Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (6)

Kita telah sampai di malam-malam cahaya Qadar yang memberi banyak kenikmatan Terlebih lagi di malam ini al-Quran diturunkan dan kita terduduk di sisi sumber wahyu dengan penuh ketulusan, seraya mengisi hati dengannya.

Malam-malam Qadar adalah jendela harapan yang ada di bulan Ramadhan. Ini adalah malam yang tidak dapat dihitung ukurannya. Lingkaran penyambungan kembali para hamba dengan Sang Pencipta alam semesta, yang dimulai sejak awal Ramadhan, dan mencapai puncaknya pada malam-malam Qadar. Pada malam-malam ini, tidak ada perantara antara manusia dan Allah, dan para hamba menghadap cahaya ilahi tanpa topeng atau penghalang apa pun. Oleh karena itu, malam Qadar penuh dengan aroma doa dan permohonan. Maka sujudlah di pintu kekasih yang tak terbatas dan diberkati untuk tunduk pada takdir terbaik.

Sekitar enam ratus sepuluh tahun setelah kelahiran Nabi Isa as, pada saat kekakuan intelektual dan fanatisme agama anggota gereja praktis menghentikan pertumbuhan pemikiran dan ilmu pengetahuan dalam masyarakat Kristen, dan orang-orang Kristen sedang mengalami periode yang sejarawan menyebut waktu kegelapan dan itu disebut kegelapan, Allah berkehendak untuk mengirim seorang nabi baru kepada orang-orang. Nabi yang menyelamatkan manusia dari kebodohan. Firman pertama Allah kepada Nabi-Nya, Muhammad ibn Abdullah Saw, adalah:

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-'Alaq: 1-5)

Dalam firman pertamyan, Allah berbicara tentang ilmu, yang cukup untuk mengetahui betapa pentingnya pemikiran dan penalaran, ilmu dan menuntut ilmu dalam Islam. Alquran selalu memengajak umat Islam untuk berpikir dan merenungkan tanda-tanda Allah. Tanda-tanda yang ada pada kita atau tersebar di seluruh dunia. Dalam budaya Alquran, iman tidak diterima dari siapa pun tanpa berpikir dan bernalar. Karenanya, setiap muslim berkewajiban untuk memahami ushuluddin, keyakinan akan tauhid, kebenaran nabi, kiamat dan kiamat dengan akalnya. Dalam ushuluddin taklid menjadi tidak bermakna, bahkan bila rujukan taklid ini adalah orang paling pintar sedunia. Menurut Alquran, Allah telah dengan jelas menyatakan dan menunjukkan ayat-ayat dan tanda-tanda-Nya agar manusia dapat berpikir dan bernalar di dalamnya, tidak meninggalkan akal dan percaya pada kefanatikan.

کَذَلِکَ یُبَیِّنُ اللَّهُ لَکُمْ آیَاتِهِ لَعَلَّکُمْ تَعْقِلُونَ

Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya. (QS. Al-Baqarah: 242)

Kata akal dan turunannya telah diulang sebanyak empat puluh sembilan kali dalam Alquran, dan dalam semua kasus ini umat Islam telah diajak untuk berpikir dan bernalar dalam ayat-ayat dan tanda-tanda Allah. Tidak ada satu ayat pun dalam Alquran yang menghilangkan rasionalitas dan orang-orang rasional. Nabi Muhammad Saw dan para Imam Maksum as selalu memuji akal dan rasionalitas. Menurut mereka , satu jam berpikir lebih baik daripada enam puluh tahun ibadah tanpa berpikir.

Ini adalah hadits dari Rasulullah, "Semua yang baik diketahui dengan akal, dan siapa yang tidak berakal tidak memiliki agama. Rasionalitas yang diserukan oleh Islam adalah mengidentifikasi kebenaran dan menunjukkan jalan yang benar. Mengikuti pikiran seperti itu akan mengendalikan nafsu dan keinginan jahat dan pada akhirnya akan menuntun pada keselamatan manusia."

Imam Ali as berkata, "Allah SWT menempatkan akal tanpa nafsu pada malaikat dan nafsu tanpa akal pada hewan. Namun pada diri manusia akal dan nafsu itu menyatu, maka barang siapa yang mengalahkan akalnya atas hawa nafsunya lebih baik dari para malaikat, dan barang siapa yang mengalahkan nafsunya atas akalnya lebih buruk dari hewan."

Di dunia Islam, tidak masuk akal bagi siapa pun untuk melarang orang lain bertanya. Adalah kewajiban setiap Muslim untuk berusaha untuk mengetahui dan menjadi seorang alim. Di hari-hari suci Ramadhan ini, ketika kita membaca Alquran lebih banyak dari sebelumnya, jika kita merenungkan makna ayat-ayat itu, kita pasti akan menyadari pentingnya rasionalitas dan pemikiran dalam Islam.

Hal-hal yang membatalkan puasa

Melanjutkan masalah fiqih terkait hal-hal yang membatalkan puasa, kita akan berurusan dengan hukum menyuntik dan infus, yang merupakan salah satu pertanyaan umum orang yang berpuasa di bulan suci Ramadhan. Wajib bagi orang yang berpuasa untuk menahan diri dari menggunakan suntikan yang menguatkan atau menambah gizi, atau suntkan yang langsung ke dalam pembuluh darah, serta berbagai infus, tetapi menyuntikkan ke otot atau membius dan juga mengoleskan obat pada luka tidak masalah. Ihtiat wajib adalah orang yang berpuasa menjauhkan penggunaan suntikan untuk menggantikan makanan. Juga, vaksin hepatitis B, yang disuntikkan ke otot atau di bawah kulit tidak mengganggu puasa selama Ramadhan.

Hendaknya universitas menggunakan air suling untuk mengajarkan suntikan kepada mahasiswa. Jika air ini disuntikkan ke otot, itu tidak membatalkan puasa, tetapi jika disuntikkan ke pembuluh darah, itu membatalkan puasa. Transfusi darah juga membatalkan puasa berdasarkan ihtiat wajib. Selain itu, penggunaan obat supositoria tidak membatalkan puasa. Juga, endoskop, yaitu alat yang masuk ke dalam tubuh dan mengambil gambar, bahkan tanpa memasukkan apa pun ke dalam perut, berdassarkan ihtiat wajib tidak masalah.

Enema atau prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus termasuk membatalkan puasa, karena mamsukkan cairan ke dalam badan. Jika ini dilakukan karena kebutuhan dan untuk pengobatan, tetap membatalkan puasa. Sementara itu, obat-obatan khusus yang tersedia untuk mengobati beberapa penyakit ginekologi (seperti minyak supositoria) dan dimasukkan ke dalam tubuh, tidak merusak puasa dan tidak membatalkan puasa.

Memperingati Ahlul Bait

Memperingati Ahlul Bait Nabi dan para Imam agama terbaik adalah dengan merenungkan kata-kata mereka yang berharga dan memperhatikan tindakan orang-orang besar ini di berbagai bidang kehidupan. Upaya dan karya ilmiah dan budaya Imam Sadiq as, seperti pelita yang bersinar, telah terpancar di semua periode. Karena banyak pembahasan teologis, moral, ilmiah dan yurisprudensi Islam disebabkan oleh pencerahan Imam Sadiq as. Tidak diragukan lagi, mempelajari perilaku dan haditsnya selama bulan suci Ramadhan akan menjadi panduan di bulan Ramadhan. Dalam sebuah riwayat, beliau menyebutkan beberapa keutamaan akhlak di bulan agung ini.

Imam Shadiq berkata, "Tidak diragukan bahwa puasa bukan hanya tidak makan dan minum dan untuk puasa ada syarat yang bila dijaga, maka puasa akan terwujud, menjadi penjaga spiritual dan batin. Puasa sempurna adalah puasa batin (yakni semua kotoran batin menjadi bersih yang hanya dapat diraih dengan diam dan menjauhi ciptaan Allah). Melanjutkan haditsnya, Imam berkata, "Apakah kalian tidak mendengar Maryam binti Imran mengatakan, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini" (QS. Maryam: 26), Imam berkata, "Maryam berpuasa diam."

Karenanya ketika berpuasa, kita harus menjaga lisan untuk tidak bohong, menurunkan pandangan dari menatap yang tidak baik, jangan bertengkar, tidak mendengki, tidak menggibah orang lain, tidak boleh marah dengan orang lain, tidak bersumpah bohong, menjauhi perselisihan, tidak mengumpat, tidak memberi julukan yang buruk, tidak menzalimi orang lain, jangan berbuat bodoh, dan jangan lupa mengingat Allah dan melaksanakan shalat.

Suatu hari seseorang meminta Imam Shadiq as untuk memperkenalkan Allah kepadanya. Beliau menjawab dengan contoh yang menarik, "Asumsikan bahwa engkau menaiki kapal dan tiba-tiba ada angin topan. Engkau tersandera gelombang hebat laut, sementara tidak ada kapal lain di dekatmu untuk menyelamatkanmu, tidak juga ada perenang hebat untuk menyelamatkanmu. Engkau sebagai orang yang akan tenggelam dan melihat tidak punya kesempatan untuk selamat, tapi dalam situasi bahaya seperti itu, tetap ada secercah harapan di dalam hatimu yang menyala. Hatimu mengetahui ada satu kekuatan dan tanpa sadar engkau memohon bantuannya. Engkau tahu hanya Dia yang dapat menolongmu. Dia adalah hakikat tempatmu bersandar ketika sudah putus asa. Dia adalah Allah yang Pengasih dan Penyayang."

Allah pasti mengijabahi doamu

 Kalian pasti sudah mendengar ayat indah ini. "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu" (QS. Ghafir: 60). Dalam ayat ini Allah menjamin akan mengijabahi doa hamba-Nya. Tentu saja terkadang manusia berdoa, tapi secara lahiriah, ia tidak mendapat jawaban. Menurut para ahli tafsir,terkabulnya sebuah doa bergantung pada banyak syarat, di mana yang paling penting adalah manusia harus suci dan bersih dari berbagai dosa dan hendaknya doa itu berangkat dari dalam jiwanya yang paling dalam.

Sebagian ulama mengatakan, Allah adalah sumber kebijaksanaan dan menyadari semua kepentingan manusia. Terkadang seseorang berpikir bahwa sebuah permintaan adalah untuk kepentingan terbaiknya, tetapi pada kenyataannya, mencapainya tidak baik untuknya dan berbahaya. Di sini Allah berkehendak untuk menunda jawaban atas doanya, yang juga merupakan rahmat dan karunia ilahi. Selama puasa, manusia mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa dan membaca Alquran. Dalam hal ini, Allah menerima doa orang yang berpuasa dan menghiasinya dengan sifat-sifat indah seperti suasana hati yang baik dan kesabaran. Imam Kazhim as berkata, "Doa orang yang berpuasa ketika hendak berbuka pasti dikabulkan."

Imam Kazhim as memanfaatkan semua kesempatan yang ada untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini, sekalipun menambah kesulitan padanya, dalam kondisi sulit itu, beliau bersabar dan meminta bantuan lewat shalat. Imam senantiasa bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Isa bin Ja'far penjaga penjara Basrah mengatakan, "Saya berusaha keras untuk mengawasi Musa al-Kazhim dari berbagai arah, bahkan saya bersembunyi-sembunyi mendengar doa-doanya. Namun dia hanya memohon rahmat dan ampunan Allah dan ia banyak mengulangi doa ini, "Ya Allah! Engkau tahu bahwa aku meminta tempat sepi untuk beribadah dan Engkau menyediakannya untukku. Aku bersyukur kepada-Mu."

Ya Allah! Kami menuju kepada-Mu agar dapat melewati malam-malam ini. Raihlah tangan kami dan selamatkan kami dari kegelapan yang dalam. Di malam turunnya al-Quran ini, bimbinglah kami menjadi orang yang selamat.