Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (2)

Bulan suci Ramadhan, bulan ibadah dan pahalanya berlipat ganda. Namun pertanyaannya di sini adalah apa maksud ibadah.

Apakah maksud ibadah sebatas pada shalat dan puasa atau berinfak. Ataukah konsep ibadah mencakup hal-hal yang lebih luas. Memang yang akan muncul pertama kali di benak kita saat mendengar kata ibadah adalah shalat, puasa dan infak atau yang lainnya. Pemahaman ini tidak keliru, karena shalat atau puasa adalah bentuk paling nyata dan terasa dari ibadah.

Namun demikian ibadah ini memiliki dua sisi yang harus diperhatikan, batin dan zahir. Allah Swt menyebut batin ibadah adalah zikir dan mengingat-Nya. Di surat Taha ayat 14 Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."

Allah Swt di ayat ini menjelaskan kepada kita tengah Kemaha Esaan-Nya dan menyeru kita untuk beribadah kepada-Nya. Memerintahkan kita untuk shalat, sehingga kita mengingat-Nya. Oleh karena itu, batin shalat adalah zikir dan mengingat Tuhan. Dan sisi batin ini akan mengalir di seluruh perbuatan kita. Ketika seluruh amal perbuatan kita diwarnai dengan mengingat Tuhan, maka setiap detik kehidupan kita berubah menjadi ibadah.

Allah Swt berjanji siapa saja yang mengingat-Nya, maka Ia juga akan mengingat hamba tersebut. Di ayat 152 Surat al-Baqarah disebutkan «فَاذْکُرُونِی أَذْکُرْکُمْ» Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu. Rasulullah Saw saat menafsirkan ayat ini bersabda, jika kalian mengingat Tuhan melalui ketaatan dan ibadah, maka Allah juga akan mengingat kalian melalui beragam nikmat, kebaikan, rahmat dan keridhaan-Nya.

Oleh karena itu, ingatlah Tuhan di setiap detik dan saat di kehidupan kalian, sehingga Ia juga akan mengingat kita di setiap keadaan, dan jangan sampai Ia melupakan kita bahkan untuk sesaat.

Kita dapat mengingat Tuhan dengan seluruh anggota badan kita. Kita dapat mengingat-Nya dengan lisan dan menyebut nama-Nya seperti yang diajarkan oleh pemuka agama kita. Salah satu nama yang sering dilantunkan Rasulullah Saw adalah «یا مُقَلِّبَ القُلُوب ثَبِّت قَلبی عَلی دینِک». Alquran mengajari kita bahwa ketika Nabi Yunus as mendapat kesulitan, ia mengingat Tuhan dengan zikir sebagai berikut: «لا اِلهَ الَّا أنت سُبحانَکَ إنِّی کُنتُ مِنَ الظَّالِمین».

Di Islam sangat dianjurkan bagi kita untuk berzikir seperti ini ketika mengalami kesulitan. Selain berzikir dengan lisan, kita juga dapat selalu mengingat Tuhan dengan hati kita. Ketika lisan kita sibuk berzikir, kita menyerahkan pemahaman mendalam doa tersebut kepada hati kita. Saat itu, kita mendirikan shalat, membaca Surat al-Fatihah, surat lain serta berbagai zikir. Bahkan ketika kita diam, dengan perasaan bahwa kita selalu berada di hadapan Tuhan, maka kita dapat mempertahankan zikir kepada Tuhan di hati kita.

Bulan Ramadhan, bulan jamuan ilahi dan itu akan bernilai ketika umat muslim memanfaatkan bulan ini untuk membersihkan jiwa dan hatinya, serta memanfaatkan dengan baik keutamaan dan berkah mendekatkan diri kepada Tuhan di bulan suci ini.

Badan manusia tanpa olah raga akan lemah dan kurus. Tak diragukan lagi meski manusia memiliki fisik yang kuat, tapi jika tidak berolah raga, maka tubuhnya akan semakin lemah. Jiwa juga sama seperti tubuh. Anda dengan melatih untuk mematuhi perintah dan menjahui larangan Tuhan, sejatinya tengah memperkuat jiwa kalian.

Seluruh ibadah dimaksudkan untuk memperi kesempatan kepada jiwa kita untuk berolahraga. Dan di bawah banyangan ibadah, jiwa kita akan semakin terdidik dan kita dengan mudah menuju Tuhan kita. Bulan Ramadhan sebuah latihan spiritual manusia dan peluang yang menahan keinginan jasmani serta mengembangkan spiritualitas kita.

Allah Swt di ayat 183 Surat Al-Baqarah menyebut alasan kewajiban berpuasa adalah untuk melatih takwa. Allah berfirman «یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا کُتِبَ عَلَیْکُمُ الصِّیَامُ کَمَا کُتِبَ عَلَى الَّذِینَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّکُمْ تَتَّقُونَ»  (Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa).

Berdasarkan ayat ini, puasa sebuah tangga ke arah takwa dan sarana bagi kita untuk menetapkan takwa di hati dan jiwa kita. Takwa adalah manusia berhati-hati dan menjaga seluruh amal perbuatan dan perilakunya, serta bertindak sesuai dengan keridhaan Tuhan dan perintah-Nya. Takwa juga kita harus menjahui seluruh yang tidak diridhai Tuhan. Kondisi selalu menjaga dan menghindari dosa adalah makna sejati takwa.

Kebalikan dari takwa adalah sikap mengabaikan dan bertindak tanpa kebijaksanaan. Tuhan tidak menerima kelalaian seorang mukmin di kehidupan. Seorang mukmin matanya harus senantiasa terbuka dan hatinya terbangun di seluruh urusan kehidupan.

Kondisi ini bagi seorang mukmin memiliki keuntungan dan manfaat supaya ia berhati-hati tidak sampai melakukan hal-hal yang menyimpang dari keinginan Tuhan. Ketika penjagaan diri ini muncul di dalam diri manusia, di mana ucapan dan perilakunya sesuai dengan keinginan Tuhan, maka akan muncul kesadaran di dalam diri manusia yang bernama takwa. Dan manfaat terpenting dari puasa adalah takwa.

Keakraban dan kedekatan dengan Alquran di bulan suci Ramadhan memberi suasana dan atmosfer tersendiri bagi orang-orang yang berpuasa. Membaca Alquran di bulan Ramadhan (tadarus) dengan merenungkan makna ayat-ayatnya membuka pengetahuan baru bagi manusia. Oleh karena itu, Alquran adalah teladan sempurna bagi kehidupan manusia. Iran islami setiap tahun di bulan Ramadhan menyaksikan gerakan indah dalam menyebarkan budaya Alquran.

Tahun ini acara tadarus Alquran digelar di masjid dan tempat-tempat suci, dan warga setiap hari rajin membaca Alquran. Di bulan ini sangat direkomendasikan untuk membaca Alquran. Setiap ayat dan kalimat Alquran adalah cahaya dan menunjukkan manusia ke arah Tuhan. Dengan membaca setiap ayat, hati-hati yang mati pun disinari cahaya dan kembali hidup. Hati akan mengalami perubahan dan siap menerima spiritualisme.

Membaca kitab suci ini memiliki tata cara tersendisi seperti orang yang membaca harus dalam kondisi suci. Sama seperti Allah Swt mensyaratkan taharah (suci) untuk membaca ayat-ayat suci ini. Melihat ayat-ayat suci Alquran saja sudah dihitung sebagai ibadah. Menurut Rasulullah Saw memandang tiga hal ini termasuk ibadah, salah satunya melihat Alquran.

Adab lain membaca Alquran adalah diam dan tenang, disertai dengan perenungan atas makna ayat-ayat Alquran. Tak diragukan lagi, keakraban dengan ajaran yang memberi kehidupan dan ajaran Alquran tidak berakhir di situ. Sebaliknya, membaca ayat-ayat, mengenal konsep-konsep dan mendengarkan tilawah Alquran adalah langkah pertama dan awal untuk pengetahuan Alquran yang lebih mendasar dan lebih dalam.