Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sederet Poin Penting Terkait Mahdawiyah (Bagian 1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Di dalam tulisan sebelumnya, kami telah mengulas tentang Imam Mahdi secara universal dengan judul Mukkadimah Mengenal Mahdawiyah. Di tulisan kali ini, penulis hendak memperluas pembahasan tersebut, melalui beberapa poin penting dan ringkas, yang mudah-mudahan dapat memberikan dampak positif di dalam pemahaman kita terkait konsep Mahdawiyah.

Pertama, sisi keyakinan (akidah). Seperti yang kita tahu, boleh dikata, keyakinan yang diyakini seseorang akan menentukan pada sikapnya. Dengan kata lain, baik-buruknya sikap seseorang bergantung pada keyakinan yang mereka punya. Dalam hal ini, jika keyakinan kita soal Islam kuat, maka sikap-sikap yang akan lahir dari diri kita adalah sikap yang terpuji, yang mencerminkan ajaran Islam, sebab Islam senantiasa mengajarkan kita pada kebaikan dan kebajikan.

Di dalam dasar keyakinan Syiah terdapat lima pilar penting yang menjadi pegangan, seperti tauhid, kenabian, hari akhir (ma’ad), kepemimpinan (imamah) dan keadilan (al’adalah). Kalau mau dirinci, tiga dasar keyakinan di atas, tauhid, kenabian dan hari akhir, di kalangan Syiah atau di dalam mazhab lain masyhur dengan sebutan ushul ad-din (dasar-dasar agama), yang artinya tiga pilar tersebut hampir ada di dalam agama-agama dengan istilah yang tentunya berdeda-beda.

Dasar kepemimpinan dan keadilan di dalam mazhab Syiah, disebutnya ushulul mazhab, yang artinya dasar-dasar yang terdapat di dalam mazhab Syiah dan sebagian mazhab yang lain. Di dalam mazhab Syiah, pembahasan Imam Mahdi atau mahdawiyah masuk dalam kategori dasar kepemimpinan. Nah, inilah alasannya, kenapa pemabahasan mahdawiyah memiliki kaitan dengan sebuah keyakinan.

Diutusnya para nabi, terlebih Nabi Muhammad Saw, salah satu tujuannya adalah untuk menyeru manusia agar pecaya kepada Allah Swt. Lebih dari itu, nabi  adalah penyambung lidah Allah untuk menyampaikan pesan-pesan langit ke penduduk bumi. Di dalam keyakinan Syiah, para imam yang berjumlah 12 manusia suci adalah pengganti Nabi Saw, untuk menggantikan posisi mereka agar manusia di muka bumi ini tetap memiliki sosok penunjuk jalan kebenaran dan kesempurnaan.

Tugas para imam itu terus berlanjut hingga imam kedua belas, yaitu Imam Mahdi yang saat ini masih hidup dan dalam keadaan ghaib (tersembunyi). Di dalam pembahasan kepemimpinan, setidaknya ditekankan bagi orang Syiah untuk mengenal para imam, terlebih imam terakhir. Hal ini bukan tanpa alasan, pasalnya, hal ini telah disinggung di dalam ayat al-Quran dan banyak riwayat di antaranya adalah sebagai berikut.

“(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpin mereka.” (QS. Al-Isra’:71).

Di dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad Saw., juga pernah bersabda, “Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak mengenal imam zamannya, maka ia mati seperti orang jahiliyah.”[1]

Di dalam hadis lain, Imam Ja’far Shadiq berkata, “Bukanlah (termasuk) hamba mukmin, kecuali ia mengenal Allah dan rasu-Nya dan para imam secara keseluruhan serta imam zamannya dan (semua perkara) kembali kepadanya dan diserahkan kepadanya.”[2]

Dari ayat dan hadis di atas, sejatinya seorang Muslim ditekankan untuk mengenal imam mereka  yang notabene sebagai kepanjangan tangan para nabi. Karena, bagaimanapun, di tangan merekalah kompas kebenaran ini digenggam. Sebagai manusia yang penuh keterbatasan, tiada cara lain untuk meraih kesempurnaan selain dengan patuh dan taat kepada mereka, di mana bagi keyakinan Syiah, di tangan Imam Mahdilah kompas kebenaran itu berada.

Silakan baca artikel lanjutannya di sini.

[1] Kamaluddin wa Tamamu an-Ni’mah, Syekh Shaduq, jil. 2, hadis 9, hal. 409.

[2] Al-Kafi, Kulaini, jil. 1, hadis 2, hal 180.