benar-benar makshumin?

Sementara itu, ketika para pengikut Ahmad Hasan Bashri ditanya apa yang mereka lihat dalam mimpi, mereka mengatakan, kami melihat seorang laki-laki yang wajah sama kepalanya dipenuhi cahaya dan dia memerintahkan kami untuk mengikuti putranya Ahmad, atau mereka mengatakan, kami melihat seorang perempuan yang memakai cadur di kepalanya dan wajahnya tersembunyi dan mengatakan ini dan itu, atau mereka mengatakan kami mendengar sebuah suara yang mengabarkan pada kami tentang Ahmad.

Dari sini jelas bahwa mereka tidak bertemu Nabi Saw atau Fathimah Zahra As dalam mimpi mereka, melainkan hanya sebuah gambaran imajinasi yang mungkin pernah mereka lihat dalam televisi atau buku-buku. Selain itu, hadis diatas mengatakan sesiapa yang memimpikanku maka itu aku. Bukan mengatakan sesiapa yang memperkenalkan dengan nama saya itu adalah saya, atau sesiapa yang bermimpi dengan ciri-ciri bercahaya atau yang lainnya itu saya. Tidaklah seperti itu. Hadis diatas juga menjelaskan tentang bertemu Nabi Saw atau Makshumin As, sehingga, adanya suara atau sesuatu yang lainnya tidak bisa disandarkan pada lingkup hadis tersebut.

Oleh karena itu, gambaran-gambaran imajinasi yang mereka katakan atau suara-suara yang mereka dengar dalam mimpi tidak bisa dipastikan bahwa itu dari Nabi Saw atau Makshumin As, karena mereka sendiri belum pernah bertemu Nabi Saw atau Makshumin As di alam nyata. Dan karena tidak bisa dipastikan, maka ada kemungkinan hal tersebut bisa berasal dari tipu daya atau bisikan Syetan. Dan hal tersebut sangat mungkin karena adanya riwayat yang menjelaskan perihal tersebut, dan Ahmad Hasan sendiri membenarkan hal tersebut. Dalam kitabnya al-Jawabul Munir ‘Abarul Atsir Ahmad Hasan ketika ditanya perihal mimpinya Fathimah As ia mengatakan, bahwa Syetan memasuki mimpinya diakhir mimpi, kemudian ia menjelaskan bahwa suara yang didengar Fathimah diakhir mimpinya bukanlah bagian dari mimpi, tapi itu adalah syetan yang ingin membuatnya sedih.[2]

Wallahu A’lam

[1] Allamah Majlisi, Muhammad Baqir, Biharul Anwar Juz 58 Hal. 241

[2] Ahmad Hasan, Al-Jawabul Munir ‘Abarul Atsir Juz 1-3 Hal. 321-322